Akhirnya mereka sampai di kelas. Murid-murid yang tadinya berisik mulai berpaling kearah Winter, saling bergumam. Beberapa menatapnya skeptis, beberapa lainnya menatap penasaran.
Sekolah baru Winter terkenal super kompetitif dan hampir nggak pernah menerima murid transfer (karena jarang yang bisa lolos tes). Semua lulusannya diterima di universitas unggulan. Winter mungkin ancaman baru.
"Hari ini kita kedatangan murid transfer." bu Chaeng sekaligus wali kelas Winter mempersilahkannya memperkenalkan diri, "tolong perkenalkan dirimu."
"Senang bertemu dengan kalian. Nama saya Kim Winter." ujar Winter singkat.
Seorang dari meja tengah mengangkat tangan, "Dari mana asalmu?"
"Busan." jawab Winter ingin mempercepat perkenalan.
"Ah, sudah kuduga dari satoori-mu." dia meletakan tangannya di dagu, "sebelumnya ikut ekskul apa aja?" lanjutnya penasaran.
"Klub olahraga: badminton, basket, bowling, klub bahasa: inggris dan korea, klub musik dan seni: piano dan kaligrafi, klub fotografi, klub dance, aku juga terdaftar di kelas khusus matematika." dalam satu tarikan napas Winter membungkam seisi kelas.
Winter menoleh kepada bu Chaeng yang menganga, dalam sekejap bu Chaeng kembali sadar, "dan Winter sebelumnya adalah wakil osis. Ibu harap Winter juga bisa aktif di sini bersama teman-teman yang lain."
Baru selesai berbicara, murid tadi mulai bertanya curiga, "kenapa pindah sekolah saat kelas dua belas?"
"Orang tuaku ada perjalanan pekerjaan jadi aku harus tinggal sementara dengan tanteku di kota ini." Winter merasa nggak nyaman harus berdiri di depan kelas, dan menceritakan kehidupannya.
Untungnya bu Chaeng orang yang peka, dia paham gelagat Winter, "Baiklah, Winter bisa duduk di bangku kosong di sana."
Murid tadi mengangkat tangannya cepat-cepat, "Apa boleh tanya beberapa hal lagi?"
Winter melirik Bu Chaeng, memberinya ucapan tanpa suara, 'sudah cukup'.
Bu Chaeng menghela napas panjang, "Jika kalian masih penasaran sama Winter, kalian bisa kenalan lagi nanti di jam istirahat."
Saat berjalan menuju mejanya, Winter pura-pura nggak melihat kalau hampir semua murid memperhatikannya melangkah.
Winter meletakan tasnya di atas satu-satunya meja kosong dan seseorang lagi-lagi mengintrupsi.
"Ini meja Giselle, dia akan masuk besok." kata murid itu tanpa beralih dari bukunya.
"Ah, kenapa kita lupa menambah jumlah mejanya." bu Chaeng menyalahkan diri sendiri. "Ibu akan carikan tambahan meja untuk Giselle, sekarang Winter bisa duduk di situ."
Baru tiga detik duduk, Winter sudah dapat firasat jelek. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah teman sebangkunya sangat judes.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)
FanfictionWinter si "nol derajat celcius" murid transfer kelas dua belas, harus duduk sebangku dengan Karina si "kesabaran setipis tisu", membuat sekolah yang monoton dan kaku jadi heboh karena ulah mereka. Wali kelas bertanggung jawab mendamaikan keduanya...