06. Asterea and Black Magic

187 18 0
                                    

Sudah dua hari setelah kejadian dimana Asterea yang terkena panah, dan lagi - lagi oleh panah beracun membuat Erika terus saja bersedih.

Kediaman Duke Bryan kembali menjadi sepi dan sunyi, para pelayan serta ksatria yang padahal baru saja dekat dengan sang Duchess pun mendapatkan dampak tersebut.

Asterea dinyatakan tengah mengalami koma oleh tabib khusus keluarga Andreas, Asterea yang masih tidak sadarkan itu diakibatkan oleh racun yang ada di panah tersebut, racun yang agak sulit untuk di murnikan kembali, sebab penawar racun tersebut ada di sebuah gunung besar yang ada tepat di belalang kerajaan.

Dan saat ini, Bryan sedang berada diruang kerjanya bersama dengan Piter, Gegiano serta Kendrick yang masih berdiri di samping meja kerja milik Bryan.

"Belum ada kemajuan dari keadaan Nyonya Asterea, Tuan. Kita harus bagaimana sekarang ini?"

Tak ada jawaban dari Bryan, lelaki itu malah asik membolak - balikan dokumen yang dibawah oleh ksatria yang dikirim oleh Louis untuknya.

"Sudah dua hari, dan dia belum juga sadarkan diri, Bryan." Piter kesal dengan sikap Bryan yang merasa bodoh amat tentang Asterea. "Apa kau masih tidak ada tindakan?"

"Percuman kau berbicara seperti itu padanya, dia sangat keras kepala." Gegiano beranjak duduk karena lelah berdiri terus menunggu tindakan Bryan.

Piter pun mengikuti jejak Gegiano yang memilih duduk di salah satu kursi yang ada disana.

Pandangan Bryan tiba - tiba mengarah pintu yang diketuk dari luar, tidak lama seorang pemuda datang menghampirinya.

"Permisi, Duke. Saya ingin mengabari bahwa Erika sudah ada didepan,"

"Suruh dia masuk,"

"Baik, Duke. Kalau bergitu saya permisi undur diri."

Setelah pemuda yang merupakan sala satu ksatria nya itu keluar dari ruangan tersebut, tidak lama Erika muncul membuka dengan pelan pintu masuk tersebut.

Erika terlihat menunduk takut melihat wajah sang Duke, tampan tapi menakutkan.

"Salam hamba Duke Bryan. Ada keperluan penting apa anda memanggil saya?" Tanya Erika dengan sopan tetap menunduk.

Bryan lalu meletakkan berkas yang sedari ia pegang, pandangan lelaki itu tertuju pada Erika. Ia harus bertanya lebih jelas dengan orang milik Asterea dengan khusus.

"Kemari," perintah Bryan membuat Erika langsung maju beberapa langkah lagi untuk mendekat.

"Kejadian beberapa hari yang lalu, seperti nya sama seperti sebulan yang lalu mengenai Duchess Asterea, benar kan?"

Erika mengangguk membenarkan, "Benar Duke, tetapi kali ini panah yang mengenai Duchess berbeda seperti yang pertama."

Semua orang disana memperhatikan setiap perkataan Erika, karena hanya gadis itu yang selama ini dengan setia bersama menemani Asterea. Mereka kurang tahu tentang kejadian sebulan yang lalu karena kabarnya tidak sehoboh saat ini.

"Maksud mu?"

"Panah tetap sama, tapi sepertinya racun yang ada dipanah tersebut memiliki dosis tinggi sehingga membuat Duchess Asterea sampai koma saat ini."

"Bagaimana kau tahu tentang itu?" Gegiano bersuara, karena lelaki itu seperti kagum dengan informasi yang diberikan oleh Erika.

Mereka saja tidak setahu itu mengenai panah tersebut.

Erika dengan sedikit berani melirik keraha Gegiano, jujur Erika terpesona dengan ketampanan lelaki satu itu.

"Saya pernah belajar dari Duchess, Nyonya sedikit paham tentan racun Tuan. Nyonya juga paham tentan beberapa senjata, jadi Nyonya mengajari saya untuk bertahan."

The Duchess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang