"sereyka?! " pekik Neteyam. Matanya terbuka lebar pandangannya beralih ke Tsireya dengan raut wajah penuh dengan pertanyaan.
Tsireya bangkit berlari kearah saudari kembarnya yang masih berdiri di depan pintu kamar. Matanya saling menatap sendu satu sama lain. Begitu lama tidak bertemu, bagai kehilangan separuh dirinya saat Sereyka pergi.
Tsireya memeluknya erat, "i miss u so much, Sereyka.." lirihnya di pundak sang adik.
Sereyka membalas pelukannya melepas segala hal yang menyakitkan diluaran sana, bagaimana pun Tsireya tetap penyembuh lukanya sampai kapanpun.
"i miss u too, ma sister" lirih Sereyka mengusap surai Tsireya. Neteyam memandangi mereka penuh haru. Ia teringat keluarganya, ah iya dimana mereka? sedangkan Tsireya dan Sereyka terlihat tengah berbincang.
Ia mencoba merogoh handphone miliknya diatas nakas, namun sayang terlalu jauh. Laki laki yang memakai baju rumah sakit berwarna darkgreen ini menurunkan kedua kakinya berniat untuk berjalan kearahnya, nekat sekali padahal tubuhnya belum stabil.
"hey don't do that! " perintah Tsireya. Neteyam menoleh cepat, ia baru saja akan berdiri jadinya mengurungkan niat.
"mau kemana si? " tanya Tsireya sambil ngebantu balik ke posisi semula, Neteyam nyender lagi diatas ranjangnya. Tsireya terlihat marah pada Neteyam, namun terlihat menggemaskan dimatanya.
"mau telpon kiri, reyaa" ucap Neteyam sangat halus.
Tsireya ngegeleng, "ck lo harus istirahat. keluarga lo ada di lantai bawah ngurus keperluan lo selama disini, gue bakal panggilin sekalian beli kopi sekarang"
Yaudah lah tungguin aja pasrah Neteyam, jadinya dia diem kayak anak sd yang disikapin sama guru.
"ser titip neyam ya, lo ada mau nitip? "
"ngga gausah"
"yaudah bentar ya. oh iya lo jangan berani bangun dari sana selama gue lagi keluar ya! " titah nya pada Neteyam.
Neteyam ngerengek, "ih quokka disini aja"
Neteyam masih masih mengingat panggilannya untuk Tsireya dulu, Tsireya terkekeh, "bentar aja kok, ya orca? " ucapnya sambil ngusak rambut Neteyam. Perempuan itu pergi, nyisain Neteyam sama Sereyka disana.
Suasana mendadak hening, hanya monitor yang bersuara. Sereyka duduk di kursi sebelah ranjang.
"sejak kapan lo deket sama dia? " tanya Sereyka memecah keheningan. Neteyam terlonjak, iya juga Sereyka kan belum tau apa apa soalnya dengan Tsireya.
"jadi gini.. lo pernah bilang kan dia tinggal di kota lama gue, nah pas disana kita sempet temenan dari kecil sampe SMP sebelum reya pindah sini. makanya pas lo ngenalin dia dikantin hari itu, gue ga asing sama namanya"
"ah pantes udah manggil lo neyam aja" Sereyka terkekeh pelan.
"ser, gue bisa ketemu lagi sama tsireya, gue punya temen semuanya dimulai karena lo, thank u so so so much "
Sereyka hanya tersenyum tipis sambil menatap Neteyam. Sereyka senang bisa membantunya tetapi hatinya murung.
"kaget gue, lo kesini secara tiba tiba. kok bisa? "
Sereyka masukin tangannya ke saku jaket, "gue rasa ngilang gini ga nguntungin siapapun, lari dari masalah yang gue buat bukan ide bagus net."
"dari kemarin kemarin perasaan gue gaenak, gue coba damai sama diri gue sendiri. gue hubungin Tsireya dan janjian buat ketemu, eh dia malah minta ketemu disini terus bilang lo sakit dari beberapa hari lalu" jelasnya pada Neteyam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE ; Avatar the way of water 2
Fanfiction'ur eyes, stole all my words away. ' - net