🌻10 :: Berbicara Mengenai Cinta

34 12 0
                                    

Pasca peristiwa heboh di rumah Johan dimana tugas pria pentolan Colourthetic murung karena putus cinta, hingga saat ini mereka yang sudah berada di atas kasur masing-masing, tak ada satu pun yang berani untuk memulai obrolan baik langsung ataupun melalui grup chat. Bukannya apa-apa, jika hanya Johan atau Jerico saja yang galau, mungkin Ettan, Aleo, atau anak lainnya masih bisa mencairkan suasana. Tetapi kali ini, justru Theo ikut-ikutan galau.

Theo adalah sosok yang disegani semua anak komplek, walau kepribadiannya yang humble, pada dasarnya tetap dia lah inti dari segala inti. Kalau Yoseph, masih ada yang berani, contohnya Ettan dan Aleo. Johan, jelas Jerico yang berani. Sedang untuk Theo, semua tidak berani, hanya Icher yang bisa menangani Theo, sementara Icher saat ini saja tidak jelas bagaimana kabarnya. Maka dari itu, kini anak komplek kompak memilih diam dan memberikan waktu pada mereka bertiga untuk menikmati rasa galau.

Sejujurnya, Jagat sangat tidak mengerti. Mengapa mereka bertiga sampai semurung ini hanya karena patah hati? Apa benar patah hati sangat amat menyakitkan?

Anak itu duduk termenung di pinggir kolam ikan. Jagat memperhatikan ikan-ikan yang berenang kesana-kemari. Kedua matanya menangkap bayangan dari diri sendiri, Jagat menatap lekat dan mulai bermonolog.

"Patah hati itu sakit banget, ya?"

Jagat menghela nafas.

"Sesakit apa sih patah hati? Putus cinta?"

Lagi, Jagat menghela nafas. Dia tahu, bermonolog seperti saat ini, tak akan membawa dia untuk menemukan jawaban demi jawaban. Namun, ada daya, yang bisa dia lakukan hanya sebatas ini.

Jagat Danadyaksa, yang paling muda di komplek, dan yang paling sering dikucilkan karena usia. Jagat tidak boleh ikut nonton, Jagat tidak boleh ikut diskusi, Jagat tidak boleh ikut melihat, Jagat tidak boleh ini, tidak boleh itu, rasanya seperti Jagat korban diskriminasi usia dari anak komplek lain. Sebenarnya, ini karena usia dia yang masih sangat muda, atau justru mereka yang tua terlalu cepat?

Kadang kala, ada waktu dimana Jagat sangat iri pada kakaknya sendiri. Kakak nya yang selalu menjadi kebanggaan Ayah, kakak yang selalu menjadi patokan bagaimana seharusnya Jagat menjadi manusia, semua hal yang dia dapatkan dan dia jalani harus selaras dengan kakak nya. Padahal, dia dan kakak adalah dua individu yang pada dasarnya memiliki potensi berbeda. Kakak nya juga lebih bisa diterima di lingkungan komplek ketimbang dia, kakak nya sudah cukup umur kalau menonton film bersama Samuel. Aih!! Jagat benci saat dimana dia selalu merasa iri pada sang kakak.

Pernah, satu kali. Jagat tidak tahan dengan ucapan Ayah, dia memotong pembicaraan dan meluapkan emosi dihadapan semua anggota keluarga. Perihal dia yang ingin daftar les alat musik, namun ditentang dengan keras oleh sang Ayah, ucapnya, tidak ada guna bermain hal-hal seperti alat musik, akan lebih berguna jika Jagat mengikuti les matematika atau sains.

"Aku tuh bukan Abang yang pintar, bukan Abang yang keren. Aku gak pernah minta apa-apa sama Ayah, aku cuma mau minta tolong daftarin aku les alat musik, udah itu doang. Aku bakal belajar rajin, biar bisa dapet ranking kayak Abang, aku juga bakal berusaha buat banggain Ayah sama Ibu lewat medali olimpiade. Aku lagi usaha, tapi tolong, bisa gak Ayah kabulin satu permohonan aku ini?"

Dan ketika huru-hara itu terjadi Ibu dengan lembut mengatakan, "Jagat sayang, Ayah itu sayang sama kamu. Tapi memang cara dia salah, nanti Ibu bilangin ke Ayah ya. Kamu jangan marah lagi, apalagi kalo marah ke Abang, gimana pun juga, kalau nanti Ibu sama Ayah gak ada, Abang yang bakal sepenuhnya bertanggung jawab ke kamu."

Colourthetic [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang