12. Pernikahan.

98 10 1
                                    

Jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca.

•••

Keza memandang pantulan wajahnya di cermin dengan perasaan kagum, hari ini adalah hari pernikahannya. Masih cukup sulit bagi keza untuk mempercayai dia akan menikah secepat ini namun begitulah faktanya.

Semua orang di sekelilingnya berjalan kesana kemari menyiapkan keperluan untuk pernikahannya, MUA yang tadinya merias wajahnya kini beralih ke rambut keza dan mulai menatanya.

"Baru beberapa hari yang lalu kamu meminta solusi untuk masalah kamu dan tuan agra sama aku, tiba tiba dapat kabar kamu menikah aja." Ucap nayla sambil melihat keza yang sedang di rias.

Keza menatap nayla yang memang sedari awal sudah menemaninya, kemudian tersenyum singkat lalu kembali menatap pantulan wajahnya dengan tatapan kosong.

"Kamu kenapa gugup?" Kelihat respon keza yang singkat serta sorot mata keza yang terlihat tidak bersemangat menimbulkan perasaan ganjal bagi nayla.

Keza kembali menoleh, dengan gerakan kecil dia mengelengkan kepalanya kemudian berucap. "Tidak tau." Kerena pada dasarnya keza merasa bingung.

Apa dia harus merasa bahagia atau sedih, gugup, atau apa. Kepala keza menunduk sambil memikirkan hal yang menurutnya tidak akan nendapatkan jawaban.

Nayla menatap keza sendu, dengan gerakan pelan dia melingkarkan tangannya untuk membekap keza. Seola memberi semangat untuk sang pemeran utama wanita hari ini.

Dan dapat nayla rasakan tubuh keza mulai bergetar dalam pelukanya, keza menangis. "Aku gak tau apa yang membuatku menangis tapi aku malah nangis." Racau keza, seola mengadu kepada nayla tentang perasaan aneh yang menimpanya.

Nayla hanya membelai halus punggung keza untuk menenangkanya sebari mendengarkan racauan kecil yang keza keluarkan.

"Udah tenang?" Tanyanya ketika melepaskan pelukanya kepada keza karena merasa sang pengantin sudah selesai meluapkan keluh kesahnya.

Keza mengganguk sebagai jawaban dari pertanyaan nayla, tangannya mulai menyeka air mata yang masih berda di pipinya agar menghilang.

Nayla tersenyum kecil, lalu mengusap pipi keza lembut membantu keza menyeka air matanya. "Kalo kamu mau ngeluh apa pun itu, cari aja aku. Kakakmu ini siap mendengarkan semua keluh kesahmu." Kalimat yang sederhana itu mampu mengundang senyuman di wajah keza.

"Makasih kak." Ujarnya kepada nayla.

Tidak lama setelah itu MUA kembali datang untuk memperbaiki make up keza yang sedikit berantakan akibat nangis, dan sentuhan terakhir untuk rambut keza ditambahkan veil yang mempercantik penampilanya.

Setelah selesai berias, nayla menuntun keza ke tempat pernikahan tepat di sebuah ruangan nayla melepaskan genggaman tangannya lalu berujar. "Aku berharap kamu bahagia keza."

Mendengar penuturan dari nayla cairan bening keluar kembali dari mata keza, dengan cepat keza menghapus air matanya. "Terima kasih kak." Nayla pergi, masuk terlebih dahulu meninggalkan keza.

Dengan perasaan gelisah keza menatap pintu berlapis emas di depannya, pintu menuju ruang resepsi. Perasaan berdebar itu sangat terasa sampai rasanya sesak di dada keza.

Tuk

Tubuh keza seketika menegang ketika ada seseorang yang menepuk bahunya, keza berbalik dan mendapati agra di belakangannya.

"Maaf, apa kamu terkejut?" Tanyanya.

Keza tidak menjawab melainkan mematung, sungguh demi apapun agra sangat tampan dengan gaya rambut yang memperlihatkan dahinya, setelan pakaian putih yang melekat di tubuhnya, membuatnya tampan serta gagah di saat bersamaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Agra Keenan FernandesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang