Aku lanjut extra ini untuk Ray... karena aku buat sesuai dengan urutan waktu.. Jadi sabar ya yang masih tunggu cerita Fay!! Happy reading!! Typo bertebaran... ^_^
Aku sudah berdiri di samping motorku, di depan sekolah Fay yang lama. Dan aku sudah mengirim pesan untuk Dee kalau aku datang menjemputnya. Dia pasti terkejut dengan pesanku ini. Karena sudah seminggu kami tidak bertemu, sejak kepergianku dan keluargaku ke Belanda. Ditambah lagi soal kepindahan Fay yang mendadak itu. Pasti semua teman Fay juga sama terkejutnya dengan Dee. Apalagi Fay cewek yang cukup populer di sekolah. Itu yang aku tahu, setelah seminggu menyamar menjadi Fay.
"Ray!!" panggil Dee terlihat menangis dari kejauhan. Ada Icha di sampingnya. Dee benar-benar menangis saat ini. Aku tahu, pasti karena kepindahan Fay.
"Hai Cha!!" sapaku pada Icha yang terkejut mendengarku memanggil namanya.
"Lo kenal gue?" tanya Icha tidak percaya. Aku hanya tersenyum membalas pertanyaan Icha. "Tapi kenapa muka lo mirip banget sama Fay? Lo siapanya Fay?" lagi-lagi Icha bertanya. Kali ini pertanyaannya seperti mengintrogasiku.
"Ray!! Kembarannya Fay yang juga pacar Dee." Aku mengulurkan tanganku di hadapan Icha untuk berkenalan.
"Dee... lo gak bohong kan?" kali ini Icha bertanya pada Dee langsung. Dee hanya mengangguk karena sejak tadi dia masih menangis di hadapanku. Aku mengusap kepalanya penuh sayang. Menenangkan Dee yang aku yakin masih sedih dengan kepergian Fay.
"Tidak ada yang tahu kemana Fay pindah selain kalian berdua, bahkan gurupun tidak tahu kemana Fay pindah. Jadi bisakah kalian merahasiakan ini pada yang lain? Terutama pada orang yang tidak kalian kenal, jika datang menanyakan tentang Fay," pintaku sebelum mengajak Dee pulang bersama.
Ini permintaan Kay yang dia sampaikan padaku. Aku tidak mengerti kenapa Kay meminta seperti itu padaku. Bahkan dia sampai mengancamku kalau mengatakan hal tentang Fay pada Kevin. Oke aku pernah bertemu dengan Kevin sekali, itupun bersama Fay. Jadi tidak mungkin aku menemuinya lagi, apalagi membahas tentang Fay dengan orang yang tidak aku kenal dekat.
"Baiklah! Kalau begitu gue pulang duluan ya, Dee... Ray!!" pamit Icha setelah dia melihat jemputannya sudah datang.
"Kenapa masih nangis? Kan aku sudah pulang dan ada di depan kamu sekarang?" rayuku pada Dee yang masih mengeluarkan air mata. Aku buru-buru menghapus air mata Dee dan memintanya untuk naik ke atas motor, duduk di belakangku.
**
"Kenapa Fay harus pindah?" tanya Dee setelah kami sampai di rumahnya, dan duduk di ruang tamunya. Ibunya Dee tadi sempat menyapaku, lalu pergi masuk lagi ke dalam rumah karena harus menyelesaikan beberapa pesanan jahitan orang-orang di komplek rumahnya.
"Tanteku depresi karena kehilangan anaknya. Usia kami hanya berbeda satu tahun. Dia adik sepupuku. Sayangnya pergaulan bebas di luar negeri membuatnya kehilangan nyawa diusia muda."
"Memang kenapa?" tanya Dee penasaran.
"Naura, namanya. Nama yang diberikan oleh Bunda ketika sepupuku lahir. Kami sekeluarga biasa memanggilnya Ara. Itu penjelasan nenek sebelum aku kembali ke Indonesia dua hari lalu. Usianya baru 16 tahun. Dan kecelakaan yang terjadi karena Ara pulang larut malam menjelang pagi dalam keadaan mabuk dan mengendarai mobilnya seorang diri. Aku tidak tahu persis bagaimana kronologi kecelakaan itu, yang aku tahu malam itu dia baru pulang dari klub malam dengan teman-temannya. Dan di hari pemakamannya, tidak ada satupun temannya yang hadir. Orang-orang yang menjerumuskan Ara, gadis yang polos dan baik hati menjadi wanita malam yang sering pulang pagi.
Dan di pemakaman itulah tanteku melihat Fay. Menganggapnya seperi Ara yang baru saja dimakamkan. Tidak ada seorangpun yang berani membenarkan siapa Fay saat itu, mengingat kondisi tanteku yang hampir gila. Wajah kami tidak mirip, tapi rambut, dan warna mata kami sama. Karena itu tanteku mengira Fay adalah Ara. Dan akhirnya keluarga besar memutuskan agar Fay tetap tinggal bersama tanteku sampai kondisi kejiwaannya membaik dan dia mengingat siapa Fay yang sebenarnya," jelasku pada Dee yang sejak tadi menyimak dengan baik ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
Romance"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saa...