Cemas

90 9 0
                                    


"Kak! Tolong temen gue, Kak!" ucap Asabela cepat karena cemas.

"Bantuin gue buat gendong dia di punggung," titah Georgi yang masih memegangi.

Asabela mengangguk, ia memegangi Athalia dan membiarkan Georgi jongkok untuk memposisikan diri.

"Astaga Athalia!!! Lo kenapa, Thal?" tanya Amora histeris.

"Mau dibawa ke mana, Kak?" tanya Asabela setelah berhasil membuat Athalia ada di punggung Georgi.

"Gak tau gue," jawab Georgi karena ia atak punya rencana apa pun.

"Bawa pulang aja! Kos Thalia deket kok dari sini, jalan kaki nyampe!" usul Asabela yang diangguki oleh Georgi.

Pemuda itu melesat kemudian, membelah keramaian yang dibuat Athalia karena pingsan. Di belakangnya ada Asabela yang membuntuti sembari membawa tas Athalia. Sementara Amora di bantu Zora menyelesaikan sisanya.

Georgi lari tanpa sadar, Asabela pun terengah-engah saat berusah mengejar ketertinggalannya karena Georgi sangat cepat.

"Di mana??" teriak Georgi tanpa menoleh.

"Di situ!" balas Asabela teriak, tetapi tudingan yang dimaksud Asabela tak bisa dilihat oleh Georgi.

"Lo lari duluan!" seru Georgi.

"Lo kekencangan, Kak!" protes Asabela masih berusaha menyeimbangkan.

"Belok kiri!"

Georgi langsung berlari ke kiri.

"Pagar cokelat yang halamannya luas!"

Paham dengan maksud Asabela, pemuda itu lekas berhenti. Asabela dengan sigap menggeret pagar besi itu hingga bersuara nyaring karena tergesa. Setelah itu ia menuju kos Athalia, membuka pintu dengan kunci yang sudah ia siapkan ketika berlari tadi.

Georgi masuk setelah mendapatkan akses, ia meletakkan Athalia di ranjang sampai lupa melepaskan sepatu. Kedua orang itu bernapas lega, tetapi napas mereka terengah-engah. Kucuran keringat mulai terasa sekarang. Asabela langsung terduduk di lantai, ia mengatur napasnya yang tak beraturan.

Georgi masih berdiri dengan tangan bertolak pinggang, matanya mencari sesuatu.

"Ada minyak kayu putih gak?" tanya Georgi di sela napasnya.

Asabela menggeleng, memberikan maksud ambigu antara tidak ada atau tidak tahu. Tahu tidak mendapatkan respon bagus, pemuda itu melenggang pergi. Asabela hendak bertanya, tetapi kalah cepat dengan kepergian Georgi.

Tak lama Amora dan Zora datang.

"Ya ampun, Thal!! Lo kenapa tiba-tiba pingsan, sih??" Gadis itu memegang wajah Athalia panik.

"Heh! Jangan digituin, orang pingsan wajahnya lo guncang gitu," tegur Asabela.

"Jorji mana?" tanya Zora.

"Gak tau, dia pergi tadi," jawab Asabela. Gadis itu berdiri, ia mengambil sapu untuk membersihkan kotoran yang dibawa sepatu Georgi tadi. Entah mengapa setiap di tempat orang lain, Asabela jadi begitu rajin. Sementara di tempatnya sendiri, memegang sapu bisa dihitung pakai jari dalam seminggu.

"Lo dari mana?"  tanya Zora yang mendapati Georgi sudah masuk kembali dengan dua kantong di tangan.

Pemuda itu tak menjawab, ia mendekati Asabela yang sudah selesai menyapu.

"Ini obat, setelah dia bangun, tanyain keluhan dia apa," ucap Georgi sembari menyerahkan dua kantong itu ke Asabela. "Gue juga beli makanan buat kalian bertiga, tadi gak sempet makan, kan?"

Gravitasi | Haechan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang