1. Awal pertemuan.

180 33 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca.

•••

Flashback

"Sial!" Umpatnya sambil menendang mobilnya.

Agra menggeram frustasi. Seharusnya sekarang waktunya beristirahat habis kerja lembur seharian. Bukan malah terjebak di pingir jalan seperti ini.

Hari sudah larut malam tidak akan ada taksi yang lewat di jam segini.

Agra menatap mobilnya dengan tajam. Hanya harganya yang mahal tapi tak berguna sama juga dengan handphonenya ketika ingin menelpon asistennya malah mati. Dasar sampah!

Di tengah tengah dirinya sedang menyumpah serapahi dua barang mahalnya ada seseorang yang memanggilnya. "Permisi." Ujarnya dengan sopan.

Alis agra terangkat melihatnya. "Ya?"

"Sepertinya anda sedang kesulitan. Ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya. Sekali lagi dengan nada yang ramah.

"Hm... bisa kamu pinjamkan handphone kamu?" Tanya agra.

"Mobil saya sedang mogok dan handphone saya mati. Saya ingin pinjam handphone kamu buat menghubungi asisten saya." Jelasnya.

Gadis itu tersenyum kikuk. "Sebenarnya handphone saya tertinggal di apartemen saya." Jujurnya.

Ingin rasanya agra mengumpati gadis di depannya. 'Sepertinya dia masih sma' batin agra.

"Bagaimana anda ke apartemen saya untuk beristirahat sebentar dan meminjam handphone saya." Ide gila itu meluncur begitu saja dari mulut sang gadis.

Sontak mata agra melebar mendengarnya. Yang benar saja. Baik, agra sangat mengakui dia bajingan dunia dewasa seperti klub, mabuk mabukan, dan bahkan free sex dengan para jalang di sana adalah hal biasa bagi agra.

Tapi yang di depanya sekarang berbeda gadis remaja polos yang agra akui dia sangat memukau, agra juga pasti yakin orang tuanya menjaga dirinya sedari kecil dan kalo agra ikut dengannya ke apartemen bagaimana dengan reputasi anak ini yang sudah di jaga oleh orang tuanya sejak ia kecil.

"Kamu serius?" Tanya agra berharap gadis itu tidak serius.

Namun sayangnya gadis ini malah mengangguk dengan senyum di wajahnya. "Iya, lagi pula cuacanya sedang dingin. Apa anda tidak kedinginan?"

Agra menghela napasnya sebari membenarkan poni rambutnya. 'Astaga, dia polos sekali.' Batinnya.

"Saya harap kamu tidak menyesal." Peringat agra yang di balas anggukan antusias oleh orang di depanya.

***

Agra merasa nyaman dengan apartemen minimalis milik gadis tadi. Benar benar sangat berbanding jauh dengan rumahnya yang mewah. Aroma lavender yang memenuhi ruangan ini benar benar sangat nyaman di hirup oleh agra.

"Silahkan diminum." Ucapan lembut di sertai dengan suara nampan di letakan membuat kesadaran agra kembali setelah hampir terlelap.

"Seharusnya tidak usah di buatkan saya kesini hanya untuk meminjam handphone mu" ujar agra dengan suara yang sedikit parau, gadis di depan hanya menunjukan cengiranya.

"Anda sepertinya suka dengan tempat saya."

"Ya, ini jauh lebih nyaman dari rumah saya." Ungkap agra sambil menghirup coklat panas yang memang di buatkan untuk dirinya.

Sementara gadis tadi hanya mengamati agra sebari menggosok gosokan cangkir coklat ke telapak tangannya.

"Astaga handphonenya!" Pekiknya setelah sadar seharusnya dia meminjamkan handphone kepada pria asing yang ia tolong tadi.

"Siapa nama kamu?" Tanya agra setelah gadis itu kembali dan mulai menerima handphone yang di sodorkan ke arahnya.

Sang gadis tersenyum serya berkata. "Keza magenta."

***

"Hati hati di jalan tuan agra." Ucap keza kepada agra yang ingin masuk ke dalam mobil yang di bawa asisten yang juga merangkap sebagai sekretarisnya.

"Saya harap kita bisa ketemu lagi." Lanjut keza dengan ceria.

"Kita akan selalu bertemu nanti." Balas agra dengan senyum kecil. Meninggalkan keza yang pikiranya penuh dengan tanda tanya. 'Maksudnya?' Batin keza, sambil menatap mobil agra yang melaju menjauh dari apartemennya

Di dalam mobil.

"Cari informasi tentang keza magenta!" Perintah agra.

Dari camelia...

Lanjut?

Agra Keenan FernandesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang