"Hai, sendirian saja?" Pria muda dalam balutan jas formal itu duduk di hadapanku lalu menuangkan wine ke gelasku yang sudah kosong.
"Begitulah." Aku menjawab pendek, tersenyum pada waiter yang mengangkat piring kosong dihadapanku.
Sungguh dari semua saudaranya yang sudah kutemui aku paling malas bertemu Seokjin. Lebih karena aku bisa mengendus kepura-puraan dibalik sikap sopannya yang berlebihan.
Tapi, selain mereka adalah wali Taehyung, ia dan Namjoon adalah dua orang tertinggi di grup bisnis keluarganya. Apalagi ternyata bertemu Namjoon sama sulitnya dengan bertemu selebriti.
Aku juga mendapatkan perasaan bahwa Seokjin sudah menantikan kehadiranku. Restoran mewah ini penuh, tapi meja-meja yang mengelilingi mejaku, semuanya kosong. Seakan sudah diatur agar apapun yang kami bicarakan tidak terdengar oleh tamu lainnya.
"Bagaimana makanannya?" Seokjin tersenyum lebar.
"Enak."
Seokjin tertawa kecil. "Sebagai head chef disini, sebenarnya itu bukan tanggapan yang kuharapkan."
"Ah, maafkan aku kurang sopan."
Seokjin melambai acuh. "Tidak usah sok sopan. Lagipula kau bukan food critics. Pendapatmu tidak akan merubah apa-apa."
Aku melongo kaget. "Apakah itu sikap yang pantas kepada pembelimu tuan Seokjin?"
Seokjin melipat tangannya di meja. "Hyena Noona, keluarga tidak akan pernah menjadi pelanggan. Dan, sejauh yang kudengar dari Taehyung, kita akan jadi keluarga... sooner or later."
Ia tersenyum. "Dan keluarga tidak sepantasnya menyembunyikan apapun dari satu sama lain, termasuk bagaimana aku biasanya berbicara. Bukan begitu?"
"Ah, jadi Taehyung sudah cerita?"
"Tentu." Suaranya merendah. "Apa kau suka pistolmu? Aku yang pilihkan karena pilihan Taehyung semuanya hitam dan membosankan seperti punya polisi."
"Terima kasih. Pistolnya cantik."
"Jadi, kau ingin membicarakan Taehyung? Karena kalau iya, aku tidak ingin membicarakannya disini. Informasi tidak ada yang gratis."
"Tapi kita akan jadi keluarga bukan Tuan Seokjin. Keluarga harus saling berbagi kan?"
Perlahan Seokjin memajukan tubuhnya, lalu satu sudut bibirnya naik. "Keluarga versiku, boleh saling berbagi apa yang belum disahkan di altar. Jadi bagaimana, Noona? Haruskah kita cari tempat yang lebih sepi untuk ngobrol?"
〰️〰️🔹🏺🔹〰️〰️
"Aaahn... mmmh..."
"Eungh... aku hampir..."
Tanganku langsung menahan punggung Seokjin. Tubuhku juga menegang, pinggulku mulai terangkat, membuatnya bisa memasukiku lebih dalam. "Iya... iya... aaaku jugaaa..."
"Let's take a break." Ia menggumam. Melepaskan dirinya dari pelukanku lalu berguling berbaring di sebelahku.
"Eh? Ke-kenapa?" Aku langsung menyilangkan kedua kakiku, berusaha mempertahankan sensasi gesekan dalam tubuhku.
Tapi gelombang yang sudah terbangun, perlahan surut. Dan aku baru menyadari betapa menyebalkannya ini.
Seokjin tertawa geli memperhatikan tingkahku, jemarinya berlompatan di perutku seperti ia sedang bermain piano. "Noona, jangan terlalu jujur menunjukkan pada klienmu kalau kau menyukai permainan mereka. Nanti tips mu lebih rendah."
"Tapi, ini sudah tiga kali..."
"Ini yang kusuka." Seokjin menowel hidungku. "Dan escort tidak punya hak memberi tahu bagaimana kliennya harus main."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora's Dating Agency: Taehyung's Story
Storie d'amore⚠️ 21+ 🔞 Underage jangan baca ⚠️ SongHyena tidak membutuhkan masalah bernama laki-laki. Hidupnya sudah cukup, pekerjaan yang menyenangkan dan teman-teman yang baik. Tapi saat ibunya sendiri membuatnya terlibat dalam kesulitan tanpa akhir, ia tidak...