6. Never Be The Same

507 29 57
                                    

"Apa aku boleh bertanya, kenapa kakakmu bisa punya baju perempuan di ruang kerjanya?"

Dari semua tempat yang kupikir akan dituju oleh anak SMA, Taehyung justru mengajakku ke sebuah restoran mewah yang menurutnya adalah milik kakaknya yang seorang chef.

Seorang pria kurus tinggi dengan gaya seperti model iklan jas pria di majalah fashion. Ia jelas jauh lebih tua daripada Taehyung, tapi ia memperlakukan Taehyung seakan mereka setara.

Ia langsung memberikan kotak berisi pakaian wanita waktu Taehyung meminta, bahkan tidak menanyakan alasannya. Lalu sambil mengobrol serius keduanya meninggalkan ruangan agar aku bisa berganti.

Ia memuji penampilanku waktu mengantarku ke meja di balkon tempat Taehyung menungguku dengan jas menutupi seragam sekolahnya. Jujur, keramahannya sedikit berlebihan untuk standarku.

Hati kecilku masih terus memperingatkanku untuk waspada pada Taehyung yang duduk di depanku. Tapi sesungguhnya, aku lebih lega akhirnya bisa terlepas dari kakaknya.

Taehyung menjawab begitu singkat. "Memorabilia."

Aku bingung. "Maksudnya dengan memorabilia?"

"Seperti pemburu, punya memorabilia dari buruannya. Foto, atau kepala hewan di dinding." Ia mencebik, terlihat bingung kenapa aku bisa tidak paham dengan jawabannya.

"Jadi... kakakmu berburu perempuan?"

"Bukannya itu sudah jelas?"

Aku mencoba mencernanya. Lalu perlahan menggeleng.

Taehyung terbahak. "Dia usaha mendekatimu lho tadi. Tidak sadar?"

Aku menggeleng lagi.

Tawa Taehyung makin keras. Gelas berisi white wine di tangannya terguncang sampai tumpah sedikit. "Poor Seokjin hyung. Harusnya ini kurekam."

Rasa panas merona di wajahku. "Yeah, oke kalau dia suka begitu. Tapi kenapa baju yang dia koleksi?" Cepat-cepat aku menenggak minumanku.

"Lalu kau harap playboy seperti dia mengumpulkan apa? Kondom bekas?"

Wine tersembur dari mulutku, disusul batuk-batuk yang begitu menyakitkan hingga air mataku mengalir.

Taehyung sebaliknya justru tertawa makin kencang sampai bahunya berguncang.

Aku mendesis diantara rasa terbakar di hidung dan tenggorokanku. "Mulutmu ya."

"Kenapa?"

"Sopan sedikit. Aku ini gurumu."

Gantian Taehyung yang tertawa sampai terbatuk-batuk. "Hyena Noona, aku bercanda. Itu baju punya asisten kakakku. Ia selalu simpan baju di kantor kalau tiba-tiba harus datang ke acara sepulang kerja."

"Noona?" Aku salah tingkah, tidak siap dengan kelancangan Taehyung. Semenjak kami meninggalkan sekolah, sikapnya berubah 180 derajat dengan Taehyung di dalam gedung sekolah. Tidak ada panggilan hormat. Sikap dan gaya bicaranya menekankan bahwa untuknya, kami setara.

"Yeah, Noona. Hyena Noona. Di dalam sekolah kau guruku dan aku muridmu. Tapi di luar sekolah, aku laki-laki 21 tahun yang cuma ingin bersenang-senang sedikit bersama temanku, yang kebetulan jauh lebih tua."

Pandora's Dating Agency: Taehyung's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang