10. Exposed

374 30 39
                                    

"Aku suka kau." Entah sudah berapa kali Taehyung mengucapkan itu sambil matanya tidak lepas menelusuri tubuhku.

Aku bergidik. Mengernyit saat ia mengelus rambutku, lalu memilin-milin diantara jemarinya.

Sofa set di mezanin night club ini mungkin cukup buat 8 orang, dan saat ini hanya diisi oleh kami berdua, tapi Taehyung tidak membiarkan ada jarak diantara kami. Terus menempelkan tubuhnya dengan agresif.

Sementara aku mencoba menutupi kecanggunganku dengan tidak melepaskan pandanganku dari pemandangan lantai dansa di bawah.

Taehyung menyulut lagi rokoknya. "Berapa tinggi badanmu, Noona?"

"168cm."

"Dan berat badanmu?"

"38kg." Aku menggigit bibirku.

"Underweight." Ia menggumam. "Tidak bagus. Berat badan kurang biasanya juga kurang stamina di ranjang."

Sesuatu tersulut dalam diriku. Sungguh tidak nyaman dinilai berdasarkan fisik. Tapi kurasa aku harus membiasakan diri mulai sekarang.

Akhirnya kuberanikan diri untuk menatap Taehyung. Siapa sangka pemuda tinggi ramping dalam balutan jaket sporty berbordir harimau dalam style lukisan Jepang klasik dan sneakers, yang lebih muda 7 tahun dariku ini adalah pemilik bisnis sekelam ini.

Kupikir, aku akan bertemu dengan lelaki tua mata keranjang, seperti tipikal karakter pengusaha dunia malam di film.

Kenyataan bahwa dia muridku, membuat segalanya jauh lebih sulit. Aku mengusap wajahku, bagaimana aku bisa bertemu dengannya besok di kelas dan bertingkah biasa saja. Aku bukan aktris. Aku pasti salah tingkah habis-habisan.

Tiba-tiba Taehyung menusuk pipiku dengan telunjuknya. "Tembam. Apa ini pernah tirus?"

"Ti-tidak pernah."

Ia meringis. Menunjuk dadaku. "Itu, asli?"

Sontak aku tertawa. "Kalau aku punya uang buat membeli yang palsu, aku tidak akan ada disini sekarang. Kau pikir aku punya uang buat menambah silikon di badanku?"

Tapi Taehyung hanya mengedikkan bahunya. "Bagus. Yang asli lebih low maintenance."

Taehyung terkekeh, meminum minumannya kembali. Aku menyesap minumanku perlahan, mati-matian berusaha menebak apa langkah Taehyung selanjutnya. Tapi aku sungguh tidak bisa memperkirakannya.

"Noona, kau mau dengar kabar baik dulu atau kabar buruk dulu?" Ia kembali lebih dulu memecah keheningan diantara kami.

Aku benci senyum itu, yang selalu ia berikan waktu akan melakukan sesuatu yang tidak menghormati otoritasku. Seperti tidur seharian di kelas.

"Kabar buruk dulu." Aku mantap menjawabnya.

"Oke."

Aku merinding mendengar nada antusias di dalam suaranya.

"Aku tidak bisa jual Noona mahal."

"Buat perbandingan, perempuan yang usianya 10 tahun di bawahmu saja, harga mereka tidak sampai sepertiga yang Noona butuhkan." Ia mengedikkan bahu. "Noona sudah tua. Klien tidak akan mau bayar segitu."

Aku merasa tertampar. Tua? "Tapi, aku belum pernah melakukannya dengan siapapun. Bukankah..."

"Kurasa kau salah mengerti soal bisnis ini." Ia memotong perkataanku dengan dingin. "Kami tidak menjual manusia. Nope. Kami menjual fantasi."

"Hampir semua laki-laki punya fantasi bodoh tentang perawan. Mereka bilang lebih enak lah, lebih bersih lah." Ia tertawa mengejek. "Tidak juga. Sama saja. Kalau boleh jujur malah perawan itu bego, tidak tahu harus melakukan apa di tempat tidur."

Pandora's Dating Agency: Taehyung's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang