48. What I Really Want

148 11 12
                                    

TW: Suicide, self harmed. Silakan untuk skip chapter ini apabila dirasa triggering.

〰️〰️〰️💠💠💠〰️〰️〰️

Aku tidak lagi mempedulikan apapun. Bahkan kalau mungkin ada murid atau staf yang melihatku melompat ke mobil bersama Harin.

Yang ada dalam pikiranku hanyalah yang terburuk. Dongmyeong tidak pernah pergi kemanapun selain sekolah, hagwon dan TrinkaTrinka. Kalau ia pergi ke tempat lain, pasti bersama Harin atau Taehyung.

Ia tidak tahu banyak soal tempat yang sedang viral. Ia tidak suka makan di restoran apalagi warung street food. Pergi ke objek wisatapun hampir tidak pernah karena lebih baik ia belajar. Bahkan pergi ke mall pun jarang.

Lalu sekarang ia menghilang?

Harin langsung menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil melonjak sebelum melesat langsung memasuki jalan besar utama kota.

Sekilas kami berpandangan. Dan aku langsung ingin menangis menyadari bahwa Harin pun sama kebingungannya denganku.

"Dimana kau terakhir bertemu dia?" Aku membuka ponselku, mencoba mencari percakapan kami yang mungkin memberi petunjuk keberadaannya.

"Aku belum bertemu dia sejak beberapa hari sebelum suneung, Noona." Harin membelokkan mobil masuk ke sebuah kompleks apartemen. "Dia meneleponku tadi pagi..." Omongannya terputus karena ia sibuk celingukan memandang keluar. Kurasa ini adalah tempat tinggal Dongmyeong, dan Harin mencarinya di taman kompleksnya.

"Dia bilang apa?"

"Teleponnya diputus karena ibunya bilang nilai suneung sudah keluar."

"Hah? Nilai suneung kan keluar masih seminggu lagi?"

"Hagwonnya dia bisa mengeluarkan nilai sehari setelah suneung. Bocoran mungkin."

Mendadak aku teringat kata-kata Yuri di perkelahian kami tadi pagi. "Nilai Dongmyeong..."

"Harin, jangan-jangan ada sesuatu dengan nilainya."

"Seperti?"

"Ya aku tidak tahu. Tapi murid berprestasi yang mendadak anjlok di suneung karena terlalu tegang itu bukan hal aneh."

"Apakah nilai Dongmyeong jatuh?" Harin memucat. Tapi lalu ia tertawa, lebih untuk meyakinkan dirinya sendiri. "Tidak mungkin."

"Ta-tapi, kalau nilainya jelekpun, dia pasti sadar kalau ini cuma bocoran kan? Nilai sebenarnya kan masih minggu depan..."

Ia menatapku penuh harap aku setuju dengannya. "Iya kan Noona?"

"Kau sendiri, suneungmu bagaimana?"

"Aku sudah pasti diterima lewat jalur prestasi karena aku menang perlombaan di Filipina. Jadi suneung kemaren buatku... cuma..." Harin menggigit bibirnya. "...formalitas. SHIT!"

"Harin, tenang." Aku menggenggam tangannya yang gemetar mencengkeram setir. "Mungkin karena itu ia tidak bercerita padamu. Ia merasa gagal. Tapi itu bukan salahmu."

"I-iya... Aku tahu. Kampus yang menerimaku juga bukan universitas terkenal." Harin terengah. "Tapi... Noona, dia ada dimana?"

Suara klakson mengejutkan kami berdua. Sebuah mobil melesat di samping sambil pengemudinya meneriakkan sumpah serapah.

Harin menepikan mobilnya, lalu membenamkan wajahnya di setir. "Aku seharusnya tidak membiarkan dia sendiri. Dia pasti sangat stress..."

Dihantamkannya dahinya ke setir. "Harin, kau bodoh sekali. Bodoh. Bodoh."

"Menghancurkan kepalamu tidak akan membuatnya ketemu." Aku mencercanya. "Pikir. Apa ada tempat yang menurutmu ia merasa tenang disana? Atau tempat yang membuatnya aman?"

Pandora's Dating Agency: Taehyung's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang