5. SEBAT (Sebelas Bahasa 1)

18 5 3
                                    

"Anjir, keren banget sebat jamkos tiga jam pelajaran!" Celetuk Tino, menyapa kelasnya setelah selesai memenangkan permainan.

"Gak asik, ah! Hari ini tuh kita kekurangan asupan!" Sahut Ryan dari pojok kelas.

"Sok iya Lo, biasanya juga jam pelajaran lo tidur!" Timpal Neo yang sedang rebahan di atas meja.

"Ah, masa gak paham! Psst, swit swit!" Ryan memajukan mulutnya, sembari tangannya meliuk-liuk di hadapan wajahnya seperti membentuk lekukan tubuh.

Wajahnya sangat mengekspresikan apa yang ada di pikirannya, begitu pula dengan yang lainnya langsung mengerti apa maksud Ryan.

"Dilihat-lihat gitar nganggur tuh di pojokan!" Seru Keila—Ketua murid—sambil menghampiri anak laki-laki yang duduk ngampar di belakang kelas.

"Kenapa? Mau nyanyi?" Tanya Zidan singkat.

"Anjay, ibu kaem request, guys! Gas keun lah, anjir!"

"Ikut, dong!" Ujar Zianna—bendahara kelas—ikut serta duduk di lantai.

"Gas, Len!" Titah Tino pada Galen si cowok rambut ikal.

"Ibu wakil mana ibu wakil? Gak mau ikutan?" Tanya Galen, sesaat bersiap menggenjreng senar.

"Ibel! Sini, bel!" Panggil Zianna.

Ibel pun segera menutup novel yang ia pegang dan ikut menimbrungi yang lainnya. "Gas, nyanyi!"

"Ya Allah, ada apa dengan hari ini! Kelas tiga pelajaran jam kosong, cewek-cewek di kelas hari ini juga gak ada yang sensi kayak masker! Ya--"

"Berisik, Lo! Cepet ah, gue cabut hak main gitar tau rasa Lo!" Potong Zianna.

"Iya-iya, santai aja kali!" Balas Ryan dengan raut mengejek.

"Three, two, one, go!"

Jreeng!

"Ku tuliskan sebuah cerita cinta segitiga"

"Di mana akulah yang jadi peran utama"

"Aku tak dapat membohongi segala rasa, aku mencintai dia dan dirinya!"

"RASA SAYANGE, RASA SAYANG SAYANGE! EH LIHAT DARI JAUH RASA SAYANG SAYANGE!" Neo menyahuti.

"Pada hari minggu ku turut ayah ke kota" Timpal Galen.

"Naik delman istimewa ku duduk di muka!"

Keila terdiam, rasanya seperti ia sedang mengajak anak TK bernyanyi.

"Ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma"

"Ayok kawanku lekas balik, sebat ku tak terima lawan!!" Seru seisi kelas dengan lantangnya.

"Anjay, lanjoot!" Sentak Galen, masih menggenjreng senar gitar.

"Perasaan lagunya gak gini," gumam Zianna kebingungan.

"Sebat, sebat, kelas paling oke!"

"Sebat punya ketua, ketuanya cantik banget, sebat punya wakil, wakilnya kalem banget, ada bendahara yang gayanya kayak macan!"

"Anna, Anna, lunasin dong kas kita! Anna, Anna, jangan marah melulu! Hahahahaha!"

Genjrengan gitar dari Zidan berhasil membangun suasana di kelas sebelas Bahasa satu yang sudah bosan karena tiga pelajaran jamkos berturut-turut.

Suanasa kelas itu mulai ricuh, seisi kelas tidak berhenti tertawa mendengar celetukan anak laki-laki pada lirik lagu 'Becak' yang diganti liriknya. Mereka yakin, Minggu depan uang kas akan dinaikkan menjadi 2 kali lipat.

Eureka Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang