8 |INDECISIVE

886 281 261
                                    


Perasaan manusia itu fluktuatif, sama seperti iman, naik turun, pasang surut.
_____SAMBUNG RASA____




"Gimana kalau kita batalin aja rencana pernikahan ini, Mas?"

Kalimat Shila masih terperangkap di dalam benak Sagara. Tercenung adalah reaksinya merespons kalimat Shila yang di luar dugaan. Sagara tidak menyangka jika Shila akan mengeluarkan statement yang bahkan tak pernah terpikirkan oleh Sagara.

"Aku belum siap menikah sama Mas Saga."

"Kalau belum siap kenapa Shila menerima saat saya datang mengkhitbah?" Sagara tidak bisa menyembunyikan rasa kaget.

Shila menunduk dalam, tidak berani menatap wajah Sagara saat melontarkan pernyataan. "Seperti yang aku bilang, Mas. Awalnya aku kira bisa jatuh cinta sama Mas Saga, ternyata, sampai detik ini aku enggak ngerasain apapun. Itu bikin aku ragu, Mas."

Sagara mengusap wajah dengan frustrasi. Bagaimana bisa Shila mengatakan ingin membatalkan semuanya padahal persiapan telah berjalan hampir 50 persen. Lelaki itu terekam menelan ludah susah payah, bingung harus menjawab kalimat Shila.

"Mas Saga, aku butuh pendapatnya? Please?" Shila menanti jawaban Sagara dengan raut cemas.

"Tidak sesimpel itu Shila." Sagara pastinya tidak akan memaksa Shila jika gadis itu terang-terangan menyatakan tidak siap untuk melanjutkan rencana pernikahan. Namun, PR keduanya masih banyak jika benar jalan perpisahan yang diambil. Kesepakatan pernikahan ini terjadi bukan hanya antara Sagara dan Shila, tapi ada dua keluarga besar yang mendasari hubungan keduanya terjalin. Sagara mungkin bisa menerima dengan mudah, anggaplah Shila memang bukan jodohnya, qadarullah, tapi membayangkan wajah-wajah kecewa para orangtua membuat Sagara didera kekhawatiran lebih dulu.

"Aku tau Mas, ini juga yang mau aku bahas sama Mas Saga." Shila menatap sekilas mata Sagara. "Biarlah kita seperti ini dulu, pura-pura mengurusi semuanya, agar enggak ada yang curiga. Nanti pelan-pelan aku bakal bilang dan menjelaskan sama papa dan mama, kalau kita enggak cocok, Mas." Pengimbuhan yang memantik gelengan tegas Sagara.

"Saya selalu tidak setuju dengan konsep berdusta Shila. Berbohong hanya akan membuat keadaan menjadi runyam."

"Bohongnya cuma sebentar Mas, justru kalau tiba-tiba aku langsung bilang ingin mundur, semuanya bakal tambah runyam." Kukuh Shila. Gadis itu mencoba meyakinkan Sagara agar untuk sementara biarlah semuanya tetap seperti sekarang. Nanti pelan-pelan dia akan bicara pada papanya tentang keputusannya ini.

"Risikonya sama besarnya Shila. Kalau memang kamu tidak siap menikah dalam waktu dekat, saya sangat bisa memaklumi. Saya juga tidak memaksa kamu untuk melanjutkan pernikahan ini jika kamu sendiri tidak Ridha menjalaninya. Tapi berbohong apalagi pada keluarga besar kita itu bukan pilihan baik, Shila."

Shila terdiam beberapa saat. Mencerna ucapan Sagara. Dia harus bersyukur laki-laki itu adalah Sagara - yang batas kesabarannya di atas rata-rata. Entah apa jadinya jika saat ini yang menjadi calon suaminya adalah laki-laki lain yang kurang sabar dan emosian, pasti Shila sudah kena gampar saat menyatakan ingin mundur dari rencana pernikahan.

"Enggak akan lama Mas, aku janji. Sementara waktu, anggap aja aku lagi nemenin Mas Saga nyari seserahan buat calon jodohnya Mas Saga nanti. Demi Allah, aku belum siap nikah sama Mas Saga." Kedua tangan Shila menangkup saat bicara kembali.

Sagara mengosongkan udara dalam paru-parunya. Melepas embusan dengan panjang. "Baik, satu minggu, Shila. Dalam kurun waktu seminggu kamu sudah harus bicara jujur pada Om Deas dan Tante Diandra. Setelah itu saya akan datang mengembalikan kamu pada orangtua kamu sebagai pertanda jika pinangan dibatalkan." Keputusan Sagara menciptakan binar cerah di mata Shila.

ETHEREAL (Sambung Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang