***
Irene duduk di kursi sebelah ranjang jisu. Pandangannya menerawang jauh kedepan sana, sesekali ia usap punggung tangan jisu yang berada di genggamannya. Semua temannya sudah pulang satu jam yang lalu, hanya menyisakan ia dan juga Yeri yang kini sedang keluar untuk mencari makanan untuknya dan Irene. Orang tua Irene langsung menghubungi Irene setelah mendengar kabar mengenai putrinya itu, juga orang tua seulgi yang langsung menuju Seoul untuk menemui Irene.
Sedangkan Sehun, dia berada di ruangan yang berbeda dan Irene belum datang untuk menemuinya. Dia hanya melihat Sehun saat ia dan jisu dibawa untuk dipindahkan ke ruang rawatnya, dia ingin melihat Sehun tapi keinginan untuk tetap diam bersama jisu jauh lebih besar terlebih dengan semua yang terjadi hari ini membuatnya enggan melakukan apapun.
"Jisu~ya, apa yang harus mommy lakukan?" Tanya nya lirih seraya menatap wajah mungil jisu yang masih tertidur.
Irene menenggelamkan wajahnya di ranjang jisu. Dia kembali menangis, memikirkan bagaimana seulgi meninggalkannya, membawa si sulung dengan wanita lain ditambah dengan surat perceraian yang diterimanya pagi tadi. Sungguh, Irene benar benar merasa sangat buruk untuk itu hatinya seperti ditusuk dengan ribuan jarum.
"Mommy tidak tau harus apa, jisu~ya"
"Mommy..."
"Bagaimana kamu akan mengerti yang terjadi sekarang dan kedepannya nanti? Bagaimana mommy harus menghadapi semuanya sendirian? Bagai...."
"Kamu tidak sendirian unnie, ada aku Appa dan Eomma" sela Yeri yang kini berdiri diambang pintu.
Irene menoleh dan semakin menangis saat melihat adiknya itu.
"Kehilangan orang sepertinya tidak akan membuatmu kekurangan cinta, unnie. Jisu akan tetap mendapatkan peran ayah dari Appa dan kamu akan tetap mendapatkan cinta dari kami semua" lanjutnya lalu memeluk Irene setelah sebelumnya ia menyimpan makanan yang sudah ia beli.
Irene memeluk erat Yeri, tangannya meremat kuat baju belakang Yeri. Irene tau, semua ini terjadi karena kesalahannya Irene tau apa yang ia perbuat sangat fatal meskipun ia sudah siap dengan semua hal buruk yang akan terjadi setelah seulgi mengetahui semuanya, tapi sungguh Irene tidak siap jika pada akhirnya perpisahan seperti ini yang akan terjadi. Ini benar benar menyakiti nya. Bagaimana seulgi memperlakukan nya dengan sangat baik dan penuh kasih sayang lalu saat hari berganti dia meninggalkan nya tanpa kata dan tanpa persiapan apapun. Semuanya berubah hanya dalam waktu satu malam.
"Tidakkah kalian mengingat wajahku saat melakukannya?"
"Oh heol!! Permainan yang sangat bagus"
"Dimana kalian bersembunyi selama ini? Sampai sampai aku tidak bisa menemukan kalian"
"Aku seperti orang bodoh yang mengira bahwa akulah pemilik hak resmi atas kamu, tapi ternyata jauh dibelakang ku dia lah orang yang benar benar memiliki mu. Yash neo Kang Seulgi paboya!!"
Kata kata itu terus saja muncul di kepala Irene wajahnya ia benamkan di perut Yeri yang sedari tadi terus mengusap kepalanya.
"Uljima~ hmmm. Tidak perlu menangis untuk orang sepertinya, oke?" Ucap Yeri ia sedikit membungkukkan badannya untuk mencium dan mendekap Irene.
"Jisu akan sedih saat dia bangun dan melihat mu bersedih seperti ini. Dia mungkin akan kebingungan dengan apa yang terjadi sekarang, tapi dia akan mengerti dengan sendirinya saat dia mulai tumbuh dan beranjak dewasa nanti. Ini bukan salahmu, jadi jangan khawatir" lanjutnya lagi.
Irene semakin menangis dalam pelukan Yeri. Ia sangat paham dan mengerti bahwa semua ini terjadi karena kesalahannya. Ia juga merasa sangat terluka dengan keadaannya sekarang. Jika ini semua benar benar terjadi, pantaskah Irene marah pada Seulgi? Mereka sama sama melakukan kesalahan yang sama, apakah ini yang dirasakan seulgi saat mengetahui antara dirinya dan Sehun? Sungguh? Sesakit inikah? Bukankah seulgi menerima lebih banyak kesakitan darinya? Semua orang sekarang memandang nya seperti benalu yang tidak tahu diri. Padahal sedari awal dirinya lah yang melukai Seulgi dengan sempurna. Pantaskah ia marah pada seulgi sekarang?
Irene mengangkat wajahnya menatap Yeri yang masih setia memeluknya. Tangan halus Yeri menyeka air mata sang kakak yang membasahi kedua pipinya.
"Yerim~a, unnie... sebenarnya unnie..." Ucap Irene sesenggukan. Kedua tangan Yeri menangkup pipi Irene, mengusap air mata yang terus saja membasahi kedua pipi Irene, Yeri menggelengkan kepalanya pelan
"Uljima~" ucap Yeri lalu mencium kening Irene dan mata Irene yang sudah sedikit membengkak karena terlalu banyak menangis.
****
"Dadd, ayo!!" Ajak yeji dengan semangat. seulgi, sang ayah hanya diam memperhatikan yeji yang kini sibuk dengan sepatutnya. Ia menatap dalam pada sosok kecil didepannya itu.
"Dadd! Ayo. Kita harus cepat pergi mencari obat untuk uri jisu" ajaknya lagi karena seulgi masih betah duduk dan menatapnya.
Seulgi tersadar dari lamunannya dan langsung berdiri menghampiri yeji.
"Ah nde, Mianhae" ucapnya sambil mengacak pelan rambut yeji.
Yeji mengambil sepatu seulgi dan menaruhnya didepan kaki Seulgi.
"Cepat dadd, ayo pakai sepatunya" lagi lagi yeji berucap dengan semangat, membuat air mata seulgi keluar begitu saja.
Ia menunduk melihat yeji yang sedang memakaikan sepatu untuk nya, bahunya bergetar karena menangis. Se-semangat ini putrinya mencari obat untuk adiknya? Sejahat itukah Seulgi membohongi putrinya yang setulus itu menyayangi adiknya?
Yeji mendongakkan kepalanya saat air mata seulgi menetes di tangannya.
"Dadd, waegeurae? Gwenchanna?" Tanyanya khawatir. Seulgi hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.
"Uljima" ucap yeji lagi lalu mengusap air mata seulgi yang kini sudah duduk didepannya.
"Appaga Mianhae~" seulgi menarik yeji kedalam pelukannya, tangisan dan kata maaf tidak berhenti ia ucapkan kan. Dalam ketidaktahuan dan kebingungannya, yeji membalas pelukan ayahnya itu, diusapnya punggung yang bergetar hebat itu.
"Gwenchanna dadd, uljima. Kita akan menemukan obat jisu dengan cepat lalu kembali, uri jisu sangat kuat dia pasti bisa nunggu kita" ucap yeji yakin dan tegas, yang hanya mampu dijawab dengan anggukan oleh seulgi.
Entah akan seperti apa jika suatu hari nanti yeji tahu semua yang terjadi, bahwa mencari obat untuk jisu hanyalah sebuah alasan untuk seulgi membawanya pergi jauh dari sang ibu dan adiknya. Bagaimana hancurnya yeji saat orang yang ia percaya membodohi nya? Rasa bersalah dan takut selalu membayangi seulgi, dengan cara apa nantinya ia harus menebus kesalahannya pada putrinya ini.
Dahlah guys besok Sabtu selamat weekend Pai Chu~