🌻03 :: Nostalgia Bianglala

63 17 2
                                    

Hari terus berlalu. Pagi berganti dengan siang. Siang berganti malam. Icher menutup semua buku-buku nya lalu menumpukkan buku itu dalam satu tempat. Kepala nya serasa mau meledak. Gadis itu sudah berkutat dengan buku-buku pelajaran matematika selama 6 jam di rumah Cakrawala sejak dirinya pulang dari sekolah.

Minggu depan kelas Icher ada evaluasi Matematika. Icher tidak mau kejadian semester lalu terulang kembali, sewaktu dirinya mendapat nilai dibawah KKM dan jadi bahan olok-olokan anak komplek. Sebab itu, bahkan capek sekalipun Icher tetap belajar dan meminta Cakrawala sebagai pengawas sekaligus pengajarnya dalam belajar malam ini.

Sejujurnya, Icher terpaksa mendatangi Cakra. Sebab bagi dia hanya Cakra tempat yang aman, walau sesekali Icher mendapat omelan dari pemuda itu karena tak kunjung mengerti akan materi yang dijelaskan. Namun, itu masih lebih baik daripada harus diajari oleh Tara atau Daniel.

"Kenapa diberesin, udah ngerti?" Cakra bertanya.

Icher yang sudah kepalang pusing, hanya bisa mengangguk lemas.

"Lemas banget, katanya mau belajar. Gak niat ya?"

Kedua mata gadis itu terbuka lebar, seolah tersinggung dengan ucapan Cakra. "Enak aja kalo ngomong! Gue niat, kok. Niat banget. Cuma ya lo pikir aja, enam jam gue ngitung mulu tanpa asupan, gimana gak lemas!"

"Yaelah, baru juga enam jam!"

Icher mendengus kesal. "Btw, gue laper. Ada makanan gak?"

"Hari ini Mami gak masak," jawab Cakra.

"Terus tadi pagi lo makan sama apa?"

"Gue pesan."

"Ah. Gak aneh, sih."

"Jangan makan apapun dulu. Barusan Bang Theo chat di grup, katanya sekarang kita ke rumah Nathan. Mau ada kemah-kemahan."

"Kemah-kemahan?" Icher berdecak. "Sekali-kali kemah beneran, kek."

"Gak usah komen. Lo mau duluan ke rumah Bang Nathan, apa mau bareng sama gue?"

"Barenggg!!"

"Wait, gue ke kamar mandi dulu."

Cakra meninggalkan Icher yang masih diam di dalam kamarnya. Pemuda itu berjalan menuruni anak tangga untuk sekedar buang air kecil lalu setelahnya menyiapkan beberapa buah-buahan yang rencananya akan ia bawa ke rumah Nathan nanti.

Icher menatap sekeliling kamar Cakra. Untuk ukuran seorang laki-laki, kamar Cakra terbilang sangat rapi. Semua barang tertata sedemikian rupa, dengan mayoritas barang berwarna putih senada dengan tembok kamarnya. Satu hal yang selalu membuat Icher gagal fokus, yakni meja belajar pemuda itu yang sengaja diletakkan dekat jendela kamar, entah apa motifnya.

Meja belajar milik pemuda itu berwana putih nan elegant. Banyak sekali buku-buku yang terpampang jelas disana, mulai dari buku pelajaran, teori kehidupan, buku kamus dari beberapa bahasa, hingga buku fiksi jebolan wattpad dan buku komik jepang yang ia gemari sejak dulu.

Icher berjalan mendekat ke meja belajar Cakra. Kening gadis itu mengkerut sewaktu menatap meja belajar milik Cakra, tak habis pikir dengan semua buku yang ada disana. Cakra benar-benar penggila buku.

Icher amat terkejut saat dirinya mendapatkan sejumlah tumpukkan kertas di meja Cakra. Kertas-kertas di sana jelas bukan milik Cakra, sebab yang Icher ketahui teman satu kelasnya itu anti mengambil kertas dari tengah-tengah buku tulis.

From : someone. Icher terbelalak. "Anjir, ini kan surat cinta yang selalu ada di loker Cakra. Ternyata diam-diam dia nyimpan ini semua."

Icher berdecak. "Waktu itu bilangnya gak penting. Tapi malah dirawatin. Aneh emang!"

Colourthetic [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang