3. When will This Drama End?

28 5 2
                                    

Kantin sekolah pada jam istirahat pertama ini cukup sepi, hampir semua siswa menonton jam olahraga kelas 12 MIPA 4. Tempat di mana Cool gang berkumpul.

Cool gang merupakan sebutan untuk sekumpulan siswa yang terkenal. Berisikan empat orang laki-laki yang selalu dipuja hampir seluruh siswi SMA Wiraguna. Sering sekali Ibel mendengar nama itu disebut, namun Ibel sama sekali tidak tahu siapa mereka, bagaimana rupanya dan apa alasan sebenarnya mereka dipuja.

Bagaimana bisa satu sekolah tapi tidak mengetahui apapun? Selain arah kelas Ibel dan mereka berbeda, gadis itu selalu menghindari tempat yang diinjak oleh Cool gang. Ibel tidak memiliki masalah dengan mereka, ia hanya tidak suka kebisingan yang dibuat siswi-siswi pemuja cool gang dan itu membuat telinganya serasa akan pecah! Bersyukurlah hari ini ia bisa makan dengan tenang di kantin, biasanya ia hanya bisa memesan lalu membawa makanannya ke kelas.

"Bel, Lo mau ikut nonton Wimbledon gak?" Tawar Agi disela-sela keduanya makan.

"Wimbledon Champion selection? Bukannya tiketnya udah habis. Lagian itu cuma seleksi doang, kan?" Ucap Ibel memastikan.

"Iya seleksi, seleksi buat menentukan siapa yang bakal mewakili Indonesia di tahun 2033! Keren banget, kan," jawab Agi bersemangat dengan wajah berseri.

Ibel tersenyum kecil. "Ya kalau bisa sih, ayok."

"Jadi gini sebenernya, sepupu gue itu ikut pelatihan tenis, terus dia kepilih buat ikut seleksi tim remaja tenis Indonesia. Nah, kalau dia udah masuk tim tenis remaja, dia bisa masuk ke PELTI alias persatuan tenis lapangan Indonesia! Setiap peserta seleksi itu punya kuota buat ajak tiga orang nonton. Tapi om dan Tante gue itu lagi ada kerjaan di luar negeri makanya dia ngajak gue buat ke sana. Lo tau kan, temen-teme gue mana ada yang suka nonton begituan." Jelas Agi panjang lebar.

"Pantesan, kalau tiketnya cuma satu pasti Lo gak akan ajak gue."

"Enggak gitu, makanya ini gue ajak. Yeuh, gimana, sih!"

"Terus satu tiketnya lagi?" Tanya Ibel.

Benar juga, Agi memikirkan siapa yang akan ia ajak. Sayang sekali jika kuotanya tidak dipergunakan dengan baik. Kapan lagi bisa melihat secara langsung para calon atlet tenis lapang?

----

Klek!

El yang sedang menonton televisi di ruang keluarga langsung mematikannya ketika melihat Ibel sudah pulang.

"Ngapain Lo?" Tanya Ibel curiga. Ia memicingkan matanya berusaha untuk menggertak El.

"Abis nonton siaran tenis, kenapa?" El berbalik bertanya pada kembarannya itu.

"Sejak kapan Lo suka nonton tenis? Kok gue gak pernah tau."

El membuang pandangannya, ia tidak mau menatap Ibel. "Kamu kayak gak tau papa aja, bel."

"Emang enggak. Papa aja gak tau gue, kenapa gue harus tau papa." Ucap Ibel sinis. Untuk apa ia mempedulikan orang yang tidak peduli dengannya.

"Gitu-gitu masih papa kamu, Bel. Yang bayarin sekolah mahal kamu dan kasih kamu uang jajan. Jangan durhaka lah sekali-kali bahagiain bisa kali." Sarkas El.

"Makin hari Lo makin mirip sama papa. Seakan minta semua yang udah dia kasih ke gue itu harus gue balas dengan yang lebih. Gue udah bosen dengernya." Tegas Ibel dengan tatapan tajamnya pada El.

"Tapi--"

"Udah lah, El! Gue tadinya mau nawarin Lo buat ikut nonton seleksi tim remaja tenis lapangan, tapi kayaknya kalau gue ajak Lo gue bakal badmood seharian--"

Eureka Milik KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang