19. Tante Mulut Nakal

473 50 2
                                    

Jenahara

"Ayaaaaah!!! Dingiiin!!! Sudah cukup ayah!! Khai tidak mau seperti ini!! Cukup ayah!!" Aku menutup pintu dari arah luar menuju dalam dengan gerakan cepet, pas dengar teriakan Khaizuran yang lagi dikamar mandi bareng ayahnya. Astaga, siapapun yang denger, tolong jangan salah paham ya. Disini tidak ada kekerasan terhadap anak balita. Kalimatnya Khaizuran aja yang ambigu. Lebay banget emang tuh balita.

"Ayah nakal!!" Aku memilih menghiraukan teriakannya. Lantas meletakkan piring berisi telur ceplok dan selada yang tadi kuambil dari arah ruang makan. Lantas menatanya diantara roti tawar gandum. Kotak bekal yang lain aku isi anggur sama snack rice cracker kesukaannya Khaizuran. "Ayah lagiii!! Waah seruuu!!" Aku tersenyum mendengar teriakan berikutnya yang akhirnya terasa pantas buat didengar.

"Ayah, once more again!! Ini seruuu!!" Disusul dengan suara tawa berikutnya yang memenuhi kamar. Seneng banget sih kalau diajak main-main air. Giliran disuruh mandi aja susahnya minta ampun.

Ga lama kemudian, pintu kamar mandi dibuka. Muncul Khaizuran yang tubuhnya mirip kayak lemper karena dililit handuk ijo. Harum strawberry dari shamponya langsung memenuhi hidungku. "Minda, minda, ayah nakal. Ayah jangan dikasih milk." Adunya ke arahku.

"Ayah rajin minum susu dari Minda kok, tiap malem." Aku langsung terbatuk-batuk denger kalimatnya Adrian yang ambigu. Ga anak, ga bapak, sama aja kalau ngomong. Suka ngasal.

"Ayah anak yang hebat!!" Adrian menggerakkan alis kanannya keatas, penuh dengan rasa bangga, saat mendapat acungan jempol dari Khaizuran. Pengen banget ngomong ke Khaizuran "Ayah itu bukan anaknya Minda." Tapi ya, percuma juga. Dah lah, bapak sama anak ini emang suka ngada-ngada.

"Pakai baju dulu, sayang." Tangan kananku menangkap badannya yang bergerak kesana kemari. Tangan kiriku meraih pouch berisi peralatan skincare-nya  Khaizuran. Aku membuka handuknya, lantas mengusap seluruh badannya dengan minyak telon. Kemudian aku kasih moisturizer dan sunscreen yang takarannya harus sesuai. Dan bagian lain yang aku suka adalah membalur badannya pakai baby cologne. Sampai wangi, sampai aku gemes sendiri sama wanginya. Enak banget, bikin aku pengen gigit dia. Sayangnya ga bisa.

"Minda, hari ini Khaizuran main lagi sama abang Rayyan. Terus mau adventure sama kakek ayik, onty gege, sama uncle iwang di kebun pinus. Khai mau lihat siput sama ular langsung. Bukan di arium." Nih bayik, ada masalah apa sih sama siput dan ular? Dibahas terus dari kemarin.

"Aquarium." Koreksi Adrian yang lagi duduk di samping ranjang.

Ahya, ini hari kedua kita masih berada dalam acara arisan keluarganya Adrian. Aslinya, ini tuh rencana Abah yang berniat ngajak Bang Ridwan buat lihat lihat tanah samping, barangkali bisa buat invest atau bikin usaha baru. Eh, dua bocil hiperaktif -si Khaizuran sama Rayyan- langsung heboh minta diajak. Mau petualangan kata mereka. Dahlah, nurutin imajinasinya bocil tuh ga ada abisnya. Alhamdulillah-nya Ghaida mau diajak ikut sekalian, biar ada yang jagain si dua bocil hiperaktif ini. Tapi berisiknya itu... Astaga, ada enam puluh kali mungkin Khaizuran ngomong dengan kalimat yang sama ditelingaku dari kemarin.

"Khai berani liat ular?" Tanyaku saat membantu dia memakai kaos lengan panjang. Khaizuran udah bisa kalau pakai kaos lengan pendek. Kalau untuk yang lengan panjang, dia masih perlu bantuan masukin tangannya. Masih jadi PR aku ngajarin dia pakai baju berkancing. Motorik kasar maupun halusnya Khaizuran masih perlu dilatih banyak-banyak. Yang seringkali bikin aku ngerasa bersalah karena ga bisa mendampingi Khaizuran sepenuhnya karena berbagai kondisi.

"Berani. Khai kan anak hebat." Jawabnya dengan begitu percaya diri.

"Oke. Kalau gitu pakai sepatu boot ya."

AffogatoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang