3. Rasa resah berujung dekat.

129 30 0
                                    

Jang lupa vote dan komen.

Selmat membaca hehe ^^

•••

Hari demi hari berlalu, keza melakukan aktivitas seperti biasanya, tapi entah mengapa keza merasa seperti di awasi disetiap harinya. Keza pun tidak tau kapan ia mersa di awasi seperti ini, tapi perasaan itu cukup membuat keza gelisah.

Seperti sekarang hari sudah larut malam, bagi keza pulang di jam segini sudah biasa, akan tetapi setelah merasa diawasi oleh seseorang keza mulai merasa takut setiap harinya.

Keza mampir ke supermarke dekat apartemennya, untuk membeli minuman soda dingin lalu meneguknya sambil menghela nafas pelan, menatap langit malam, berusaha membuat dirinya tenang.

"Keza?" Keza memekik pelan terkejut akan panggilan dan tepukan tiba tiba dibahu kananya, refleks menoleh kearah kanan.

"Kamu ga papa?" Orang yang menepuk pundak keza tadi, bertanya dengan nada khawatir melihat respon keza yang terlihat ketakutan.

"Tuan agra?!" Pekik keza, sambil menghela nafas lega karena yang memanggilnya adalah orang yang dia kenal.

"Hey, kamu ga papa?" Tanya ulang agra.

"Ah... iya saya ga papa." Sahut keza.

Walaupun begitu agra masih memandang khawatir keza. "Ada masalah?" Tanya agra.

Keza tersenyum. "Bukan masalah besar. Hanya memikirkan sesuatu saja." Balas keza.

"Boleh saya tau?" Tanya agra. "Mungkin saya bisa bantu." Lanjutnya

Keza melihat ke arah langit malam lalu berkata. "Akhir akhir ini saya seperti merasa ada yang mengawasi saya, walaupun tidak ada buktinya seperti saya memergoki orang yang sengaja mengikuti saya atau apa saya hanya merasa hawa yang tidak enak. Mungkin itu hanya perasaan saya saja." Keza tersenyum kecil di akhir kalimatnya.

Agra menatap keza yang masih menatap langit. "Kamu takut?" Keza menganguk kecil. "Sedikit?" Katanya.

"Tapi itu mungkin hanya perasaan saya saja. Toh, saya juga ga punya musuh dan ga pernah membuat masalah dengan orang." Setelah keza mengatakan itu hening menyelimuti mereka berdua. Agra terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kayaknya udah malam banget." Gumam keza.

Keza menoleh ke arah agra sambil tersenyum. "Saya pulang duluan tuan agra." Pamit keza ke agra.

"Saya antar." Cegat agra cepat.

"Ga usah." Tolak keza. "Apartemen saya ga jauh dari sini."

"Saya hanya takut kamu kenapa kenapa. Kamu sendiri yang bilang kalau kamu merasa ada yang mengikuti kamu, bukan?" Jelas agra. Keza terdiam, sampai akhirnya dia menyetujui ajakan agra.

'Paling tidak hari ini aku dapat pulang dengan lebih tenang.' Batin keza.

"Terima kasih atas tumpanganya tuan agra." Ucap keza ketika sampai ke depan pintu apartemennya.

"Ya, sama sama." Balas agra.

"Saya masuk dulu." Pamit keza.

"Selamat malam keza, mimpi indah." Balas agra sambil tersenyum. Keza hanya membalas ucapan agra dengan senyuman, lalu masuk dan menutup pintu dengan pelan.

Di dalam apartemen keza menahan teriakanya, bagaikan ada ribuan kupu kupu yang menggelitik perutnya, bibir yang membentuk senyuman yang lebar, pipi yang merona, dengan dada yang berdetak lebih cepat dari biasanya membuat keza senang.

Agra Keenan FernandesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang