"Ponselku kemarin kehabisan baterai jadi tak sempat mengabarimu" Sakura menjelaskan perihal dia pulang sekolah tidak bersama dengan lelaki di hadapannya itu, jujur saja ia lupa mengisi baterai ponselnya dan tak sempat mengabari Sasuke jika kemarin ia pulang dijemput oleh ayahnya.
"Tak masalah, sahabat kacamatamu bilang kau dijemput ayahmu" jawab Sasuke sambil fokus menyetir mobil menuju sekolah. Sengaja ia menjemput Sakura pagi-pagi sekali agar bisa sarapan bersama di kantin.
Sakura tak tahu lagi harus mengatakan apa selain berdiam diri, ia seperti kekasih Sasuke sungguhan dimana harus melakukan laporan kegiatan, beginikah hidup saat mempunyai kekasih? Kenapa terasa rumit baginya, apa mungkin karena ini kali pertama menjalin hubungan dengan seseorang.
Sambil sesekali memperhatikan wajah datar Sasuke dari samping, Sakura mulai menyusun rencana di kepala untuk segera mengakhiri hubungan ini. Ia tak seharusnya berada di dalam mobil lelaki ini, karena hubungan ini bukanlah hubungan nyata, lebih ke hubungan yang terjalin karena kebodohannya.
Lagipula ia ingin menjalin hubungan dengan orang yang dicintainya, begitu pun sebaliknya.
"Apa yang kau pikirkan?"
"Yaa?" Gumam Sakura terkejut, jangan bilang lelaki tampan itu mempunyai indra keenam dan bisa membaca pikiran.
"Aku bertanya padamu"
Sakura menggeleng pelan, "tak ada yang ku pikirkan selain tugas yang lupa ku kerjakan" ia tak sepenuhnya bohong, tugasnya memang lupa dikerjakan, bukan lupa sih lebih ke tidak berminat mengerjakannya.
"Kau malas mengerjakan tugas?"
"Ya itu membosankan, seharusnya tugas dikerjakan hanya saat kita berada di lingkungan sekolah, saat di rumah itu waktu untuk istirahat ataupun bersantai"
"Aku suka cara berpikirmu" Sasuke berseru, "tidak memaksakan diri dan otak, tapi jangan sampai malas belajar kau akan jadi bodoh"
"Ahh sialan ini benar-benar" umpatnya dalam hati, "kau juga jarang masuk kelas, daripada belajar kau lebih memilih berkelahi. Apa kau jadi bodoh sekarang?"
Terkekeh kecil mendengar ucapan menyindir dari mulut gadis itu, hanya Sakura yang berani mengeluarkan kata-kata seperti itu padanya bahkan dengan wajah serius. Jika saja itu orang lain, mungkin tak ada hitungan detik wajahnya sudah babak belur.
"Kau bisa menilai sendiri betapa bodohnya aku" Sasuke berucap sambil melempar buku nilai yang ia ambil dari tasnya.
Dan sempat tertawa melihat ekspresi gadis pink itu.
"Kenapa bisa nilai rata-ratamu 100" tanya Sakura nyaria berteriak, ia mencengkram kuat buku tersebut. "Pasti kau membayar guru di sekolah ini kan?"
"Kau meremehkan kepintaranku?"
Menggeleng cepat, tak ingin lelaki itu tersinggung takutnya akan berdampak pada dirinya, "ku pikir nilaimu di bawah standar mengingat betapa kacaunya dirimu"
"Ayolah Sayang, sekali pun aku tak belajar aku sudah tahu semua materi yang diberikan guru" Sasuke membelok mobilnya menuju parkiran sekolah, "kau lupa siapa Uchiha?"
Siapa juga yang tidak mengenal kejeniusan Uchiha? Bahkan anggota keluarga tersebut rata-rata orang sukses terkenal.
"Wajah sombongmu sangat menyebalkan" ucap Sakura kesal, "sial tapi dia benar-benar tampan saat menyeringai"
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iseng!
FanfictionNamanya juga iseng. Suatu perbuatan yang dilakukan tanpa mengharapakan apakah itu akan berdampak baik buruk untuknya atau tidak. Dan ya, ia dengan bodohnya melakukan keisengan tersebut. Menembak seorang Uchiha Sasuke, siswa berandalan yang terkenal...