sang gadis

47 10 0
                                    

Kerap kali aku memandang kebelakang menatap sang gadis yang tengah tertawa dengan bahagianya bersama keluarga kecilnya.

Aku iri dan sedih kala mengingatnya. Masa-masa itu tidak akan pernah terulang kembali, semuanya tinggal kenangan manis yang menyayat hati sang gadis.

Aku selalu berlari tanpa arah mengejar sesuatu yang tidak dapat ku gapai kembali. Terbesit luka yang mendalam dalam hatiku tatkala aku menegok kebelakang. Iya, masa laluku.

Masa lalu yang bahagia. Namun, kini telah sirna. Aku hanya memandang gadis itu yang terus tumbuh besar bersama saudaranya hingga ia kehilangan senyuman polosnya. Dia tampak sepertiku.

Orang-orang selalu membicarakannya dibelakang, entah apa yang mereka bicarakan. Mereka tidak peduli perasaan sang gadis, ia selalu menangis setiap malam memeluk bantalnya. Kamarnya selalu tertutup rapat, tidak ada suara isakan, dia menangis dalam diam.

Aku ingin menghiburnya tetapi bagaimana caranya? Aku menatap dari jauh sang gadis. Aku tidak punya keberanian mendekatinya. Hingga suatu hari, ia pulang sekolah dengan mata yang sembab. Aku tidak tahan lagi.

Ku langkahkan kakiku mendekatinya, dengan perlahan-lahan aku memeluknya.

"Hangat," ujar sang gadis. Aku mengulum senyuman, menatapnya dengan lembut sembari menyanyikan sebuah lagu.

"Kamu siapa?" Sang gadis menatapku dengan tatapan penasaran. Aku hanya terkekeh sembari membelai rambutnya.

"Aku adalah dirimu."

Benar, sang gadis itu adalah diriku dan aku adalah sang gadis.

Ruang HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang