Kabar peristiwa di UKS atau Karina yang dipanggil bu Chaeng kemarin nggak tersebar.
Kelas belum ramai dan tampak normal. Ningning dan Giselle tiba lebih awal. Karina muncul saat mereka lagi seru ngobrol.
"Udah baikan, Ji?" tanya Karina sambil meletakan tas.
"Eung." Giselle mengangguk bersemangat, "Eh, kata Ningning kamu punya temen baru, kenalin dong."
Karina yakin pasti Ningning sudah menceritakan semuanya.
Dia melirik kearah Winter yang duduk di bangku barunya, sendirian, dan dipojokan.
Hari ini, akhirnya Karina kembali duduk di sebelah Giselle.
Giselle menyenggol tangan Karina, "Ehemm akhirnya Karina punya teman selain kita Ning-, terharu banget, kalau gini aku jadi tenang."
"Yaa maksudmu kamu tenang apa? Kita juga tambah teman, kita jadi berempat." ujar Ningning kesal.
Giselle membuat senyum lebar, "Itu maksudku."
Karina hafal saat Giselle menunjukan kemampuan berpura-puranya. Dia berbeda semenjak mulai sering izin sakit.
Nggak ada yang tahu soal sakitnya, Giselle paling cuma bilang 'Biasa, nggak enak badan.'
"Ayin, kenalin aku ke Winter." Giselle nyengir mengangkat kedua alisnya.
Karina berusaha sibuk dengan buku, "Ning- kenalin Jijel ke Winter."
"Jijel mintanya sama kamu, Ayin. Lagian kamu yang udah akrab." Ningning terkesiap ingat sesuatu, "Ah- sekalian bilang terimaksih kemarin udah digendong ke UKS."
"Aigoo gemes banget Karina kalau salah tingkah." ucap Giselle.
"Siapa yang salah tingkah?!" bentak Karina sambil menutup buku yang baru dia sadari dibacanya terbalik.
Karina menenggelamkan wajah ke meja merasakan pipinya jadi panas menelan malu, "Guys, jangan pernah bahas lagi soal UKS, jebal."
Selain itu Karina jadi menyadari satu hal, apa berarti Winter juga jago olahraga?
Mustahil, pikirnya. Karina selalu jadi yang terbaik di mata pelajaran olahraga bahkan dibanding murid laki-laki.
Untuk pertama kalinya, persaingan siapa yang akan jadi peringkat satu di penghujung tahun sekolah terasa nyata.
Bel berbunyi saatnya mulai pelajaran.
Di lapangan basket, murid-murid berbaris mendengarkan intruksi guru olahraga. Hari ini ada praktek permainan basket dan kelas akan dibagi dalam empat regu.
Karina, Ningning, dan Giselle semua masuk dalam regu yang berbeda. Winter juga.
Masalahnya, Sian tersenyum kepada Karina, "Hey, kita satu tim."
Karina berusaha nggak terlalu menghiraukannya, dia harus fokus mengamati kemampuan Winter dipelajaran olahraga.
Regu Ningning dan Giselle bertanding duluan. Hasil skornya hanya beda tipis.
"Semoga sukses." kata Giselle, lalu memukul pantat Karina dengan keras (kebiasaan Ningsellerina untuk menyemangati).
"Aishhh!" geram Karina kesakitan.
Ningning dan Giselle menertawakannya sambil memberi isyarat hwaiting! dengan tangan.
Karina dan Winter memulai di belakang orang yang akan berebut bola yang di lempar guru olahraga di tengah lapangan.
Karina mulai berlari dengan gerakan menusuk.
"Jisun-ah!", dia meminta bola dari temannya. Saatnya memperlihatkan cara bermain basket pada Winter.
Rasanya Karina lumayan jago, dia tahu harus men-dribble dan berlari kearah mana.
Langsung saja shooting pertama 3 point. Dia memamerkan tembakan halus dari luar garis penalti.
"Itu belum seberapa.", bisik Karina saat melewati Winter.
Winter
Hari pertama Winter di sekolah baru berakhir tragis.
Andai nggak ada murid gila yang namanya Karina.
Winter harus mengerjakan berbagai latihan soal semalaman untuk melupakan rasa kesalnya, tapi berharap hari ini bisa berjalan normal adalah kesalahan.
Winter mahir dalam segala bidang dan sekarang ketrampilannya bertambah satu lagi. Bakat membuat orang marah walau nggak melakukan apa-apa.
Dia menatap Karina yang sengaja berjalan kearahnya sehabis mencetak skor. "Itu belum seberapa." Karina memperingatkan.
Dia hebat buat orang yang kemarin baru saja sakit tapi punya energi sebanyak ini.
Permainan dimulai lagi.
Karina menyerang regu Winter dan kali ini benar-benar mudah. Winter mengamati sekeliling, anak-anak dalam regunya hanya berlarian seperti para zombie.
Lalu anak di regu Karina beberapa hanya diam dan yang lainnya sekedar mengikuti Karina.
Kesimpulannya, anak-anak ini nggak tahu caranya main basket.
Langsung saja Winter menerjang Karina. Dengan sedikit gerakan mengecoh dia berhasil merebut bola basketnya.
Beberapa anak menghadang Winter, tapi dia lolos hanya dengan kecepatan normal.
Winter melompat cukup tinggi dan mendorong tubuhnya ke belakang saat melakukan shoot.
"Strike!" anak-anak dari regu yang tampil sebelumnya bersorak dari luar lapangan. "KEREN WINTER!" teriak salah satunya.
Semangat Winter bangkit, "Lumayan juga, kan?" bisiknya pada Karina.
Selama ini Karina unggul di pelajaran olahraga karena anak-anak lainnya yang payah, mungkin.
Karina dan Winter akan terus bertanding sampai salah satunya menang. Anak regu lain cuma jadi penonton, karena nggak sanggup mengikuti irama permainan keduanya.
Lapangan basket seolah jadi panggung mereka berdua.
Tapi tiba-tiba seseorang menerjang dan menarik bola dari tangan Winter.
"Ah! Maaf." kata orang itu, kemudian memberikan bola pada Karina tanpa mengoper.
Bukankah dia orang yang kemarin berlari panik sewaktu Karina pingsan di kelas?
"Kamu tahu cara main basket?" tanya Winter.
"Dia nggak tahu." Karina mengoper lagi bola kepada Winter.
Dari penglihatan Winter, mereka seperti punya kedekatan. Mungkin, pasangan yang lagi bertengkar?
Dia terlihat sangat peduli pada Karina tapi Karina bereaksi seolah siap menonjok wajahnya.
Entahlah, apa pun hubungan mereka Winter nggak mau terlibat.
"Hiraukan dia. Ayo, Winter." ucap Karina. Winter nggak salah dengar?
Si anak laki-laki terus mengincar bola. Dengan sengaja Winter menggelincirkan bolanya, lagipula kalau mau dia bisa mudah merebutnya lagi.
Begitu dapat bola, anak laki-laki itu langsung mengoper pada Karina. Tapi lagi-lagi Karina langsung mengembalikannya ke Winter.
"Hey, kita satu tim." protes anak laki-laki.
Winter bingung dengan situasi ini. Kenapa Karina jadi menyerang teman satu regunya, dan malah bekerjasama dengan Winter.
Sepertinya guru olahraga juga nggak keberatan, yang dia lakukan cuma menyilangkan kaki dan sesekali mengamati.
Karina baru saja melakukan strike lagi hasil umpan dari Winter. Dia menyeka keringat di keningnya.
Pada saat itu Winter pertama kali melihat Karina tersenyum.
Permainan berakhir. Regu mereka berbagi skor.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)
FanfictionWinter si "nol derajat celcius" murid transfer kelas dua belas, harus duduk sebangku dengan Karina si "kesabaran setipis tisu", membuat sekolah yang monoton dan kaku jadi heboh karena ulah mereka. Wali kelas bertanggung jawab mendamaikan keduanya...