18 | dia, pencuri hati

1K 139 6
                                    

Kelegaan luar biasa serta-merta menyeruak dalam diri Zefran kala ia membubuhkan tanda titik pada kalimat final yang sebelumnya mendapat coretan-coretan merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelegaan luar biasa serta-merta menyeruak dalam diri Zefran kala ia membubuhkan tanda titik pada kalimat final yang sebelumnya mendapat coretan-coretan merah. Pada detik ini, di pukul dua pagi, ia berhasil menyelesaikan revisi yang sudah ke sekian kali. Zefran lantas lekas menyimpan dokumen tersebut seraya berharap-harap agar itu menjadi yang terakhir. Sungguh, ia sudah sangat muak dan ingin cepat-cepat bisa lanjut ke bagian berikut.

Setelah menutup laptop yang telah dinonaktifkan, Zefran regangkan tubuhnya yang terasa pegal bukan main akibat duduk terlalu lama. Sebetulnya Zefran ingin segera tidur saja lantaran besok siang ia harus kembali menemui Bu Winda untuk melaksanakan bimbingan. Namun, rasa kantuknya sudah menguap entah ke mana sebab efek kafein dari kopi yang masih tersisa.

Menimbang-nimbang apa yang hendak dilakukan sekarang, Zefran malah tiba-tiba saja merasa lapar meski ia sudah makan malam. Pandangannya kemudian segera tertuju pada rak kecil khusus untuk menyimpan beberapa bahan makanan. Dan, yang langsung menarik perhatiannya hanyalah sebungkus mi goreng instan.

Nggak papa kali ya, kalau makan mi lagi? batin Zefran yang teringat kalau ia telah menyantap makanan instan tersebut dua hari lalu. Namun, pada akhirnya ia hanya mengedikkan bahu acuh tak acuh dengan satu tangan yang bergerak untuk meraih bungkus makanan tersebut. Lantas, laki-laki itu pun keluar dari kamar dan lekas beranjak menuju dapur di lantai bawah. 

Ketika kaki-kakinya mulai menginjak satu per satu anak tangga, yang secara otomatis terlintas dalam pikiran Zefran adalah figur seorang gadis yang diam-diam ia harapkan kehadirannya di tempat yang sama.

Rasanya sudah cukup lama ia tak menampakkan diri di waktu selepas tengah malam seperti sebelum-sebelumnya. Dan, jujur saja Zefran rindu saat gadis itu ada di sisinya dan bersedia menjadi teman bicara, bersama melewati waktu ketika kota tengah terlelap.

Mulanya, Zefran pikir kali ini ia akan kembali menelan kekecewaan. Namun, tanpa ia duga, semesta rupanya mau berbaik hati mengabulkan keinginan kecilnya.

Sebab pada saat itu, tepat sebelum Zefran menginjak anak tangga terakhir, ia mendapati sosok Linka yang baru saja meninggalkan kamarnya. Hanya saja, situasi saat ini agaknya sangat lain. Linka tampak terburu-buru menuju dapur dengan satu tangan yang terangkat guna menutupi setengah wajah. Tak lama setelah itu, bunyi air mengalir yang kemudian saling bersentuhan dengan bak wastafel pun tertangkap oleh rungu Zefran. 

Kerutan samar sontak terbentuk di dahi Zefran. Apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu?

Tanpa pikir panjang, Zefran pun bergegas menyusul Linka di dapur.

“Linka? Kamu … kenapa?” tanya Zefran berhati-hati, pandangannya terarah pada punggung Linka yang membelakangi.

Tubuh gadis itu sedikit terlonjak, lantas ia menoleh cepat sebab tak menyangka ada orang lain yang turut berada di sana.

See You After Midnight [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang