Posesif

2.2K 177 3
                                    

Fay POV

Bagaimana dia tahu kalau aku ini perempuan? Sejak tadi Gilang dan Rafa saja tidak mengetahui siapa aku. Tapi kenapa Kevin yang bahkan baru aku temui ini bisa mengetahui siapa aku sebenarnya.

"Siapa lo sebenarnya? Apa jangan-jangan selama ini Kay adalah perempuan?" tanya Kevin setelah aku dan dia sampai di UKS. Beruntungnya ruang UKS sepi. Kebanyakan siswa sudah masuk ke asramanya masing-masing.

"Lo gila Kev! Mana boleh perempuan masuk ke sekolah ini!" ucapku sarkastik.

"Ooh lo masih gak mau ngaku juga ya?"

Tiba-tiba Kevin membuka topi yang sejak pagi aku gunakan dan melepas wigku. Rambut panjang sebahuku jadi tergerai indah. Rasanya sangat nyaman bisa melepasbebaskan rambutku yang sejak pagi aku sembunyikan.

"Lo cantik juga!" hanya itu suara yang terdengar dari bibir Kevin, karena setelah itu Kevin membuka kaos latihanku. Terlihat jelas di mata Kevin lilitan kain yang menutupi payudaraku. Aku ingin berteriak, tapi tidak bisa. Karena kalau aku berteriak semua siswa akan mengetahui siapa aku.

"Jadi sebenarnya lo ini siapa? Kalau masih tidak ingin jawab, bersiaplah gue buka semua lilitan kain ini, dan dengan senang hati gue bisa lihat keindahan di dalamnya," ancam Kevin.

"Fay...gu..gue.. Fay," ucapku terbata.

"Baiklah Fay! Apa hubungan lo dengan Kay?" tanya Kevin tepat di telingaku, bibirnya hampir menyentuh daun telingaku. Membuat tubuhku sesaat gemetar karena takut dan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhku.

"Kay kakak kembar gue."

"Kembar identik huh? Pantas saja tidak ada yang menyadari kalau lo bukan Kay."

Aku hanya diam tidak menjawab apapun yang dia katakan.

"Kalau begitu, mulai detik ini lo sekamar sama gue!" perintah Kevin.

Tidak!! Bagaimana bisa aku sekamar dengan orang yang sudah mengetahui siapa aku sebenarnya? Apalagi laki-laki ini harus diwaspadai.

"Kenapa? Lo gak mau? Kalau begitu siap-siap lo dan kakak kembar lo angkat kaki dari sekolah ini!" Dia mengancamku lagi. Tapi kali ini membawa nama Kay. Apa yang harus aku lakukan? Kalau Kay tahu bisa-bisa dia akan kecewa. Apalagi kalau sampai pihak sekolah tahu, Ayah dan Bunda pasti lebih kecewa.

"Baaa..baiklah!" Aku pasrah.

"Begitu dong Manis! Kalau begitu sekarang kita bereskan pakaian lo yang ada di asrama. Pindahkan semuanya ke kamar gue!"

Ya Tuhan bencana apa lagi ini? Bencana pertama adalah persetujuanku saat Kay menyatakan ide gilanya. Bencana kedua, saat aku menerima menyamar menjadi Kay, dan yang ketiga sekarang... aku harus sekamar dengan Kevin yang notabene nya adalah rival Kay. Aku ingin semua ini hanyalah mimpi. Aku ingin secepatnya hari berganti menjadi minggu, agar penyamaran ini segera barakhir.

"Masuklah! Jangan hanya berdiri di depan pintu kamar!" Lama-lama aku sering mendengar kata-kata perintah dari orang yang ada di hadapanku ini, Kevin. Dia sudah menarik koperku yang isinya pakaian Kay semua.

Dengan ragu aku langkahkan kakiku memasuki kamar Kevin yang terlihat sangat berantakan ini.

"Lo sendirian di kamar ini? Maksud gue, memang gak ada teman kamar lain?" tanyaku saat melihat tidak ada barang lain di bagian kiri kamar ini kecuali barang-barang yang ada di bagian kanan. Yang aku tahu itu pasti barang-barang milik Kevin.

Setiap kamar di dalam asrama memang hanya untuk dua orang saja. Dan letak ranjang dan lemarinya pun simetris dengan ranjang dan lemari lainnya, saling besebrangan.

BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang