00. Prolog

533 39 0
                                    

Inara Lengkira, gadis itu tiba - tiba terbangun diruangan asing yang sangat asing menurutnya. Karena setahunya, ia sedang berada di dalam kamarnya karena kelelahan dan memutuskan untuk tidur.

Dan, apakah saat ini ia sedang berhalusinasi?

Tidak mungkin, ini kamarnya kan? Terlalu mewah rasanya jika ini kamar milik Inara. Merenovasi kamar saja, tabungan Inara pun belum cukup.

"Nggak mungkin kan?" Inara mulai bermenolog.

Dengan kesadaran yang cukup, ia pun berniat beranjak dari tempat tidurnya.

Namun, belum sempat ia turun, Inara merasakan bahwa kini juga pakaian yang ia kenakan berganti. Inara pun dengan segera melihatnya.

"Anjir, ini baju apaan?!"

"Fix! Ini bukan aku yang apa adanya?! Kaca mana kaca?!!!"

Dengan panik sendiri, Inara berlari keseluruh ruangan yang ada disana untuk mencari sebuah cermin untuk ia berkaca.

Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati 100% bahwa saat ini wajahnya sudah berubah, bukan lagi wajah Inara yang kusam jarang di rawat. Saat ini, wajah yang Inara lihat sangat cantik, putih, mulus dan benar - benar definisi the real beauty women.

Terkejut mengetahui saat ini dirinya bukanlah berada di tubuh nya sendiri, Inara sampai merosot kelantai, sehingga gadis itu terduduk dilantai dengan tidak anggunnya.

"Fak?! Ini, asli, aku dimana etdah bang?!" Inara lalu mengacak - acak rambut panjangnya.

"Masa sih akh berpindah jiwa, padahal kan aku bahkan cuman tidur, nggak sampai isdet."

Prustasi, pikirannya entah sedang memikirkan apa, saat ini Inara sedang sibuk berpikir.

Sampai-sampai seseorang masuk kedalam kamar nya pun tak ia dengarkan.

"Nona, anda sedang apa disini?" Tanya seorang gadis terkejut melihat Inara yang sedang berlesehan dilantai.

Inara yang dihampiri pun mendongak siapa gerangan yang datang. Dan ternyata seorang gadis yang sepertinya lebih tua dari Inara.

"Nona? Anda siapa?" Pertanyaan itu dikeluarkan oleh Inara, padahal dalam hatinya ia ingin menjawab, kamu nanya? Kamu bertanya - tanya?! Namun tidak jadi.

Pelayan itu pun terkejut pada nonanya, apakah itu dari efek panah beracun yang beberapa waktu lalu mengenai sang nona sampai nonanya tersebut tidak mengingat sang pelayan?

"Apakah anda melupakan hamba mu ini, Nona?"

Inara mengerutkan keningnya, apakah dia memiliki pangkat disini? Bahkan dia tidak tahu siapa nama pemilik tubuh yang ia tempati ini.

Padahal di kehidupannya dulu, Inara adalah gadis yang kurang menonjol dari semua gadis - gadis yang ada di seluruh dunia jika bisa. Inara hanyalah gadis biasa yang hobinya makan, membaca novel di wattpad, tidur dan seperti itulah kesehariannya.

Dan sekarang? Ia tiba - tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang tidak tahu identitasnya.

"Nona, anda baik - baik saja?"

Melihat Inara yang seakan linglung, pelayan yang bernama Erika itu pun langsung membantu Inara yang masih terduduk di lantai.

Adarasa kasihan yang terpatri pada Erika, ketika melihat Nonanya itu terlihat begitu sangat menyedihkan.

Erika benar - benar merasa sangat kasihan kepada takdir hidup nona nya itu, kenapa nona nya itu sangat menyedihkan kehidupannya? Tidak ada yang memperlakukan nona nya dengan baik, tidak ada yang mau memperdulikan keadaan nonanya. Bahkan, parahnya lagi, Duke selaku suami sah dari nona nya tersebut pun malah mengucilkan keberadaannya. Benar - benar tak di anggap keberadaannya.

Asterea Gergianna, tanpa menambah embel - embel gelar keluarga dari suamianya. Wanita malang itu benar - benar tak dianggap meski ia berstatus sebagai Duchess di kerajaan.

Erika menyentuh kedua bahu milik Asterea yang kini raga nya di tempati oleh Inara. Lalu, dengan penuh kehati - hatian, Erika membantu Asterea berdiri.

"Hamba adalah Erika, Nona. Hamba sudah sejak lama berada disisi anda. Sudah sangat lama."

Asterea, melirik kearah Erika. "Erika?"

"Benar, Nona."

Tiba - tiba saja kepala Asterea berdenyut sakit, ketika Erika sudah menuntunnya untuk kembali ke tempat tidurnya, Asterea bernapas berat, entah apa yang harus ia lakukan saat ini. Ia tidak tahu.

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa situasinya seperti ini?" Tanya Asterea seraya memijat pelan keningnya.

Erika terdiam sesaat, ia terlihat sedang memikir susunan kata yang akan ia keluarkan dan di dengar oleh Asterea.

"Beberapa waktu yang lalu, anda terkena panah beracu, lalu hamba dengan lekas menolong anda dan memanggil tabib untuk memeriksa anda, Nona."

"Hanya kau?"

Erika mau tidak mau mengangguk, karena benar adanya, selama di mension Duke of Aunaragoz, hanya Erika lah yang memperdulikan keselamatan Asterea, selebihnya tidak ada.

"Ayah, Ibu? Atau keluarga ku yang lain? Apa mereka tidak mengkhawatirkan keadaan ku?"

"Anda sedang berada di Mension suami anda, Nona."

"Suami?"

"Benar, suami anda, Duke Bryan Dech Andreas."

"Lalu, dimana keberadaan Duke Bryan?"

Setelah mendengar pertanyaan Asterea, kini Erika bingung ingin menjawab pertanyaan yang memang mudah di jawab, namun sulit untuk di ungkapkan.

Bryan Dech Andreas, lelaki itu sama sekali tidak sudi mengurusi Asterea mau sebagaiamana pun keadaan Asterea, Duke Bryan tidak akan berbaik hati untuk menghampirinya.

"Itu -,"

"Sudahlah, aku tahu apa jawabannya."

BERSAMBUNG

>>> NEXT BAB 1 <<<

The Duchess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang