Iseng - XVII

862 154 22
                                    

Seharian ini tidak ada sesuatu yang menarik untuk dilakukan, sebenarnya bisa saja ia mengunjungi rumah kekasihnya tapi Sakura berkata dia sedang apa pembicaraan penting bersama kedua orangtuanya. Mungkin seperti kumpul keluarga di hari libur. Ia tidak ingin mengganggu walaupun sangat merindukan gadis pink itu.

Hampir jalan dua hari ia tidak bertemu Sakura dan benar-benar membuatnya rindu setengah mati, kemarin pun seharian penuh ia tidak menghampiri Sakura karena padatnya kegiatan yang ia lakukan. Tenang saja itu kegiatan olahraga bukan bakuhantam.

"Aku merindukanmu" gumamnya sambil memperhatikan foto Sakura di tampilan layar depan ponselnya. Dia terlihat seperti lelaki perjaka yang ditinggal bertahun-tahun oleh sang pujaan hati. Padahal belum sampai tiga hari tidak bertemu Sakura. Benar-benar manusia bucin satu ini. Jika Naruto atau Sai yang melihatnya, ia tidak tahu ejekan macam apa yang akan mereka layangkan. Maklumi saja baru kali ini menjalin hubungan dengan perempuan jadi kesannya lebay setengah hidup.

Ia mendengus kesal bersamaan dengan suara bell terdengar. Baru akan beranjak untuk membuka pintu, sudah terdengar suara ketikan pin. Jangan tanya secepat apa dia berlari menuju pintu, tahu jelas siapa yang bisa santai masuk ke dalam apartemennya. Siapa lagi kalau bukan kekasih pinknya.

"Sayangku--"

"Hiks Sasuke"

Waduh

"Kenapa kau menangis, siapa yang memukulmu? Katakan padaku Sakura"

Ia menangkup wajah memerah Sakura dengan lembut, namun gadis itu berusaha menyembunyikan wajah sedihnya dengan memeluk erat tubuh Sasuke, menyembunyikan wajahnya di dada bidang kekasihnya yang selalu terasa nyaman.

Tanpa aba-aba dia mencurahkan tangisannya, mengeluarkan keluh kesahnya di pelukan lelaki itu.

Sasuke menahan pertanyaan, memilih untuk mengelus punggung Sakura selembut mungkin, berusaha menyalurkan ketenangan agar Sakura segera meredakan tangisannya. Jujur saja, ia paling tidak suka melihat orang yang dicintainya menangis. Apalagi ini pertama kali Sakura menangis sesenggukan seperti ini. Pasti ada sesuatu yang tidak beres terjadi padanya, mengingat Sakura adalah gadis yang ceria.

"Hiks Sasuke maafkan aku, a-ku tidak bisa hiks"

"Kenapa ceritakan padaku, apa yang tidak bisa hm?" Kali ini Sasuke memberanikan diri melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Sakura.

Melihat tangisnya mulai mereda, dia menuntun Sakura untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu, dan berjalan cepat mengambil air mineral yang berada di kulkas. Semuanya ia lakukan dengan cepat, hingga membantu gadis itu untuk minum agar sedikit merasa tenang.

"Aku ingin mengembalikan pokok uang salep tersebut" ucap Sakura sambil mengeluarkan uang yang terbungkus amplop coklat tebal dari tas yang dibawanya. "Ta-tapi sisanya akan ku berikan minggu depan setelah salep yang lain laku terjual"

"Aku tidak mau menerimanya, aku memberikan salep tersebut padamu karena aku ingin" ujarnya tak senang, mendorong uang tersebut.

Sakura menggeleng cepat, matanya berkaca-kaca, "tidak bisa, ibu marah padaku karena tahu kau memberikanku salep sebanyak itu untuk aku membuka usaha, tapi kau sama sekali tidak mendapatkan untung"

"Tidak apa, aku tidak akan rugi hanya dengan membelikanmu salep setruk, lagipula itu keinginanku sendiri"

"Tetap saja Sasuke, ibuku bilang aku tidak boleh seenaknya meminta ini itu padamu" ujar Sakura menunduk, namun meski begitu ia mulai menceritakan apa yang terjadi pagi tadi di rumahnya.

Mebuki menaruh beberapa kardus salep di hadapan putrinya yang sedang menunduk, gadis itu terlihat berusaha menahan tangis setelah sebelumnya sudah ia berikan ceramah pembuka di pagi hari. Sebenarnya ia sudah mengetahui ini dari beberapa minggu terakhir dan berusaha untuk tidak ikut campur, tapi kejadian beberapa hari yang lalu dimana setruk salep parkir di depan rumah tentu membuatnya terkejut bukan main, dan langsung menanyakan kepada Sakura. Ketika Sakura sudah jelaskan semuanya tanpa ada yang tertinggal ia memarahi putrinya habis-habisan. Bahkan suaminya tidak bisa membela banyak putri kesayangannya itu.

Iseng!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang