17. Kita Jadian.

62 45 1
                                    

23.30 WIB






Karena waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh tiga malam dan hujan sudah reda. Maka, Younghoon menyarankan untuk Soodam pulang. Awalnya, Soodam bingung harus pulang kemana lantaran ia sedang bertengkar hebat dengan kedua orangtuanya. Dan tidak mungkin juga Soodam menceritakan itu pada Younghoon. Orang yang baru saja ia kenal.

"Ini udah hampir larut malam. Jangan buat orangtua lo khawatir dengan nungguin di rumah."

Soodam diam termangu, yang ia ingat hanya satu. Mingue papanya, dan bibi Jieunnya saja yang sudah pasti mengkhawatirkannya. "Iya. Bentar lagi gue juga pulang kok. Lo duluan aja."

"Yaudah. Gue juga bakal nungguin di sini sampe lo pulang."

"Gak usah keras kepala!" sangkal Soodam. "Gue juga bukan anak kecil. Lagian lo gak perlu sok care sama gue."

"Terserah. Gue tetep mau nunggu di sini." Younghoon bersikeras lantaran ia tahu ayah Soodam itu sangat baik. 

Soodam masih tenggelam dalam fikirannya. Ia sedang kesal pada mamanya dan tidak tahu bagaimana cara menghubungi Mingue, Soobin ataupun paman Minhyuknya. Rumah pamannya memang tidak jauh dari taman yang ia singgahi saat ini. Namun, sudah pasti pamannya akan mengantarkannya pulang ke rumah. Sementara hal yang paling Soodam hindari adalah pulang ke rumah dan bertemu dengan Minyoung, ibunya.

"Ayok!" ajak Younghoon.

"Kemana?"

"Ke jepang minta bantuan hokage naruto."

"Udah sinting lo ya?" Soodam menggeleng. "Seandainya bisa gue minta bantuan naruto. Mungkin gue bakalan kerasan di konoha dan gak mau balik ke rumah," keluh Soodam seraya menarik satu ujung bibirnya.

"Lo suka nonton naruto juga?" tanya Younghoon dengan kedua matanya membulat sempurna.

"Gak terlalu sih. Soobin sepupu gue yang sering nonton, jadi ya gue tahu alur ceritanya sedikit-sedikit."

"Btw emang di rumah lo ada apa sampe lo gak mau balik ke rumah?" Soodam terdiam, "Dasar cewe aneh. Padahal, Tempat ternyaman di dunia itu adalah rumah." Younghoon berkata seolah setiap anak memiliki keluarga seperti keluarganya. Yang penuh kehangatan dan kasih sayang. Siapapun juga akan betah menjadi anak rumahan jika memiliki ayah dan ibu seperti Jisoo dan Geunsuk yang begitu kompak untuk menyayangi Younghoon dan Sunwoo.

"Ya lo gak tahu aja di rumah gue ada nenek sihir yang super galak," gemingnya.

Younghoon menyikut lengan Soodam. "Heh! Ditanya melah bengong," ucap Younghoon memecah lamunan Soodam. "Gue mau balik ke pohon gede yang tumbang tadi, lo mau ikut gak?" tanya Younghoon seraya bangkit dari duduknya.

"Lo mau ngapain ke sana lagi?"

Younghoon tidak memggubris Soodam. Ia terus berjalan dengan satu kakinya yang sedikit pincang itu. Mau tidak mau, Soodam juga jadi membuntutinya dari belakang.

"Tunggu-tunggu!" Soodam memberhentikan Younghoon saat dirinya hendak melompati ranting-ranting pohon. "Lo mau ngapain sih?! Lo gak lihat kaki lo lagi sakit gitu?!" tanya Soodam ketus.

Younghoon sudah berada di tengah-tengah ranting dan dahan pohon yang tumbang. "Ini hp lo bukan?!" pekik Younghoon.

"Iya-iya itu hp gue!!" sahut Soodam dengan seulas senyum dibibirnya.

Choose Your Fighter! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang