Happy reading!!! ^_^
Setelah seminggu akhirnya aku kembali ke Indonesia. Dengan hilangnya salah satu anggota keluarga yang pasti akan sangat dirindukan, menjadikan rumah ini semakin sepi tanpa kehadirannya. Apalagi sekolahku adalah sekolah asrama. Dan hanya akan ada Ray di rumah ini selama lima hari dalam seminggu. Tapi karena keberadaan Fay kini yang ada di Belanda, pastinya akan membuat seluruh keluargaku sering-sering berkunjung ke sana. Nenek begitu bahagia mendengar keputusan Fay minggu lalu, karena waktu untuk berkumpul bersama keluarga besar akan sering terjadi.
Dan dua hari lalu adalah pesta perpisahan kami dengan Fay. Melihat keadaan tante Firly yang tidak lagi seburuk di pemakaman Ara, membuat kami harus merelakan Fay. Beruntungnya kami sangat dekat dengan adik Ayah beserta keluarganya, jadi aku yakin, Fay tidak harus canggung lagi di depan mereka. Apalagi nenek meminta Fay tinggal di rumahnya dimana tante Firly juga harus pindah ke sana.
Hari ini hari pertama di minggu pertama aku mulai masuk ke sekolah asrama setelah seminggu tidak hadir. Dan terkejutnya aku melihat kamarku bukan bersama Rafa melainkan Kevin si Kunyuk itu. Kenapa Fay tidak cerita? Dan lagi saat ini Kevin menatapku penuh selidik. Jangan-jangan dia tahu siapa Fay?
"Apa lo lihat-lihat?" tantangku menatapnya balik.
"Kay?" tanyanya ragu.
"Sejak kapan lo tahu adik gue? Ada hubungan apa lo sama dia?" tanyaku menebak kalau Kevin tahu tentang penyamaran Fay.
"Jadi lo benar Kay? Terus dimana adik lo?"
"Lo belum jawab pertanyaan gue." Kevin hanya diam tidak menjawab. Akhirnya aku pergi meninggalkan dia untuk mengemasi barangku dan pindah ke kamar lama bersama Rafa. Aku tidak ingin tahu tentang hubungan mereka. Karena yang aku tahu saat ini, Fay berani memutuskan untuk menetap di Belanda tanpa memikirkan Kevin, berarti mereka berdua tidak ada hubungan spesial.
"Gue tanya dimana adik lo sekarang?" tanya Kevin menarik bajuku saat aku baru membuka pintu kamar untuk keluar. Apa begini caranya dia memperlakukan Fay. Sial!!!
Aku langsung meninju perut Kevin. Aku tidak suka mengingat apa yang terjadi pada mereka saat aku tidak ada. Aku jadi semakin merasa bersalah membiarkan Fay tinggal di asrama bersama si Brengsek ini.
"Gue gak suka lo tanya tentang adik gue! Jadi lebih baik lo menjauh dari pandangan gue!" ucapku meninggalkan Kevin sambil membawa barang-barangku ke kamar Rafa. "Dan jangan pernah lo berani menunjukkan wajah brengsek lo itu di hadapan Fay!" ancamku akhirnya sebelum benar-benar meninggalkan Kevin dengan kesakitannya.
**
"Kevin tuh kenapa sih? Akhir-akhir ini permainannya seperti orang gila. Bahkan dia dengan sengaja melempar bola ke wajah Gilang," jelas Rafa saat kami sedang berada di lapangan. Duduk di bangku penonton, beristirahat setelah latihan yang melelahkan.
"Sejak kapan dia begitu?" tanyaku menyelidik.
"Waktu lo ijin untuk menghadiri pemakaman kerabat lo. Sejak waktu itu permainannya gak terkontrol. Bahkan pelatih sering menegurnya. Kalau bukan karena cideranya, mungkin pelatih juga akan menghukumnya," jelas Gilang padaku.
"Anehnya, dia sering menanyakan kapan lo balik. Gue jadi benar-benar bingung dengan kelakuannya akhir-akhir ini," tambah Rafa.
"Lebih aneh lagi waktu lo setuju pindah ke kamarnya minggu lalu," tawa Gilang meledekku. Sial!!
Aku lihat Kevin menatapku tajam. Aku tahu apa yang ada di dalam otaknya itu. Dan sampai kapanpun aku tidak akan memberitahukan keberadaan Fay. Begitupun keluargaku. Aku tidak akan ijinkan mereka memberitahukan keberadaan Fay kepada siapapun. Aku yakin ada sesuatu yang disembunyikan Fay selama seminggu ini. Dan itu bukan hal yang baik. Mengingat Kevin bukan orang yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
Romance"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saa...