Happy reading!!! Typo dimana-mana...
Aku lihat wanita yang sangat cantik berdiri di hadapanku saat ini. Gaunnya yang berwarna peach selutut, dengan bahu yang terekspos cantik membuatku terpesona. Benarkah yang di depan itu adalah aku? Diriku yang terpantul di dalam cermin. Ditambah polesan natural memperindah tampilanku malam ini.
Ini semua karena Dee, aku berdandan seperti malam ini. Dia menggeretku untuk menjadi salah satu model untuk memeragakan desain pakaiannya. Model yang sudah dia sewa ternyata tidak bisa hadir karena masuk rumah sakit. Dan kebetulan sekali, hari ini aku memang sedang berada di Paris untuk memperluas kerjasama bisnis Subiantoro dengan perusahaan lain di kota ini. Waktu luang setelah pertemuan bisnis tadi, membuatku menyempatkan diri untuk bertemu Dee yang sudah dua setengah tahun berada di negara ini. Waktu yang tepat ketika aku ingin bertemu dengannya, dia sedang menyelenggarakan peragaan busana yang didesainnya. Sekalian saja aku datang, mungkin ada beberapa desainnya yang membuatku tertarik. Apalagi dua bulan lagi Kay akan menikah, jadi aku harus sudah mempersiapkan gaun untuk aku pakai di pernikahannya nanti. Tapi apa ini?? Dia memaksaku untuk menjadi modelnya. Kalau bukan karena dia sahabatku, aku pasti tidak akan menerima permintaannya ini.
Aku dan Dee masih terus berkomunikasi setelah aku pindah ke Belanda. Apalagi setelah aku tahu dia putus hubungan dengan Ray dan melanjutkan pendidikannya di Paris. Kami semakin dekat, mengingat kami masih berada di satu benua yang sama. Setiap musim panas maupun dingin, dimana kami memiliki waktu luang untuk berlibur, kami masih saling bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Jadi ketika bulan lalu Dee tidak sengaja bertemu Ray di rumah nenek, itu adalah kebetulan yang pasti akan terjadi cepat atau lambat. Mengingat Dee memang sering mampir menginap denganku jika dia berkunjung ke Belanda.
"Gue suka gaunnya," ucapku memuji desain yang Dee buat ini.
"Dan gue lebih suka kalau lo yang pakai, Fay! Ini cocok! Ditambah wajah dan kulit lo yang khas campuran Asia. Gue gak nyesel paksa lo untuk gantiin model gue."
"Gue jadi terbang kalau dipuji desainer kondang kayak lo!" Kami tertawa bersama sebelum aku keluar memamerkan pakaian untuk musim semi ini.
"Thanks, Fay! Berkat lo acara gue hari ini sukses banget," ucap Dee setelah peragaan busananya sedah selesai dilaksanakan.
"You're welcome, Babe!! Jadi setelah ini kita kemana?" tanyaku karena besok aku sudah harus berada di kantor lagi. Ray belum bisa memimpin perusahaan, karena sepertinya butuh waktu sampai tugas akhirnya selesai. Jadi untuk sementara, akulah yang memimpin perusahaan kakek di Belanda.
"Maaf, kita jadi tidak bisa meluangkan banyak waktu karena tadi lo bantu gue!"
"Santai aja, Dee! Lagian bulan depan kita bisa kumpul lagi untuk waktu yang lama. Kita balik ke Indonesia."
Bulan depan aku memang akan pulang ke Indonesia. Dee juga ingin ikut denganku. Katanya dia ingin mengunjungi keluarganya dan Ray memintanya untuk menjadi pendamping di pernikahan Kay nanti. Sedangkan aku, harus membantu Ayah di perusahaan. Jadi aku benar-benar akan kembali dan menetap di Indonesia.
Tante Firly?
Beliau sudah tahu siapa aku dan apa yang terjadi tiga tahun lalu. Tante Firly sangat menyesal karena sudah memisahkanku dengan keluargaku selama ini. Dan aku memaklumi akan apa yang terjadi. Aku sama sekali tidak merasa terpisah dari keluargaku. Karena Om Ian, Tante Firly, Gerald, dan nenek juga keluargaku. Aku merasa memiliki banyak keluarga selain yang ada di Indonesia. Apalagi Gerald, dia memperlakukanku seperti adiknya, bahkan teman-temanku mengira kami memiliki hubungan spesial.
Gerald pria yang sangat tampan, usianya hanya berbeda tiga tahun denganku. Dia sungguh pujaan para wanita, tapi sayangnya dia sangat dingin. Wanita yang selama ini dekat dengannya hanya aku, tante Firly, nenek, dan ibu dari Om Ian. Selebihnya dia hanya akan membawaku jika membutuhkan pasangan saat pergi ke pesta atau pertemuan penting untuk perusahaannya. Ya... Gerald memiliki perusahaan sendiri. Perusahaan yang dia bangun dengan bantuan Om Ian yang juga seorang pengusaha restoran bintang lima. Mereka tidak ingin sekalipun bergantung dengan nama besar kakek. Dan akupun sama. Hanya saja kalau aku tidak membantu nenek di perusahaan kakek, lalu siapa yang akan mengembangkan perusahaan yang kakek bangun selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brothers
Romansa"Kay! Pikirin lagi deh ide gila lo ini! Masa gue sama Ray harus pake seragam begituan. Lo sih enak masih pakai seragam Ray. Gue dan Ray gimana?" Aku dan kedua saudara kembarku sedang berdiskusi di kamarku. Ini pernah dilakukan seminggu yang lalu saa...