Baby Angel
"Rako dengerin gue kali ini, gue bakal jelasin semuanya tapi gue mohon! Jangan pernah sakitin Raken lagi gue mohon..."
Mendengar permohonan Renal, Rian sempat tertawa tapi kemudian diam ketika melihat ekspresi tenang dari wajah Rako. Sialan wajah tenang yang selalu terlintas di kepalanya setiap ia ingin menutup mata.
Rako menghela nafas kasar sambil kemudian melihat ke arah Renal. "Jelasin nanti," melirik ke arah Rian, dan mengulurkan tangannya ke arah sahabatnya itu. "Bangun! Kita selesain nanti."
Uluran tangan yang diberi Rako sempat membuat Rian terkesima, tapi kemudian tersenyum miring sambil meraih tangan Rako dengan menggenggamnya sangat kuat. Ccup, dan mengecup sebentar telapak tangan Rako, ketika ia yang sudah bangun. "Thanks..."
Sedangkan Rako, menatap tajam dan langsung menarik tangannya dengan kasar. "Anjing."
Walaupun apa yang ia dengarkan tadi sempat membuat Rako tersulut emosi tapi ia juga berpikir untuk lebih baik menyelesaikan ini dengan berbicara pada Raken. Karena, belum lama juga ia membuat temannya itu masuk rumah sakit.
Melihat Rako sejak tadi diam, sampai di parkiran pun Rako tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Rian yang menyadari itu sempat membuat ia bingung dan heran. Walaupun Rako memang notabenenya lebih suka diam daripada ngobrol. Tapi entah kenapa, saat ini ia merasa aneh melihat tingkah cowok jakun ini. "Rako?" Panggil ia akhirnya.
Rako menoleh, mengangkat alis sebelah seakan mengatakan 'kenapa?'
"Diem mulu, ada masalah?" Tanya Rian sambil berjalan di samping Rako.
"Urusan lo apa?"
Mendengar jawaban Rako, Rian hanya menghela nafas tapi kemudian tersenyum ketika melihat Diki yang ternyata disana berdiri menunggu sambil bersandar pada mobil Rako. "Menurut lo, Diki berhak tau gak?"
Alih-alih menjawab Rako malah mempercepat langkahnya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya sekarang.
"Kemana aja lo? Capek gue nunggu disini." Melihat Rako yang sudah di dekatnya, Diki langsung menghampiri dan bertanya langsung pada temannya itu. "Woi Rian! Renal! Lo kemana aja? Dari selesai pertandingan lo berdua gak keliatan." Tanyanya lagi pada kedua temannya yang saat ini berdiri diam di depannya.
"Ngen-"
"Pulang!" Rako langsung memotong ucapan Rian, dan menepuk keras pundak Diki untuk segera masuk. Dan Diki hanya menuruti, tanpa curiga sedikitpun.
Rian terkekeh, "lo liat? lucu kan." Ucapnya bertujuan mengarahkan pertanyaan itu pada Renal, tapi Renal tidak menjawab malah masuk langsung ke mobilnya Rako.
Rian memang dominan jika di pasangkan dengan cowok lain seperti apa yang di lakukan kepada Renal tadi. Tapi entah kenapa, jika di depan Rako rasanya ia ingin jika Rako yang akan memasukinya. Melihat juga tubuh Rako lebih atletis darinya, membuat ia tidak bisa berbohong bahwa setiap malam ia menjadikan fantasi liar dengan membayangkan setiap inci tubuh yang di miliki Rako. Mengingat mereka dulu sering mandi bersama berlima ke sauna. Yang otomatis ia bisa melihat sedetail mungkin tubuh Rako. Ah sialan! Ia malah menjadi tegang memikirkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
YAKEN [21+] (on going)
RomanceYadi memulai hidup dengan tinggal di rumah Raken setelah orang tua nya di nyatakan meninggal. Selama dua tahun itu juga Yadi menjalin hubungan dengan cowok tempramental yang selalu menyiksa batin dan fisiknya. Raken adalah seorang cowok tempramental...