16. Mati Konyol?

63 44 12
                                    


Hujan akhirnya turun. Tumbuhan disekitar taman telah terbasahi oleh butiran-butiran hujan. Termasuk dengan Soodam. Jika ia mengingat kejadian saat ia ditampar oleh Minyoung mamanya di rumah tadi itu. Maka, ia akan kembali melanjutkan tangisnya dibawah hujan, seraya terus berjalan tanpa arah tujuan.

KREEEKK!! BRUGHHH!!

Sebuah pohon besar telah jatuh tumbang di jalanan taman lantaran angin menerjang dengan kencangnya. Dimana tepat di sebelah pohon tersebut, ada Soodam juga yang berdiri di sana.

"SYALAN!! KENAPA LO TARIK TANGAN GUE?!!" Seru Soodam. Amukannya itu sampai-sampai memekik ditengah malam berhujan yang diiringi suara gemuruh petir.

Soodam kesal lantaran Younghoon menarik dirinya dengan sigap. Ia membentak Younghoon tanpa mempedulikan Younghoon yang melempar bungkusan plastik yang ia bawa sejak tadi hanya demi berupaya menarik tubuh Soodam agar tidak tertimpah badan pohon.

"MATI KONYOL KAYAK GINI GAK AKAN BISA NYELESAIN MASALAH LO. TAPI JUSTRU BUAT LO JADI PECUNDANG KARENA KABUR DARI SETIAP MASALAH LO!" balas Younghoon sengit.

"Mati konyol?" tanya Soodam menautkan kedua alisnya, kemudian kedua tangannya mendorong dada Younghoon. "JADI GUE HARUS APA? HAH?" di hujan yang turun dengan lebat itu lututnya melemas, ia menjatuhkan tubuhnya ke aspal jalanan taman. "Mending lo jangan sok bijak. Lo itu gak tau apa-apa yang terjadi di dalam hidup gue. Hidup emang udah benar-benar gak adil buat gue. Tapi ini adalah hak gue. Pokoknnya lo gak berhak ngelarang gue, karena bukan lo yang ngerasain."

Younghoon berjongkok dihadapan Soodam. "OK. LISTEN TO ME!" Seru Younghoon memegang kedua lengan Soodam kemudian mengarahkan ke arahnya. "You're not the GOD. You are only human!" tegas Younghoon. "You are not allowed to choose your fighter for live or die with your own thoughts."

Kemudian Younghoon menatap dalam mata Soodam. "Gue tahu yang nentuin takdir memang Tuhan. Termasuk memberi lo kehidupan dan kematian. Lo berfikir gak kalo misalnya  segala percobaan lo buat ngudahin kehidupan malah gagal dan akan membuat lo lebih menderita dari sebelum lo memutuskan untuk memaksakan diri lo pergi dengan cara konyol kayak gini?" tanya Younghoon, dengan Soodam yang justru menceluskan wajahnya dari hadapan Younghoon.

"LO TAHU? LO ITU PECUNDANG!" ejek Younghoon.

Soodam terkesiap. Tangannya sudah siap untuk menerkam Younghoon. "Jaga ucapan lo!"

Younghoon menyeringai pahit. "Kalo emang lo gak pecundang. Harusnya lo gak ngelakuin hal bodoh kayak gini."

Lagi-lagi, Younghoon menyeringai pahit. "Mau sampe kapan pun lo berteriak minta mati. Kalo Tuhan bilang belom waktunya lo dipanggil untuk mati. Ya lo gak akan mati."

Soodam diam tertegun. Ia jadi mengingat kejadian tujuh tahun lalu saat dirinya diselamatkan bibi Jieun lantaran hampir tertabrak oleh sebuah mobil yang melaju kencang dijalanan. Saat itu juga ia menyadari jika yang dikatakan Younghoon ada benarnya. Tapi apa yang di fikirkan Soodam tentu bukan apa yang difikirkan Younghoon.

"Udah ngomongnya?" tanya Soodam seraya membuang nafasnya kasar. "Gue itu bukan mau bunuh diri. Tapi mau ambil hp gue yang tadi jatoh dibawah situ!" dengusnya kesal menunjuk ke arah pohon besar.

"Ha? Hp?" tanya Younghoon seraya menghusap wajahnya dari guyuran air hujan. "Demi hp doang lo sampe mau nyelakain diri lo sendiri?" lanjut Younghoon memarahi Soodam. "Alibi lo gak ngaruh buat gue. Udah jelas lo tadi nangis bombay pas percobaan bunuh diri lo gagal. Dasar cewe aneh!"

Soodam pun tak kalah sengit untuk membela dirinya, "Ya gimana gue gak nangis? Hp itu kan juga penting buat kabarin bokap gue. Kalo misal hp nya rusak gimana gue kabarin bokap gue ditengah malem begini?!" balas Soodam. Sementara Younghoon hanya menyengir kuda dan menggaruk tengkuknya karena merasa malu sudah salah sangka. "Lagian lo tuh kenapa sih? Lebay banget deh!" sambung Soodam ketus seraya memutar bola matanya jengah.

Choose Your Fighter! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang