Bulan ramadhan kali ini terasa berbeda keluarga besarku kehadiran anggota keluarga baru yaitu Aditya. Aditya perlahan-lahan membaik walaupun harus bolak-balik terapi di negara sakura. Sekarang Catra dan Aditya menginap di rumahku mereka baru tiba kemarin malam.
"Kak tidak ada niatan cari istri baru?" tanya Oliver kepada Catra.
"Tidak ada minat kesana," sahut Catra.
"Papi aku mau es campur dong," ujar Aditya.
"Boleh saja nak," ucap Catra.
Aditya memeluk tubuh Catra. Catra tersenyum tipis dan mencium puncak kepala Aditya. Aku melirik saja malas bergabung kesana.
"Bang ngabuburit yuk!" ajak Rasen yang telah rapih dengan penampilan hodie oversize, celana jeans hitam dan sepatu kets.
"Ayo saja," ujarku.
"Bang ajak Aditya juga," ucap Rianti.
"Kakak!" panggilku.
"Aku boleh pergi bersama abang dan Rasen, pih?" tanya Aditya kepada Catra.
"Tentu nak. Bang jaga kedua adikmu ya," ujar Catra.
"Iya papi," ucapku.
Catra melempar kunci mobil miliknya kearahku. Aku menangkapnya dan tersenyum akan itu semua. Kulihat Catra memberikan 10 lembar uang berwarna merah kepada Aditya. Rasen tengah memalak Oliver yang tadi kabur kearah dapur.
"Dek jangan memeras ayah kebanyakan dong!" pekik Oliver.
"Dikit itu ayah. Jangan pelit sama anak sendiri!" pekik Rasen.
"Bunda tolongin ayah dong malah diem mulu!" pekik Oliver.
"Kamu sudah besar mas jangan merengek terus!" pekik Rianti.
"Keluargamu berisik sekali bang," ujar Catra.
"Aku terbiasa akan suara berisik semuanya," sahutku.
Akhirnya drama keluargaku selesai. Dimenangkan Rasen yang berhasil dia membawa cukup banyak uang ditangannya sementara Oliver tampak lesu.
"Kalian bertiga jangan kalap mata. Beli seperlunya saja," nasihat Rianti.
"Abang paham bunda. Nasihatin adek saja dia kan sering beli banyak takjil," ujarku.
"Ih abang jangan bongkar dong!" kesal Rasen.
Rasen cemberut dan aku mengacak-acak rambut dia. Kami bertiga pergi menggunakan mobil aku telah mendapatkan SIM jadi aman. Selama perjalanan menuju stand penjual takjil diisi dengan pertanyaan random dari Rasen untuk Aditya. Anehnya Aditya menjawab semua pertanyaan Rasen satu-persatu.
"Bang aku coba semua takjil boleh tidak?" tanya Aditya.
"Boleh saja." Aku bisa melihat wajah Aditya bahagia dari kaca mobil. Aditya duduk di kursi belakang bersama Rasen. "Takjil apa yang ingin kau coba, Dit?" tanyaku.
"Memang takjil banyak macamnya gitu?" tanya Aditya.
"Banyak sekali kak. Adek kasihtahu deh berbagai jenisnya," jawab Rasen.
"Soalnya selama ini aku belum pernah merasakan takjil," ucap Aditya.
Aku tersenyum getir akan ucapan Aditya. Kehidupan lama dia sangat menyedihkan bahkan sebuah takjil sederhana saja belum pernah dia rasakan. Aku yakin apabila Catra mendengarnya akan sangat marah akan perbuatan keluarga Pratama terhadap Aditya putranya.
"Beli dua jenis takjil saja. Setiap hari kita ngabuburit dan akan berganti menu takjil setiap harinya," ujarku.
"Bubur sumsum sama candil enak tuh bang," saran Rasen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ello (END)
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah tentang keluarga saja tidak lebih. Othello Pranaja Zayan pemuda berwajah tegas, bersifat dingin, datar, minim ekspresi, benci pengkhianatan, baik sama orang yang disayang, dan tidak memandang bulu saat marah...