Hana meregangkan tubuhnya yang baru saja bangun tidur. Dengan wajah yang masih mengantuk, Hana melihat ke arah jam dinding, yang sudah menunjukkan pukul 10.00. Wanita itu menutup mulutnya, yang menguap.
"Makan apa ya, hari ini?"
Sibuk memikirkan sarapan apa yang akan ia makan, wanita itu sedikit terkejut, ketika pintu kamarnya diketuk.
"Siapa tuh? Shua? Tenesya? Apa Donita? Bisa jadi sih, Wanda. Atau Tyara? Eh, tapi nggak mungkin si bumil, dia masih berjuang sama trisemester pertama. Acara nikahnya bahkan diundur, karena kondisinya lemes banget."
Hana berdecak, ketika ketukan pintu kembali terdengar, dan kali ini lebih keras.
"Iya! Iya! Sebentar!" Seru Hana. "Nggak sabaran banget, sih!" Gerutunya.
"Siapa sih, ngide banget bertamu pagi-pagi gini, gue bahkan baru bangun tidur, dan belum cuci muka!
Ngap-loh, ngapain bapak di sini?!"Mata Hana membulat, karena terkejut melihat Satya dengan setelan kerjanya, sudah ada di depan pintu kos-nya.
Satya tersenyum kikuk. "Selamat pagi, Hana."
"Tunggu, Hana!" Satya buru-buru mencegah Hana yang hendak menutup kembali pintu kamar kosnya.
"Apa? Kalo bapak mau maksa saya lagi buat tinggal di rumah bapak, dengan status nggak jelas, mending bapak pulang! Saya nggak sudi, karena saya cewek baik-baik!"
"Enggak! Sama sekali enggak! Saya cuma ingin ngobrol sama kamu. Dan menurut saya, ini penting."
Hana melihat Satya dengan pandangan menilai. "Enggak! Saya nggak percaya! Penting menurut bapak, belum tentu penting menurut saya! Palingan bapak, mau maksa-maksa saya lagi, kan?"
"Tunggu! Tunggu! Tunggu! Saya cuma mau minta maaf." Sahut Satya cepat.
Hana tertegun.
"Jadi, tolong buka pintunya sebentar, dan keluar. Saya perlu bicara sama kamu." ucap Satya, sarat akan permohonan.
Hana mengalah, dan akhirnya membuka pintu kamar kosnya. "Kita ngobrol di atas. Tapi, setelah saya cuci muka."
"Saya tunggu."
***
Setelah meletakkan secangkir teh madu di atas meja untuk Satya, Hana pun ikut duduk di depan laki-laki itu.
Satya tersenyum menerima teh pemberian Hana. "Terima kasih. Ternyata kamu masih inget sama selera saya." pujinya, setelah meminum sedikit teh tersebut.
Hana tampak tak peduli, dan memilih untuk melihat pemandangan langit, juga gedung-gedung tinggi, dari atas roof top.
"Hana ... Saya minta maaf atas semua sikap saya sama kamu."
Mata Hana hanya melirik sekilas, sebelum kembali memperhatikan pemandangan di sekitarnya.
"Saya tau, kamu pasti sangat kecewa sama saya. Saya minta maaf. Saya menyesal atas sikap saya yang selalu semena-mena sama kamu. Tapi Hana, saat saya bilang, saya suka sama kamu, itu beneran. Dan ... perasaan itu sudah ada sejak lama. Awalnya saya hanya merasa kagum sama kamu, karena kinerja kamu memang bagus. Kamu disiplin, pintar, bertanggung jawab, dan sangat berdedikasi tinggi terhadap pekerjaan kamu. Tapi, lama-kelamaan perasaan itu berubah, sampai akhirnya ... saya merasa nyaman sama kamu, dan ... suka sama kamu."
Satya menarik nafas sejenak. "Hana ... saya bener-bener nyesel. Jadi, saya mohon, tolong kembali jadi sekretaris saya. Saya janji, saya nggak akan lagi mencampur adukkan masalah pribadi sama kantor. Saya janji, saya akan mengesampingkan perasaan saya sama kamu, agar kamu bisa merasa nyaman. Hana ... tolong maafkan saya, dan ... saya mohon, tolong kembali jadi sekretaris saya lagi, ya? Saya akan kembalikan semua fasilitas kantor yang kamu dapat. Bahkan sekarang, barang-barang kamu sudah kembali ke apartemen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss or Lust [Miss Independent Series]
FanficCHEOLHAN/JEONGCHEOL GS LOKAL!!! AYO BELAJAR MENGHARGAI SEBUAH KARYA, DENGAN FOLLOW, VOTE & KOMEN!!! KARENA SEMUA ITU GRATIS!!! 🥰 PERATURAN KERJA BARU! -Tidak boleh pakai rok mini. -Tidak boleh memakai pakaian terbuka. -Tidak boleh make up berlebih...