15. Beautiful Day (END)

1.1K 107 69
                                    

Satya terpaku melihat penampilan Hana yang mengenakan gaun bridesmaids berwarna pink baby pagi itu. Dress itu memang sedikit terbuka pada bagian atasnya, namun sama sekali tidak terlihat murahan. Justru membuat penampilan Hana menjadi elegan.

Hana sendiri merasa salah tingkah, karena takut penampilannya mungkin saja tidak cocok.

"Kenapa? Nggak pantes, ya? Aku keliatan gendut, ya? Udah aku duga, harusnya semalem aku nggak makan martabak banyak-banyak. Tapi kan, aku lagi pengen. Kamu juga sih, orang aku cuma pengen satu kota martabak telor doang, malah dibeliin sampai lima kardus, aku kan, kalap." keluh Hana.

"Sempurna." gumam Satya.

"Apa?" Hana memastikan pendengarannya.

"Kamu cantik banget. Bener-bener sempurna."

Kedua pipi Hana yang sedikit memerah, karena blush-on semakin memerah mendengar pujian dari Satya. "Makasih." balasnya malu-malu.

"Kita berangkat sekarang?"

Satya mengulurkan tangannya, dan Hana langsung menyambutnya.




***




"Mentang-mentang udah ada gandengan, diajak berangkat barengan nggak mau." sindir Donita kepada Hana, begitu mereka berlima sudah berkumpul di ruangan pengantin.

"Dih, sirik aja lo jomblo!" Seru Tenesya.

"Heh! Ngaca lo!" Balas Donita.

"Udah dong!"

"Kalian nih masih aja! Udah mau mulai juga acaranya, bisa diem dulu nggak? Jangan kayak bocil, deh! Ntar aja tubirnya, kalo udah selesai acara."

"Siap bu polwan!" Sahut Tenesya dan Donita bersamaan.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan Tyara yang memakai gaun pengantin, dengan Shua yang menuntunnya.

"Udah?" Tanya Hana.

Tyara mengangguk.

"Muka lo masih pucat gitu. Yakin nggak papa?" Tanya Shua, yang menuntun Tyara dari kamar mandi, agar kembali duduk.

"Gue cuma tegang dikit, jadi perut gue ikutan reaksi, selebihnya nggak papa." jawab Tyara.

Pintu ruangan tersebut kembali terbuka dan menampilkan Jendral dengan wajah khawatirnya "Katanya tadi muntah?"

"Barusan aja sih, bukan tadi." Koreksi Shua.

Jendral yang sedang berlutut di depan Tyara, menggenggam kedua tangan calon istrinya tersebut dengan erat, dan menatapnya. "Tolong bertahan sebentar lagi ya? Setelah acara pemberkatan, aku temenin kamu buat istirahat."

Tyara hanya mengangguk lemah. Seakan tidak peduli dengan kehadiran teman-teman Tyara, Jendral terus menggenggam erat tangan Tyara. Sesekali, laki-laki itu juga mengecup perut dan punggung tangan Tyara, lalu berbicara di depan perut calon istrinya itu. Hingga keduanya sama-sama tersenyum.

Tenesya mengendus-endus sekelilingnya.

"Dih, kenapa sih, lo?" Tegur Donita.

"Bau apaan sih, ini?"

Keempat wanita itu ikut mengendus, mencoba mencari aroma yang dimaksud Tenesya.

"Oh, bau bucin ternyata." jawab Tenesya, yang tertawa setelah berkata demikian.

"Ada-ada aja lo!" Sahut Wanda.

"Ya, lo liat aja sendiri. Mereka tuh tau nggak sih, kalo lagi nggak berdua aja? Bisa-bisanya ngebucin di depan orang-orang jomblo! Gue kan, jadi pengen juga."

Boss or Lust [Miss Independent Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang