39. Object of Obsessions

264 17 20
                                    

"Morning..." Suara yang ceria itu mendadak muncul di dalam mimpiku.

Perlahan warna merah menyaput mataku yang masih tertutup. Yang pertama tampak di depan wajahku adalah tangan pucat yang memegang buku. Kembali aku memejam, aku masih merasa sangat ngantuk.

"Wakey wakey sleeping beauty." Suara itu menyapa lagi.

Mau tidak mau aku tertawa kecil. Walaupun tetap saja menolak untuk membuka mata, kubenamkan wajahku di pinggulnya, memeluk perutnya yang rata dan menggesekkan dahiku di kulitnya yang hangat. Selembar selimut tipis menutupi bagian bawah tubuh Minhyuk, selimut yang sama menutupi dadaku.

"Morning, Minhyuk oppa."

"Hm, sepertinya aku kasih kau tidur yang sangat enak ya?" Ia tersenyum nakal.

Aku hendak tertawa, tapi justru terbatuk-batuk karena tenggorokanku sangat kering.

"Kau mau minum sesuatu?" Minhyuk meletakkan bukunya, hendak beranjak dari sudut tempat ia duduk.

Kueratkan pelukanku. "Jam berapa?..."

"Tujuh." Minhyuk merapikan rambutku yang berantakan menempel ke wajahku. "Tapi ini weekend. Kau bisa menginap disini..."

Gelenganku memotong perkataannya. "Aku harus pulang. Ada pekerjaan yang harus kubereskan."

"Oh." Senyumnya menghilang. "Tinggallah disini sampai makan siang."

Kupalingkan wajahku agar tidak perlu melihat wajah kecewa Minhyuk. Walau sudah tidak ada lagi rasa jatuh cinta buat dirinya, ternyata tetap sulit bagiku untuk menjaga jarak darinya yang sudah memperlakukanku dengan begitu baik.

"Kau masak buatku, oppa?"

"Aku tidak masak."

"Jadi bagaimana? Ugh, aku lapar." Aku menggeliat.

"Aku juga tidak pernah sarapan."

"Jadi apa yang kau makan sampai bisa berotot begini sih, Oppa? Barbel?" Pelan kuelus dadanya, dan ia terlihat begitu menyukainya karena wajahnya sedikit merona dan senyum kembali mengembang.

"Bagaimana kalau kubelikan sarapan buat kita makan disini, lalu nanti kita makan siang keluar?" Ia membalas merapikan rambut yang menempel di wajahku. "Jarang kita bisa ngedate siang hari."

"Bolehlah." Kuraih kemejaku yang tergeletak di ujung tempat tidur, lalu kukenakan tanpa pakaian dalam di dalamnya.

Begitu romantis Minhyuk mengancingkan kemejaku. "Apa yang biasa kau makan buat sarapan?"

Segala opsi berputar dalam kepalaku. Makanan apa yang sulit dicari jam segini? Aku butuh membeli waktu untuk menyelidiki officetel ini. "Makanan jepang."

"Hah?"

"Aku tidak becanda. Dekat tempat tinggalku ada ibu-ibu Jepang yang berjualan masakan Jepang homemade buat bento. Aku sering beli sambil lewat waktu pergi ke sekolah." Oke, terdengar masuk akal, dan tidak sepenuhnya bohong, karena restoran ini sungguhan ada. Walaupun tidak sedekat itu juga dari rumahku dan tentu saja aku juga tidak sebegitu sering belanja disana.

"Maksudmu seperti nasi kepal dan ayam katsu begitu?"

"Oppa pintar." Aku tersenyum simpul. "Tapi aku lebih suka yang manis seperti fruit sandwich atau taiyaki."

Kening Minhyuk mengerut. "Oke. Akan kucoba cari. Apa lagi?"

"Coffee Lemonade."

"Apaan lagi itu?"

"Masa' kau tidak tahu oppa? Itu sedang tren. Kopi tambah lemon. Enak buat pagi dan lemonnya bikin kurus."

Minhyuk mendecih. "Aneh aneh saja..."

Pandora's Dating Agency: Taehyung's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang