PART 33

568 29 0
                                    

"Sial!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial!"

Jeko menoleh langsung ketika mendengar umpatan tiba-tiba terdengar tidak jauh dari posisinya yang sekarang. Ia tidak yakin itu siapa, tapi ia berharap itu adalah Rako.

Tapi ketika hendak berdiri dari posisi duduk, Jeko langsung terdiam melihat sosok yang berdiri dengan seragam yang berantakan. Dengan dasi yang tidak di kenakan dengan rambut hitam yang sedang menatapnya juga.

"Lah? Ngapain lo disini?" Tanya cowok itu langsung dengan senyum mengejek yang selalu tertera di wajah cowok itu.

"Gue yang harus tanya, ngapain lo disini?" Balas Jeko tidak kalah lantangnya. Karena kesal, kalau orang itu bukan Rako melainkan sahabat cowok tembok itu yaitu Diki.

"Hmm...." Diki bergumam sambil perlahan jalan menghampiri ke arah Jeko, "nunggu cewek cantik, yang mau melakukan 'itu' disini."

Jeko membelalak tajam, paham dengan apa yang di maksud Diki. "Stres lo!"

Diki terbahak dan ikut duduk di samping Jeko tapi bedanya ia duduk di atas meja yang sepertinya sedikit lagi akan patah. Tapi karena Diki tidak mendudukinya terlalu di tekan, meja itu masih bisa di tempati duduk. "Disana berisik, jadi gua kesini." Ucap Diki tiba-tiba, dan terdengar lebih santai.

Mendengar nada suara Diki yang sedikit berbeda, Jeko menatap ke arah cowok rambut hitam pekat itu. Tapi setelahnya ia menghela nafas, saat menyadari tatapan Diki yang menatap lurus ke depan. "Ada masalah apalagi? Lo kan yang paling jarang berantem sama sahabat-sahabat lo itu."

Diki menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar, "lo tau gak?"

"Gak tau." Potong Jeko langsung.

"Gua belum selesai goblok!"

"Yaudah selesain!"

Diki berdecak, dan mengacak rambutnya. "Intinya itulah."

Jeko mengernyit, menatap bingung pada Diki.

"Walaupun lo temenan dari kecil sampai tua, kalau hubungan itu toxic dari dulu. Dan salah satu temen lo yang menyembunyikan sesuatu, tanpa memberitahu yang lain. Bahkan lebih parahnya, satu di antara mereka yang terlihat seperti orang dungu karena gak tahu apa yang terjadi di antara persahabatan mereka." Jelas Diki panjang lebar.

"Jadi? Ni kisah lo apa kisah orang lain?"

"Lo tolol apa goblok dah?" Kesal Diki dan langsung berdiri dari posisi duduknya, "gua mau ke kelas. Gak betah gua disini."

"Dih! Orang gua nanya." Balas Jeko tanpa ikut berdiri.

Diki melambai tangannya, sambil membalik badan dan berjalan meninggalkan tempat tersebut. Tapi langkahnya terhenti ketika mendengar teriakan dari belakangnya.

"Bagaimana pun juga mereka sahabat lo dari kecil, gue yakin mereka punya alasan buat nyembunyiin itu dari lo!"

"Bagaimana pun juga mereka sahabat lo dari kecil, gue yakin mereka punya alasan buat nyembunyiin itu dari lo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Emh..."

Lenguhan Rian terdengar, ketika merasakan bibir Rako yang kini membalas ciumannya. Setelah satu menit berusaha membuat cowok ini membalas ciumannya. Bahkan saat mengigit bibir Rako, cowok itu tidak bergeming sedikitpun dan tidak membuka mulutnya sama sekali. Tapi saat Rian membisikkan kesepakatan 'itu' tepat di telinga Rako. Dalam sepersekian detik, Rako langsung membalas ciumannya walaupun kedua tangan sahabatnya ini tidak menyentuh sedikitpun tubuhnya.

Dan orang yang sempat hampir memergoki mereka sudah keluar dari satu menit yang lalu.

Dengan sangat pelan, Rian menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Rako. Ketika merasakan lidah Rako dengan cepat ia melilit lidah cowok itu. Rian merasakan nikmat luar biasa ketika lidah Rako yang ikut melilit lidahnya juga. Suara decakan dan kecupan yang memenuhi ruangan tersebut semakin membuat tubuh Rian panas dan menegang dengan tubuhnya sudah sedari tadi tidak bisa diam. Satu tangannya yang ia mainkan di rahang Rako dengan perlahan turun mengelus punggung telanjang Rako. Dan saat itu juga ia bisa merasakan tubuh Rako tertegun. Walaupun hanya seperkian detik.

"Akh!" Desahan yang keluar itu sempat membuat Rako berhenti, tapi Rian yang tidak ingin memberi kesempatan itu dengan langsung menarik tengkuk Rako. Dan membuat dirinya semakin menempel dengan tubuh Rako.

Lidahnya yang ia tarik perlahan keluar sambil membawa lidah Rako kini tertarik keluar juga, saat lidah Rako yang terulur, saat itu juga Rian langsung memainkan ujung lidahnya dengan lidah Rako sampai membuat air liurnya yang kini menetes dan tatapan sayu karena menikmati itu.

"Hngh..." Lenguhan yang terdengar karena permainan lidah itu, membuat Rian merasakan bagian bawahnya semakin tegang sedari tadi.

Tring!

Suara notifikasi terdengar tiba-tiba dan ternyata berasal dari saku celana Rako

dengan cepat, Rako mendorong tubuh Rian menjauh dan mengambil ponselnya. Disana tertera notifikasi pesan dari Jeko. Rako mengumpat, ketika mengingat bahwa ia meminta Jeko menemuinya di belakang sekolah tadi malam.

"Ada apa?" Tanya Rian dengan kedua tangannya yang masih melingkar di leher Rako. Karena ia yang masih belum puas, kini terus mengelus rahang Rako agar membuat mata cowok itu teralihkan padanya. Walaupun ia rasa, itu akan sia-sia.

"Gua ada urusan." Jawab Rako dan melepas kedua tangan Rian yang ada di lehernya saat itu juga. Melangkah keluar dari balik lemari, mengambil seragam yang sempat tadi ia taruh di belakang kursi agar orang tadi tidak menyadari keberadaan mereka. Mengenakan seragamnya, dan melangkah pergi dari ruangan tersebut.

"Woi Rako! Kita belum selesai!" Teriak Rian saat melihat Rako keluar begitu saja. "SIALAN!"

"Lo brengsek!"

Rian terbelalak tajam saat mendengar suara dari belakang tubuhnya, dan itu adalah Renal yang ternyata sejak tadi tidak keluar sama sekali. Tapi itu tidak membuat Rian terancam sedikitpun, alih-alih khawatir Rian malah tertawa terbahak-bahak dan itu membuat Renal menatap bingung.

"Kalau lo mau ngasi tau orang, kasi tau aja. Lagian bukan gua yang rugi, tapi Rako." Ucap Rian masih dengan sisa tawanya.

Benar

Orang yang paling dirugikan disini adalah Rako.






Gua pengen selesain cerita ini cepat-cepat tapi karena kesibukan kuliah gua yang gak bisa gua handel, cerita ini jadi terlupakan. Maaf buat semuanya, tapi gua bakal berusaha agar cerita ini sampai ending.



Jangan lupa vote dan komen

YAKEN [21+] (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang