15. Keluarga

667 74 10
                                    

Winter

Hujan terus turun sepanjang hari.

Cuaca belakangan sedang nggak menentu. Kadang panas, tiba-tiba mendung, lalu hujan. Penuh perjuangan bagi Winter cuma buat bolak balik antara tempat tinggalnya ke rumah Karina.

Sampai selarut ini bahkan Winter belum sempat ganti baju. Dia sudah berada di rumah Karina sejak pulang sekolah.

"Jiminyong masih nggak mau makan, dia lemas." Winter memegangi anak kucing yang kini sudah sebesar botol air mineral dengan kedua tangannya.

Padahal Jiminyong masih main-main tadi pagi, walau dia memang mulai susah makan. Keduanya nggak tahu kalau kondisinya drop seburuk ini dan secepat ini.

"Gimana kalau dia mati?" mata Winter berkaca-kaca.

"Kita bawa dia ke dokter." Karina segera menelepon taksi.

Nggak terlalu sulit menemukan klinik hewan peliharaan 24 jam di Seoul. Karina juga memastikan memilih tempat dengan review terbaik di Naver. Dokter yang menangani Jiminyong harus berkompeten dan berusaha maksimal.

"Kecil kemungkinan kucing ini bertahan." dokter memutuskan setelah beberapa kali menyuntikan cairan obat, "Anak kucing sangat rawan terkena virus apalagi kondisi cuaca seperti ini."

"Tapi anda dokter dan klinik anda yang terbaik." protes Karina.

"Kembali kesini besok, aku akan memeriksa perkembangannya." kata dokter mengakhiri.

Karina dan Winter pulang menggunakan taksi, melintasi kota Seoul yang diguyur hujan tengah malam. Sunyi karena orang-orang memilih berada di rumah atau tetap berada di dalam kantor.

"Menurutmu Jiminyong bisa sembuh?" tanya Winter, "Aku ingin melihatnya hidup dan tumbuh dewasa dengan bahagia."

"Kita harus berusaha lebih keras." kata Karina.

Lalu mereka turun di tengah hujan saat pak supir menghentikan mobilnya di depan rumah Karina.

Dia baru saja membaringkan Jiminyong di tempat tidur mungilnya. Rasanya mirip seperti orang tua yang baru pertama punya anak dan jatuh sakit untuk pertama kalinya. Takut dan nggak tahu harus berbuat apa.

Tubuh mereka setengah basah. Winter melorot di lantai, bersandar pada dinding yang dingin. Karina disebelahnya sedang berusaha menghubungi bu Chaeng.

Dia menutup mata sambil menekan belakang kepalanya ke tembok. Winter nggak ingat kapan terakhir kali beristirahat dengan benar. Menjaga anak kucing dengan banyak aturan, sekaligus melakukan persiapan masuk universitas sangat melelahkan.

Bu Chaeng mungkin mengira Winter dan Karina titisan ultramen jadi hukuman ini sama sekali nggak akan mempengaruhi kondisi mereka.

Saat terpejam semburat aroma permen kapas melintas di kepala Winter. Sudah lama sejak dia menghiraukan bau ini, karena sudah terbiasa dengan keberadaan Karina dan beradaptasi. Tapi kali ini aromanya seolah jadi terapis.

Ingatan Winter berputar ke suatu masa di musim panas yang hangat. Dia melihat keluarganya yang dahulu. Mereka sering pergi ke tempat permainan wahana saat liburan ketika kecil.

Kakaknya yang suka usil dengannya berubah jadi super protektif pada Winter kecil yang periang, selayaknya kakak yang nggak melepas pengawasan dan membiarkan adiknya terluka di luar rumah.

Winter dan kakaknya punya banyak persamaan selain wajah mereka yang sangat mirip dan hati mereka yang selalu ingin melindungi orang-orang yang disayang, mereka juga sama-sama suka makanan manis.

School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang