Comeback Home

162 14 5
                                    

"itulah alasan mengapa aku tidak pernah menginginkan diriku lahir ke dunia ini."

Yeonjun selalu mendengarkan kisah indah saat dirinya masih kecil, dia tahu arti cinta dari banyaknya buku-buku yang sering dirinya baca.

Dia juga tahu bahwa tidak semua yang dia baca ada di kehidupan nyata di dunia ini.

Yeonjun yang terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja tahu bahwa dia tidak punya harapan untuk berjuang mendapatkan hasil yang dia inginkan.

Yeonjun tahu bahwa dia harus mati-matian berjalan di jalan yang sudah di takdirkan untuknya apabila dia ingin tetap memenuhi satu kepingan terakhir cita-citanya.

Terlahir dari keluarga miskin selalu membuatnya bertanya-tanya mengapa Tuhan tidak mengijinkannya lahir dari keluarga yang memakai sendok emas untuk makan?

Mengapa harus Yeonjun harus terlahir dengan tangan di kakinya dan kaki di tangannya untuk menjalani hidup ini?

Banyak yang bilang bahwa tidak apa-apa untuk terlahir dari keluarga miskin asalkan hidupmu bahagia.

Tapi mereka semua salah, terlahir dari keluarga miskin dan keluarga berantakan adalah jalan hidup Yeonjun.

Itu takdirnya.

Dan untuk itulah saat ini dia mencoba bertahan dari hidupnya sendiri.

"Mama dan papa memutuskan untuk berpisah." Kata mama Yeonjun sambil menatap anaknya.

"Ini pilihanmu, kau ingin ikut denganku atau dengan papamu."

Yeonjun yang berada di tengah-tengah, dia mencintai kedua orang tuanya dan dia tidak bisa memutuskan.

Yeonjun terdiam cukup lama dengan hati yang terluka.

"A—aku.... Aku ikut mama."

Itu cukup.

Benarkah demikian?

Mama dan papa Yeonjun berpisah saat dirinya masuk dunia kuliah, dia harus berjuang mati-matian dengan lingkungan yang baru dan rasa sedih di hatinya melihat kehancuran keluarganya.

Dia saat ini menjadi tumpuan hidup mamanya.

Dengan papanya itu berbeda, mereka tidak lagi saling menyapa walaupun mereka bertemu di satu titik yang sama.

Itu menyakitkan, jelas.

Tapi inilah hidup.

Inilah takdir.

Dan Yeonjun di tuntut untuk hidup dan menjalaninya.

"Kalau begitu, berjuanglah untuk dirimu sendiri. Mama sudah tidak akan ikut andil dalam hidupmu."

Mamanya marah di ujung telfon.

"Semua biaya kuliahmu kini berada di tanganmu.... Terserah padamu, saat ini mama sudah tidak ikut campur."

Mereka memanggil Yeonjun egois, mereka mengatakan Yeonjun jahat.

Tapi mereka tidak pernah tahu seperti apa hidupnya.

Mereka tidak tahu dan mereka tidak bisa membayangkannya.

Yeonjun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi anak yang baik bagi mamanya.

Tapi mengapa mamanya tidak merasa cukup?

Orang-orang mengatakan bahwa kau harus merasa tersakiti sebelum akhirnya mendapatkan banyak kebahagiaan.

Tapi Yeonjun selalu merasa Tuhan tidak bisa memberikan kebahagiaan itu untuk porsi hidupnya.

Bahkan ketika Beomgyu mengatakan bahwa dia sudah punya rencana masa depan yang cerah, itu tidak bisa di bayangkan oleh Yeonjun.

Yeonjun sungguh bahagia untuk Beomgyu, tapi ada di sisi hatinya yang mengatakan bahwa dia iri dengan semua yang dimiliki Beomgyu.

Beomgyu lahir dari keluarga berkecukupan, dia disayangi ayah dan ibunya. Dia terlahir dari keluarga yang sehat.

Begitupula dengan Taehyun.

Sungguh, Yeonjun bahagia untuk mereka. Tapi ada setitik noda kebencian untuk kebahagiaan sahabat-sahabatnya itu.

Mereka yang terlahir dari keluarga berkecukupan tidak perlu bersusah payah dalam menaiki tangga kehidupan.

Mereka punya jalan memotong untuk melaluinya.

Mereka tidak tahu rasanya harus berbuat apa ketika seseorang menjadi asing dengan anggota keluarganya.

Tidak ada yang tahu bagaimana rasanya menjadi jahat demi melindungi keluarga kalian dari cercaan orang lain.

Mereka juga tidak tahu, bagaimana rasanya harus tertawa ketika hati sedang terluka dan berpura-pura baik-baik saja ketika kau bahkan tidak memiliki uang sepersen pun.

Mereka tidak tahu karena mereka punya rumah yang kokoh.

Bukan hanya rumah, mereka bahkan punya dua penyangga yang tidak akan membiarkan mereka terluka.

Tapi Yeonjun tidak memilikinya.

Yeonjun tidak punya itu semua.

Yeonjun tidak punya rumah yang kokoh.

Dan dia tidak punya dua atau satu penyangga untuknya.

Karena dia adalah penyangga.

Dia adalah penyangga bagi hidupnya sendiri dan hidup adiknya.

Terkadang terlalu sedih untuk membayangkannya, tapi ini adalah fakta nyatanya.

Baik Taehyun dan Beomgyu bisa kembali ke rumah mereka masing-masing.

Sedangkan Yeonjun masih harus mencari apa itu arti rumah.

Dan hingga saat ini dia belum bisa memahami arti dari kata rumah itu.

Dirinya belum bisa pulang.

Halo,

Jujur aku sedang berada di fase terburuk dalam hidupku. Aku gak tau harus gimana lagi.

Aku sedih setiap kali harus mikirin tentang apa yang akan aku lakuin ke depannya dan sebenarnya aku sedang berada di mana.

Aku cukup senang karena aku bisa menaruh semua rasa bimbangku di dalam ketika wattpad.

Tapi aku pernah bertanya-tanya, apakah hidup ini memang sudah ada garis takdirnya? Atau semua ini hanyalah omong kosong atas karma kita masing-masing?

Jika aku boleh bilang ke kalian, aku ingin kembali menjadi orang yang sama seperti saat aku belum egois.

Aku ingin menjadi orang yang tidak pernah memaki atas ketidakadilan takdir yang selalu mengarah ke arahku.

Serius deh, saat mengetik ini aku sedang menangis.

Aku berharap kita semua bisa bahagia yah...

Setidaknya walaupun bahagia kita berbeda, tapi aku ingin sekali menjadi salah satu orang yang membuat kalian bahagia.

Dan aku berharap aku juga bisa mendapatkannya.

Terimakasih atas pengertian kalian!!!!

Aku mencintai kalian!!!

Sehat selalu yaa<3

Fann.

Blue Hour (Soojun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang