"Yo, Mav." Ucap Helios saat ia jongkok di depan gundukan tanah dengan nama Maviel Biana Mahardika. Sahabatnya yang telah berpulang beberapa bulan yang lalu."Sorry, gue baru datang lagi. Tadi gue ke Xargas, walaupun gue udah jahat ninggalin mereka, mereka tetap nerima gue. Gue seneng sekaligus malu."
"Gue emang jahat, Mav tapi lo lebih jahat karena ninggalin kita semua buat selamanya."
"Gue heran, kenapa orang-orang selalu ninggalin gue? Waktu itu yang gue punya cuma lo, sekarang gue punya siapa?"
"Iya, gue punya Tuhan dan Xargas. Tapi tetap aja gue butuh lo.." Lirihnya.
"Lo inget gak? Dulu kita sering nonton kartun kesukaan lo, kita sering ngemie bareng, main ps sampe pagi, ngejahilin mereka pas mereka tidur, bantu ajarin ayam gue berenang dan lo juga punya janji mau ngajakin gue buat nyoba seblak pake coki-coki." Ia berkata seperti sembari menahan sesak dengan tangis yang kian mendesak.
"Ternyata janji lo gak akan pernah ditepati, ya." Kali ini Helios menunduk, terlihat bahunya yang gemetar. Sekian menit berlalu, akhirnya Helios berani menatap papan, mengelus pelan seakan ia sedang melihat wajah Maviel.
"Lagian lo ngapain sih ditanem di sini sendirian?"
"Kenapa lo gak ngajak gue sih? Kenapa kita gak pulang bareng-bareng?" Ada luka di setiap kata yang ia lontarkan.
Lo harus lawan, Elio. Jangan mau ngalah. Apalagi terhadap dunia, Meski dunia gak pernah berpihak, lo harus tetap berpijak.
Janji sama gue, jangan pernah akhirin hidup lo sebelum waktunya, ya. Lo harus selalu inget dengan tujuan lo.
"Terimakasih ya, Mav udah bantu sembuhin gue dari masa masa itu dan gue minta maaf karena gagal jaga lo."
"Bahkan gagal jaga semua orang yang gue sayang."
"Titip Bunda gue, ya? Doain gue dari sana, semoga gue gak nyusul kalian sebelum ketemu dia."
..
Setelah berjumpa dengan Xargas dan Maviel, Helios lanjut bekerja sehingga ia pulang larut malam. Ia masuki rumah dengan lampu yang temaram. Helios menatap Nebula dalam, yang berada di alam mimpi. Nebula tertidur di sofa dengan sendiri.
"Bul." Helios menepuk pelan pipinya.
"Pindah, Bul. Nanti pegel." Ucapnya pelan di dekat telinga Nebula. Melihat Nebula yang tetap pulas membuat ia tak tega, maka dari itu ia pergi dan kembali bersama selimut untuk menutupi tubuh kecil yang meringkuk. Setelah itu ia membersihkan diri.
"Udah bangun, Bul?" Tanyanya dengan rambut yang basah, melihat Nebula yang terduduk lesu.
"Maaf, ya ditanggal sendirian." Helios duduk disampingnya.
"Gue gabut banget tau ga lo."
"Gak keluar emang sama temen kamu"
"Sama siapa? Lo lupa gue gak punya teman?"
"Duh kasiannyaaa," Ucap Helios sambil menepuk-nepuk kepalanya.
Nebula mengambil tangan Helios lalu menghempasnya seraya berucap, "apaan sih loo." Membuat Helios terkekeh.
"Besok kan masih libur. Kita jalan-jalan, ya."
Setelah membersihkan hampir seluruh rumah dan berakhir piluh keringat di mana-mana, gadis itu segera mandi dan bersiap dengan sedikit terburu karena Helios sudah menunggu, mengajak Nebula untuk makan dulu di Warung Ibu.
Sekarang di sini lah mereka. Warung Ibu, warung yang mengadakan makanan yang tak kalah enak dengan restoran. Ibu juga selalu ramah pada siapapun. Selain itu Helios juga sudah menganggap Ibu sebagai ibu kandungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNCONSCIOUS
Fiksi RemajaDi bawah tangis langit bersama dengan hati yang sakit, Nebula Esteria bertemu dengan lelaki yang mengajaknya bangkit. Mereka saling mengobati, hingga saling menaruh hati. Dalam perjalanan berlabuhnya hati Nebula padanya, ia menemukan banyak fakta y...