Nathan

107 7 0
                                        


Sore itu, angin berembus kencang. Daun-daun kering berserakan, semua tampak membosankan. Jemari Athalia menjadi saksi saat menyobek-nyobek daun hingga menjadi bagian kecil. Sekarang ia sedang duduk di paving segi enam, sebuah latar di depan ruang sekretariat Mapala. Hari ini senior mengatakan akan mengumumkan perlengkapan diklat ruang yang akan diadakan satu minggu lagi.

Athalia mengembuskan napas kasar untuk yang kesekian kalinya. Ia menunggu Amora dan Asabela yang tak kunjung datang. Padahal calon anggota yang lainnya sudah mulai berdatangan. Hingga suara nyaring Amora terdengar dari arah Barat. Gadis itu sedang menceritakan sesuatu dengan heboh kepada Asabela di sampingnya.

Cerita kehebohan itu sampai di telinga Athalia ketika mereka berdua sudah duduk.

"Gila, Thal, gila! Lo harus tau berita di anak teknik!" kata Amora antusias mengawali.

Asabela sudah menggelengkan kepala melihat keantusiasan Amora. Gadis itu seperti sudah tidak mengatasi Amora lagi.

"Kenapa?" tanya Athalia.

"Ada anak baru di teknik! Di kelas sebelah gue. Gue belum tau namanya, tapi udah tau wajahnya!"

"Ganteng ya?" tebak Athalia, karena jika tidak tampan tidak mungkin gadis itu akan seheboh ini.

Mata Amora melebar sebagai tanda awal jika apa yang dikatakan Athalia adalah kebenaran.

"Bener banget!!! Ganteng!! Kek buleee, manis banget senyumannya!"

"Mora emang gak inget Kak Dewa sama sekali kalau udah ketemu cogan, gue heran kenapa Kak Dewa betah banget sama dia," sindir Asabela.

"Ck! Lo itu ya, Bel ... enggak gitu konsepnya. Gue emang suka liat cogan, tapi kalau soal hati tetep sama Kak Dewa," jelas Amora kesal.

"Ya jangan sampai oleng aja, Kak Zora kayaknya demen sama lo," ujar Asabela mengingatkan.

"Udah tau gue, gak mempan sama gue itu---" ucap Amora yakin dan tiba-tiba berhenti dengan mata melebar terkejut. Sontak Athalia dan Asabela yang heran mengikuti arah pandang gadis itu.

"Nathan!!!"

Bukan hanya sebuah teriakan, Athalia juga memeluk erat pemuda yang ia panggil namanya dengan kencang.

Amora semakin terkejut dibuatnya. Pemuda tampan yang baru saja ia bicarakan ada di depan dan sedang dipeluk Athalia.

What the hell???

"Nathan!!! Gue kangen!"

Aksi saling peluk memeluk itu mendapatkan banyak perhatian dari orang-orang. Pemuda yang dipanggil Nathan itu kini sedang mengusap-usap rambut panjang Athalia sambil tersenyum senang.

"Ke mana aja?? Kok gak pernah keliatan?? Katanya lo jadi kuliah di Sidney, kan?" tanya Athalia cepat setelah mereka melepaskan pelukan.

"Oh iya, baru satu bulan di sana gue gak betah," jawab Nathan.

"Terus sekarang gimana?" tanya Athalia.

"Gue pindah ke sini. Baru masuk dua hari yang lalu," jawab Nathan kemudian menatap orang-orang yang memperhatikannya. "Lo join Mapala?"

"Iya."

"Formulir pendaftarannya di mana?"

"Jangan-jangan!"

"Iya, gue mau daftar juga," kata Nathan sambil tersenyum. Hal itu membuat Athalia kembali senang. Tanpa ragu ia menggandeng tangan Nathan menunju ruang sekretariat. Ia mengabaikan Asabela dan Amora yang masih terpaku.

Gravitasi | Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang