rahasia tetap diam tak terucap, meski hati bergemuruh berisik meminta untuk menyelami diri sang pemilik hati.
- rennala dan pernak pernik masa muda.
lavendherr, 2023.
cover from pinterest.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Weh sumpah! Capek banget Gue anjing!" ucap Disa mengeluh, tapi masi melanjuti langkahnya.
"Semangat Dis, semangat!" Bian di sampingnya menyemangati.
Mereka kini sedang menuju keposko ke-6 dan Nala akui ini sangat melelahkan, apalagi ini adalah hal pertama baginya. Tapi melihat teman-teman yang saling menyemangati, akhirnya Nala pun mengkuat-kuatkan dirinya untuk terus berjalan bersama.
"Na, gimana experience pertama kali jalan kaki sejauh ini?" tanya Aruna, berjalan beriringan di sampingnya.
"Capek banget," kawab Nala lemas. "asli ya, Run. Gue jalan kedepan gapura rumah aja tuh males banget dah. Ini di suruh naik gunung!"
"Emang Lo nya aja yang males," Aruna ketawa. "abis ini langsung tidur aja deh, Na. Nanti Gue temenin di samping."
"Gak lah. Kita bantuin dulu yang lain beres-beres, pasang tenda juga."
"Tenang aja itu mah. Ntar Angga aja yang pasangin tenda kita berdua."
"Lo mah, kasian pacar Lo tuh!"
"I'd do anything for her, Nal." Angga menyahut. Ternyata dia dari tadi berjalan di belakang Nala dan Aruna.
"Idih gelay." Nala berjingit geli. "Jauh-jauh deh Lo!"
"Lo jangan gitu dong. Gue kan mau deketan sama pacar Gue." ucap Angga dengan ekspresi sok sedih.
Nala menggeleng-geleng heran, "Suka-suka Lo deh, merinding banget gue dengernya."
"Udah kamu mah diam aja ah, Ay. Aku berduaan dulu sama Nala." ucap Aruna sambil memberi gestur agar Angga tidak mengganggu.
Nala memeletkan lidahnya pada Angga. Merasa menang karena Aruna lebih memilih untuk bersama dirinya. Sementara Angga juga membalas ejekan itu.
"Na, si Eja gimana tadi?" tanya Aruna dengan suara sekecil mungkin sampai hanya mereka berdua yang dengar.
"Dia bikin Gue gila setengah mampus," jawab Nala ikut berbisik. "dia baik banget, Run. Gue suka. Suka banget."
"Njir. Bener-bener kepincut Lu sama dia." Aruna mendecak-decak heran. "Eh Gue kadang bingung ya, Na. Udah selama ini Lo suka sama dia loh? Tahan banget kayaknya."
"Gue suka, Run. Suka banget. Dengar namanya aja buat Gue seneng."
Aruna menghela nafas panjang, "Gue udah berkali-kali loh denger Lo bilang gini. Jatuh cinta beneran Lo sama dia."
Nala ketawa kecil, "Bahasa Lo, Run. Dangdut banget jatuh cinta."
"Eh Guys posko 6 udah di depan nih!"
Teriakan Nindi memberhentikan obrolan Aruna dan Nala. Capek yang mereka rasakan terbayarkan sudah setelah melihat bagimana pemandangan indah dari atas gunung ini begitu mereka benar-benar sampai di posko enam.