PROLOG

1.6K 333 107
                                    


Bagi Rembulan, putra pertamanya, Sagara Dhaniswara, adalah lebih dari sekadar implementasi cinta platonik.  Sagara merupakan napas pertama, tangis dan tawa pertamanya saat menyandang gelar baru sebagai seorang ibu.

Sagara adalah implikasi dari harapan, doa, dan usaha Rembulan maupun Surya di tengah penantian panjang akan hadirnya buah hati. Yang hadirnya selalu ditunggu setelah Rembulan dua kali mengalami keguguran. Satu kehamilan ektopik, lalu yang kedua harus ikhlas pergi setelah bersemayam selama delapan Minggu di dalam perut Rembulan.

Sagara adalah bentuk lain rasa cinta dan kasih sayang, dan rasa syukur. Yang sebelum dia hadir, sang mama tak pernah lelah meminta melalui tengadah doa, lewat tangisan rindu, ingin sekali menimang, walau bentuknya belum tahu seperti apa tapi sudah sangat didamba. Hingga, saat tangis pertama bayi mungil itu pecah di ruang bersalin, seperti oase di Padang gersang. Mengobati kerontang oleh dahaga penantian yang ditotal jumlahnya sekitar 7 tahun.

Sagara adalah bentuk kasih sayang Tuhan pada Rembulan dan Surya. Anak laki-laki berwajah manis itu bertumbuh dengan sangat baik. Rezeki pertama di tahun ke tujuh pernikahan. Yang hadirnya membawa banyak cinta, rezeki dan tawa.

Anak laki-laki yang selalu dijaga lewat doa dan perhatian, tumbuh menjadi laki-laki yang peka terhadap sekitar, yang enggak pernah menyela ucapan sang mama, yang selalu taat pada papanya. Sagara tumbuh menjadi anak cerdas yang enggak cuma rajin dalam hal akademik, tapi juga dalam beribadah pada Rabb-nya. Yang tindak-tanduknya selalu penuh adab serta sopan santun. Yang sudah khatam Al-Qur'an ratusan kali selama kurun waktu usianya menginjak dewasa. Dan, Rembulan tak akan segan menyematkan gelar si anak sholeh, yang enggak pernah membuatnya bersedih atau menangis. Yang selalu menjadi pengayom bagi adik-adiknya.

Hingga Sagara beranjak dewasa, kekhawatiran itu turut menyambangi hati Rembulan. 

Pinggiran mata Rembulan akan otomatis basah kala mengingat, terkadang orang lain yang enggak tahu dan dekat akan seenaknya menghakimi Sagara hanya karena sulungnya belum juga menemukan jodoh di usia yang menginjak 33 tahun.

Rembulan yang tahu bagaimana putra sulungnya akan tersenyum manis, atau memeluknya dari samping sembari berbicara dengan nada yang sangat lembut,  "Doakan saja ya, Ma. Tidak perlu dimasukkan ke dalam hati omongan orang yang belum tentu tahu bagaimana kehidupan kita. Cukup berikan senyum saja. Khoirunnass, yang baik akan dipertemukan dengan yang baik. Mama tidak usah khawatir. Manusia hadir di dunia sudah mengantongi rezekinya masing-masing, begitu juga dengan urusan jodoh."

Kalimatnya selalu menenangkan dan penuh kehati-hatian.

Rembulan mengangguk-angguk. Lihat saja, Sagara selalu memiliki ribuan stok kesabaran untuk menenangkannya. Dia hanya sedih saat menyaksikan putra sulungnya banyak mendapat cercaan setiap ada acara kumpul keluarga besar. Banyak cercaan bernada kelakar yang menyakiti hati. Dari olokan jika Sagara adalah pemilih, sampai jokes di luar batas yang menyatakan sulungnya seorang boys lovers atau penyuka sesama jenis.

Rembulan kembali menitikkan airmata. Tetapi, kali ini bukan lagi airmata sedih, melainkan rasa haru bercampur buncah bahagia.

"Doakan ya, Mama. Semoga ini yang terbaik menurut-Nya." Pinta Sagara, dan lekas diangguki Rembulan.

Kabar membahagiakan yang Rembulan dengar setelah sekian lama larut dalam penantian. Keinginan semua ibu; ingin menyaksikan anak-anaknya bertumbuh, hidup bahagia, menemukan pasangannya dan hidup berdampingan. Layaknya dulu ketika menanti kehadiran Sagara, yang kali ini harunya juga terasa sama ketika warta bahagia itu menyambangi saraf-saraf pendengarannya.

"Dia, putrinya salah satu jamaah taklim di pengajian rutin yang sering Saga ikut, Ma. Pak Ustaz yang mengenalkan dengan ayahnya. Insyaallah baik, sholehah, cantik hati dan rupanya. Kata ayahnya, dia baru belajar hijrah, sangat butuh pendamping hidup yang bisa membimbing dan mengarahkan untuk menjadi lebih baik di mata Rabb-nya." Wajahnya memancar cerah ketika menceritakan tentang gadis yang digadang akan segera dipinang.

Sang mama tersenyum bahagia. "Mas Saga benar sudah yakin?" Tanyanya mendapat anggukan sang putra.

"Insyaallah, Ma. Saya sudah istikharah, sudah minta nasihat sama Ustaz. Kata beliau kalau sudah yakin, langsung saja dinadzor, tidak perlu mengulur waktu lagi. Setelah itu langsung khitbah, karena niat baik harus disegerakan." 

Rembulan mengamini lewat anggukan. Dia percaya pilihan putranya pasti adalah yang terbaik. Dia enggak perlu lagi meragukan kriteria 'baik' menurut Sagara. Bagi Sagara cantik itu relatif, biar memudar seiring waktu, tapi jika hati dan jiwanya yang cantik, maka akan menumbuhkan Akhlakul Karimah. Karena bagi Sagara, mencari calon ibu bagi anak-anaknya kelak enggak hanya butuh sekadar cantik, tapi yang utama berakhlak baik, karena ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

"Kalau Mas Saga sudah yakin, Mama akan segera mengurus dan menyiapkan semuanya. Mama enggak sabar mau ketemu sama gadis pilihan kamu, Mas." Antusias Rembulan. Sagara tersenyum lembut menanggapi hiperbolik sang mama.

"Insyaallah, Ma," sahut Sagara. Disusul rapalan hamdalah terlontar dari bibirnya.

__________________





Catatan kaki:
Nadzor - artinya melihat calon jodoh sebelum proses ta'aruf. Yang boleh dilihat dari pihak perempuan hanya wajah dan telapak tangannya. 








Unch-unch, siapakah gadis yang mau dipinang Mas Saga? Ada yang bisa nebak?

Bab 1 tunggu nanti 1 Ramadhan ya.






24-02-23
Tabik
Chan

ETHEREAL (Sambung Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang