Aku dan Ray tertawa geli melihat Kay saat ini. Bagaimana tidak. Kay dengan sikap otoriter, yang tidak pernah ingin mengalah dari kami atau siapapun itu. Dan dengan sifat yang keras kepala, yang selalu bisa membuat orang di sekelilingnya terdiam hanya karena ketegasan yang dia miliki, kini berada di atas pelaminan dengan pasangan yang dicintainya sejak SMA.
Sebenarnya yang membuat kami berdua tertawa sampai tidak bisa berhenti bukan karena Kay yang berdiri di atas pelaminan itu, melainkan pakaian adat yang digunakannya. Pakaian adat Sunda yang berwarna pink. PINK. PINK lhoooo!!! Warna yang paling dibenci Kay tapi yang paling disukai oleh pasangannya. Dan aku bersama Ray puas sekali menertawakan Kay dari bawah panggung pelaminan. Dengan sepuas hati, aku memfoto Kay yang menggunakan pakaian itu. Ini adalah momen yang pasti tidak akan pernah bisa aku lupakan. Dan akan aku tunjukkan pada anak-anak Kay nanti. Sebagai bahan bully-an untuk ayahnya yang sangat otoriter itu.
"Kemana Dee?" tanyaku pada Ray yang sejak tadi mengikutiku terus. Ini anak lupa kali ya kalau punya pasangan di acara ini.
"Oh iya ya?!!" Benarkan kataku.
"Siap-siap Dee digondol cowok-cowok kece. Secara dia cantik dan seorang desainer terkenal! Banyak para calon ibu mertua yang menginginkannya!" Aku menakuti Ray yang sudah memucat mendengar ucapanku.
Ray tahu betul kalau ucapanku bukan main-main. Karena sering kali dia memergoki Dee yang sedang dirayu oleh pria lain kalau kebetulan Ray harus meninggalkannya sebentar. Begitulah resiko punya pasangan yang mengagumkan.
Keluarga besarku sudah duduk di bangku yang disediakan untuk para keluarga. Di sana ada keluarga tanteku beserta Nenek pastinya. Ayah dan Bunda berdiri di atas pelaminan bersama kedua mempelai. Mereka tidak akan lama berdiri di sana. Karena pesta ini berkonsep campuran. Saat menggunakan pakaian adat, orang tua mempelai beserta kedua mempelai memang akan berdiri di atas pelaminan. Tapi setelah berganti pakaian modern, mereka semua akan menyambut para tamu di ballroom dan berbaur dengan tamu yang lain.
Aku menghampiri meja keluargaku. Mendatangi Gerald yang baru saja tiba di Indonesia. Dia memang tidak datang bersama keluarga yang lain karena ada pekerjaan yang harus diurusnya. Tapi aku senang karena dia akhirnya datang juga. Aku kira dia tidak akan datang, karena baginya pekerjaannya lebih penting dari apapun. Dasar workaholic!!
"Kapan sampai?" tanyaku pada Gerald yang asik menikmati makanannya.
"Baru beberapa menit lalu."
"Jangan bilang itu pakaian kerjamu?" tanyaku menebak. Gerald hanya tersenyum menjawabnya. Aku tahu kalau tebakanku benar.
"Kamu memang adikku!" ucap Gerald mengedipkan matanya.
"Cepat makannya! Kita harus mengganti pakaianmu! Aku sudah siapkan di ruang make up." Kebiasaan Gerald memang seperti itu, jadi aku sudah hafal apa yang harus aku lakukan untuknya. Karena itu tidak jarang teman bisnisnya mengira bahwa aku adalah istrinya.
"I love you!" Selalu dijawab dengan ucapan itu. Aku sampai bosan.
**
Aku dan Gerald sudah berganti pakaian. Aku sudah menggunakan pakaian yang didesain oleh Dee. Dress hitam panjang dengan belahan sampai pahaku. Bahu yang terekspos dan menunjukkan lekuk tubuhku dari atas sampai pahaku. Dan di bagian bawah dressnya terdapat ukiran-ukiran bunga berwarna gold, yang membuat dressku tidak monoton. Sedangkan aku sengaja menggerai rambutku agar tidak terlalu menunjukkan punggungku yang terbuka karena bahuku terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
Romantizm"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saa...