Happy reading!!! ^_^
Ray POV
"Dee!!" panggilku pada sosok yang sejak dua hari ini menghindariku. Aku baru saja tiba di sekolah pagi ini. Dan untuk ke sekian kali aku mencoba mendekati Dee.
Aku tidak tahu alasan kenapa Dee makin menjauh dariku. Padahal dia sudah tahu yang sebenarnya. Dan itu membuatku semakin bingung dengan usaha apa yang harus aku lakukan agar Dee kembali seperti sejak pertama aku bertemu dengannya. Lihat saja, sekarang Dee malah pergi meninggalkan mejanya dengan alasan dia harus ke toilet. Alasan basi.
Meja Dee bukan mejaku lagi. Sejak identitasku terbongkar, Dee memutuskan untuk pindah tempat duduk. Sejak saat itu aku merasa Dee mulai menjauhiku. Setiap aku ingin bertanya, dia selalu menghindar. Alhasil, aku tidak bisa bertanya apapun padanya. Bahkan Dee tidak pernah menghubungi Fay lagi. Sampai Fay mengira aku telah menyakiti sahabatnya. Sungguh itu adalah hal yang paling aku hindari. Menyakiti Dee sama saja menyakiti diriku sendiri. Karena sejak hari pertama aku bertemu Dee, sejak saat itupula aku menyadari bahwa dia adalah sosok yang tidak bisa aku hindari. Seperti halnya sosok Fay dan Bunda. Dia begitu penting bagiku. Wanita ketiga yang aku sayangi.
Sayang?? Benarkah ini sayang?? Apa sayang ini berarti cinta? Suka?? Pada lawan jenis? Kalau memang begitu, maka aku akan berusaha untuk mendekatinya. Sebelum waktuku berakhir besok.
"Lo tuh kenapa sih Fay? Lo bertengkar dengan Dee?" Icha mendatangiku yang sedang melamun memikirkan cara agar bisa mendekati Dee.
"Kok lo bisa bilang begitu, Cha?"
"Ya iyalah... Buktinya Dee selalu menghindar dari lo. Kalau bukan bertengkar, apa dong?? Apalagi selama ini kalian itu lengket kayak permen karet."
"Gue juga bingung, Cha. Gimana caranya biar gue bisa ngomong ke Dee? Gue pengen banget dengar suaranya lagi."
"Omongan lo, Fay...Fay!! Udah kayak cowok patah hati ditinggal ceweknya pergi." Aku sempat terkejut dengan ucapan Icha, aku pikir dia tahu identitasku dari Dee. Tapi aku yakin kalau Dee bukan seorang yang mudah mengumbar rahasia orang lain.
"Gue ada ide!!" lanjut Icha membuatku mendekat padanya, mencoba mendengar apa yang akan dia ucapkan padaku.
***
Fay POV
Ini sudah dua hari sejak pertemuan kami berempat di taman hiburan. Kevin tidak pernah membicarakannya dan aku tidak mempedulikannya. Toh waktuku tinggal besok. Itu hari terakhirku. Dan hari dimana aku terbebas dari makhluk aneh menyebalkan yang juga tampan seperti Kevin. Mengingat aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, menandakan aku akan merindukannya. Mungkin. Atau bisa saja dia yang merindukanku. Haha... Tidak lucu. Karena tidak akan mungkin seorang Kevin yang notabene nya tidak menyukai tipe wanita sepertiku ini akan merindukanku. Lagipula siapa yang akan merindukannya. Mengingatnya saja aku tidak ingin. Tidak ingin menolak...
Dan lihatlah sekarang. Sejak latihan basket sepulang sekolah tadi, wajahnya selalu menatapku. Ingin rasanya aku cium dia. AAAhhh!! Jangan lagi berpikiran jorok. Ini semua karena Kevin. Bagaimana aku tidak berpikiran kotor kalau setiap hari selalu disuguhkan tubuh atletisnya yang senang sekali terbuka. Tanpa pakaian atasan apapun. Ingat!! ATASAN bukan bawahan. Perempuan mana yang tidak senang melihatnya. Walaupun aku sering melihat kedua saudara kembarku bertelanjang dada, tapi rasanya ini berbeda. Aku seperti tersihir untuk datang menghampiri tubuhnya dan menyentuh dada kekarnya. FAY!! SADARLAH!! Aku sudah mulai berpikiran kotor lagi.
"Mikirin apa lo?" seseorang menepuk bahuku dari samping. Sejak kapan orang ini ada di di sampingku?
"Gue lagi mikir lo punya rencana jahat apa lagi ke gue. Puas lo!!" jawabku ketus, Kevin hanya tertawa mendengar jawaban asalku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
Romance"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saa...