Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti kalian berdua. Kamu selalu melirik takut pada Jimin, namun Jimin masih acuh dengan wajah yang keruh. Dalam hati kamu meringis betapa bodohnya kamu.
Mau memulai pembicaraanpun kamu tidak berani, alhasil kamu hanya melihat Jimin diam-diam. Jimin mengendari mobil dengan kecepatan lumayan kencang sedikti membuatmu takut.
Gila aja, serem banget komuk dia kalo marah. Batinmu meringis.
Sesampainya diapartemen Jimin langsung masuk dan duduk disofa dengan wajah yang begitu tidak enak di pandang.
Dengan takut perlahan kamu duduk disebelahnya dengan wajah yang menunduk.
"O.. oppa jangan marah" ucapmu terbata-bata seraya melirik Jimin. Namun sayang Jimin tidak menjawab.
"Oppa bukannkah aku sudah memberitahu oppa tadi" kamu memegang lengan Jimin.
"Oppa ayolah, lagipula aku tuh males sebenarnya. Hanya saja Prof ku memaksa" dengan sengaja kamu memasang wajah cemberut.
"Oppa.. oppa.. maafkan aku" kamu menggoyang-goyangkan lengan Jimin.
Terdengar helaan nafas dari mulut Jimin, kamu segera menatapnya dengan wajah sedikit takut.
"Oppa tidak marah, hanya saja kesal. Kenapa harus kamu dari banyaknya mahasiswi dikelasmu" jelasnya seraya menatapmu.
"Karena pacarmu ini mahasiswi paling cerdas dikelas" kamu masih sempat menyombongkan diri disituasi seperti ini.
Jimin menatapmu dengan tatapan tajam, kamu meringis seraya memeluk lengan Jimin.
"Lagipula aku tidak berbuat aneh-aneh dengan seniorku itu" sanggah mu.
"Oppa tahu dan oppa lihat itu, hanya saja oppa tidak rela jika kamu hanya berdua saja dengannya" katanya lagi.
"Yaa masa aku harus bawa teman sekelas" lirihmu.
"Heh, masih sempat-sempatnya kamu menjawab Oppa" tegur Jimin menatapmu dengan nyalang.
"Baiklah, baiklah. Aku salah, aku minta maaf sama oppa, kedepannya aku tidak akan seperti itu lagi. Kalau bertemu dengan nya aku akan ajak temanku" pasrahmu.
"Haaaah, sudahlah jangan bahas lagi" final Jimin merebahkan badanya disandaran sofa.
"Jadi oppa maafin aku?" Tanya mu menatapnya dengan penuh harap. Jimin hanya berdehem sebagai jawaban.
Kamu bersorak kecil, akhirnya selesai juga masalah ini. Batinmu
"Oppa lain kali jangan seperti tadi, aku takut lihat wajah oppa yang sudah akan mengamuk" lirihmu.
"Oppa hanya kesal saja, oppa takut kamu akan berpaling. Untuk bisa bersama mu seperti sekarang gak mudah sayang" Jimin mengelus rambutmu yang sedang menyender padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filter X PJM
Fiksi PenggemarDilarang plagiat, walaupun cerita nya jelek‼️ Bahasa baku dan non baku ☆☆☆☆☆☆☆ Karma. Satu kata yang mencerminkan seorang Sara Clemira (kamu), berawal dari sering mengejek temannya yang menyukai KPOP, tak disangka dia jatuh cinta pada Kpop dan bera...