Ide Gila

4K 206 2
                                    

"Fay... Itu seragam Kay, tadi sebelum Kay jalan sama teman-teman basketnya, dia taruh di kamar gue. Mana seragam lo? Aduh bisa mati niih gue kalau harus pakai seragam lo."

Kalian tahu apa yang aku pegang sekarang? Ya benar ini seragam. Tapi yang jadi permasalahannya adalah... ini seragam sekolah kakak laki-lakiku, Kaendra Subiantoro biasa dipanggil Kay. Dan lihatlah sekarang bagaimana wajah frustasi adikku Ray, Rayland Subiantoro. Dia juga akan melakukan hal yang sama denganku. Menggunakan seragamku ke sekolah. Masalah besarnya adalah aku ini seorang perempuan dan adikku Ray, dia seorang laki-laki. Semua ini karena Kay, aku dan Ray menjadi korban dari kegilaan Kay. Kenapa?

Ini karena ide Kay. Katanya dia bosan dengan sekolah khusus laki-lakinya. Dia memintaku dan Ray untuk melakukan ide gila dengan bertukar sekolah. Bagaimana bisa aku berakting menjadi laki-laki? Ya walaupun di sekolah, sahabatku selalu mengatakan aku ini cantik tapi tampan juga kalau menjadi laki-laki. Karena tinggiku 175 cm, tidak jauh berbeda dengan kedua saudara kembarku yang tingginya 178 cm dan 180 cm. Ini karena aku adalah hasil dari pembelahan sel yang sama dengan kedua saudara kembarku, saat pembuahan sel telur Bunda untuk membentuk janin dulu. Alhasil aku dan kedua saudara kembarku menjadi sosok yang sulit untuk dibedakan karena kami kembar identik.

Kaendra Subiantoro, saudara kembarku yang lahir lima menit sebelum aku. Dia mendapat beasiswa di SMA swasta ternama di Jakarta. Sebenarnya aku juga bisa masuk mendapat beasiswa di sekolah Kay, karena nilaiku lebih baik daripadanya. Sayangnya SMA itu hanya menerima laki-laki. Sekolah Kay memang SMA khusus laki-laki jadi aku tidak mungkin masuk menjadi siswa di sekolah itu.

Rayland Subiantoro, dia lahir paling lama. Butuh waktu 23 menit setelah kelahiranku ke dunia. Mungkin karena itu, dialah yang paling lamban diantara aku dan Kay. Tapi sebenarnya dia juga yang paling tinggi diantara aku dan Kay, 180 cm. Terkadang membuat Kay yang memang atlet basket di sekolahnya iri dengan tinggi Ray.

Ray sekolah di SMA umum sepertiku, hanya saja karena memang dia tidak terlalu baik dalam pelajaran dia mendapat SMA Negeri biasa, itupun karena nilainya yang pas-pasan, sedangkan aku di SMA Negeri favorit. Dimana semua siswanya mendapat nilai yang tidak wajar karena kepintarannya.

Aku, Fairy Subiantoro. Sekarang aku dan kedua saudara kembarku berusia 17 tahun. Sama-sama duduk di kelas 11. Aku adalah seorang atlet basket putri di sekolah. Tidak jauh berbeda dengan Kay yang memang atlet basket juga di sekolah khusus laki-lakinya. Sebenarnya alasanku masuk ke tim basket karena tinggiku yang 175 cm ini. Terkadang aku malu dengan tinggiku. Bayangkan saja diantara teman-teman perempuanku yang lain, hanya aku yang tingginya lebih dari 170 cm.

Sekolahku ini bukan sekolah internasional yang kebanyakan siswanya berasal dari luar negeri atau blesteran, karena itu aku perempuan satu-satunya yang tingginya lebih dari 170 cm. Makanya teman-temanku yang perempuan selalu mengatakan aku tampan kalau saja aku bergaya seperti laki-laki. Tentu saja aku tampan, karena kedua saudara kembarku itu memang tampan. Buktinya Rayland selalu diganggu oleh perempuan-perempuan di sekolahnya, itu katanya. Dan hebatnya teman-temanku ataupun teman Kay tidak ada yang tahu kalau kami ini kembar, kecuali teman Ray yang memang sebagian teman Ray adalah temanku dan Kay waktu SMP dulu. Aku dan Kay sengaja merahasiakan ini dari teman-teman kami. Kata Kay dia tidak ingin diejek teman-temannya kalau temannya tahu dia memiliki kembaran perempuan sepertiku. Dan aku juga tidak ingin teman-temanku tahu kalau aku ini punya kembaran laki-laki yang benar-benar mirip. Bisa-bisa teman-temanku bukannya ingin berteman denganku, melainkan berteman dengan kedua saudara kembarku yang banyak perempuan katakan kalau saudara kembarku itu tampan sekali.

Dulu aku, Kay, dan Ray sekolah di SMP yang sama. Aku memiliki banyak teman perempuan saat itu. Walaupun teman laki-lakiku juga tidak sedikit. Karena teman Kay dan Ray adalah temanku juga. Tapi sayangnya teman-teman perempuanku tidak tulus ingin berteman denganku. Mereka hanya ingin mendekatiku karena Kay dan Ray. Itu sebabnya aku tidak ingin mengatakan kepada teman-teman SMAku kalau aku ini kembar identik dengan laki-laki. Dan untungnya tidak ada satupun teman SMPku yang sekolah di sekolahku sekarang. Kebanyakan teman SMPku sekolah di tempat Ray. Dan aku selalu menolak jika Ray mengatakan teman-teman perempuan SMPku ingin bermain ke rumah dengan alasan mereka merindukanku. Aku tahu itu hanya alasan agar mereka bisa melihat Ray lebih dekat, mengingat Ray itu laki-laki cool yang sulit didekati oleh perempuan, tidak seperti Kay. Sayangnya Kay jarang di rumah karena dia lebih sering di asrama sekolahnya.

"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saat Kay mengatakan ide gilanya kepadaku dan Ray.

"Gak bisa Fay! Kan udah kesepakatan." Kay itu keras kepala. Mungkin karena merasa lahir lebih dulu, jadi dia selalu ingin menang sendiri.

"Tapi kan lo bisa tukeran sama Ray tanpa harus melibatkan gue Kay!" aku protes sedangkan Ray diam saja. Dia benar-benar lamban. Sampai-sampai perempuan yang mendekatinya saja dia tidak menyadarinya. Itu karena kelambanan otak berpikirnya.

"Gak bisa Fay sayoong! Ray itu gak bisa basket. Dia itu atlet renang. Jadi selama dia sekolah di tempat gue nanti, dia bakalan kalah terus kalau tanding sama yang lain. Bisa-bisa reputasi gue hancur gara-gara permainan basketnya yang parah." Aku tahu Ray memang tidak suka berlari, karena itu dia tidak suka bermain basket denganku dan Kay. Kalau kita bertiga sedang bermain bersama, Ray lebih memilih menonton aku dan Kay yang sibuk mencuri bola drible.

"Lagipula kesepakatan terakhir itu mutlak setelah kita mengundinya. Jadi ini gak bisa diganggu gugat lagi. Besok kita mulai penyamaran. Gue jadi Ray! Lo, Fay jadi gue! Dan Ray jadi lo, Fay!" Kay sudah memulai sikap otoriternya. Kalau sudah begini, aku dan Ray hanya bisa pasrah. Semoga Ayah dan Bunda tidak menyadarinya. Ayah mungkin tidak akan menyadarinya tapi Bunda sepertinya harus diwaspadai.



***

Sebenernya cerita ini udah lama author buat. Jaman author masih pakai seragam putih abu-abu. Dulu juga sempat cerita ini ditulis di buku tulis dan dibaca temen2 author. Tapi bukunya udah kemana tahu?!

Karena ide ceritanya masih nyantol di otak author, jadi author tulis dan publish di sini... Smoga suka yaaak!!

*Klo suka, bolehlaah komen & vomennya yaaak! hehe... ^^

Thanks for readers... love you all!!

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang