8. Kelas

677 88 1
                                    


'Gadis aneh.' Winter nggak sadar sudah memandangi Karina dari belakang setiap ada kesempatan setelah pelajaran olahraga usai.

Karina duduk di bangku tengah, dikelilingi dua temannya. Sejauh ini, satu-satunya yang bisa Karina kalahkan dari Winter cuma tinggi badannya, yang Winter kagumi. Tapi dia seperti anak kecil yang moodnya gampang berubah.

Winter menyesap susu strawberry yang dibawanya dari rumah. Dia belum pernah punya teman, dia nggak suka banyak interaksi. Dia hanya akan duduk di tempatnya sepanjang istirahat.

Lalu matanya bergerak kearah lain saat rombongan Karina berjalan kearahnya. Dia nggak ketahuan, kan?

"Hey, Winter." seorang gadis bergaya swag, yang baru Winter lihat hari ini mengulurkan tangan, "kita satu kelompok belajar, namaku Giselle."

Winter sedikit ragu menjabat tangan Giselle, "Ah, hey. Kamu sudah tahu namaku?"

"Yeah- Karina banyak cerita tentang kamu." dia menyenggol Karina.

Winter melempar pandang kearah Karina yang matanya melebar terkejut dengan kata-kata Giselle, membuat Winter bingung.

"Benarkah?" tanya Winter nggak percaya.

"Eung- Karina cerita kalau kemarin kamu tolongin dia dan kamu juga hebat disemua pelajaran."

Winter sekali lagi melirik Karina, "Gomawo. Tapi aku nggak sehebat itu."

Karina ketus memutar bola mata.

Ningning berdeham.

"Terimakasih buat kemarin." kata Karina.

"Ha?" Winter nggak dengar.

"Nggak ada siaran ulang." balas Karina.

"Karina!" Giselle memperingatkan.

"Ya! Salah dia sendiri nggak dengar."

Giselle menyambar tangan Karina, mengatungkannya kepada Winter, "Lakukan dengan benar sambil jabat tangan."

Karina menghempas tangan Giselle. Nggak akan mudah membuat Karina menuruti perintah orang lain, jadi Giselle mulai mendesaknya. Seolah tahu bagaimana kelanjutannya, Winter buru-buru berdiri untuk melerai mereka.

Maaf!" seorang murid disaat yang nggak tepat, sedang bercanda dengan temannya menabrak punggung Winter.

"Aduh!" jerit Karina, "Aduh! Menyingkir!"

Winter terjelungup menimpa tubuh Karina di depannya. Mereka tercengang beberapa saat karena wajah keduanya hampir nggak berjarak. Mata Karina ternyata lebih bulat dan besar jika dilihat dari posisi sekarang. Dia perempuan yang sangat cantik.

Karina berusaha melepaskan diri dari Winter yang mematung. Susu strawberry yang diminumnya tanpa sedotan tumpah ke seragam Karina. Mampus, tamat riwayatnya.

Akhirnya Giselle dan Ningning mengangkat tubuh Winter. Sementara Karina bangkit sambil mencoba membersihkan seragam. Begitu tahu nodanya nggak hilang hanya dengan di lap, Karina menatap Winter kesal.

Dia mengambil milktea kaleng dari seorang murid yang menonton, lalu menyiramnya ke seragam Winter.

"Nah, kita impas." kata Karina.

Murid-murid semakin banyak berdatangan berharap akan ada tontonan seru.

"Kenapa sih kamu membenciku?" Winter menahan diri.

"Aku nggak benci."

"Terus kenapa?"

Karina menghela napas, "Pokoknya kita nggak akan pernah rukun."

"Kenapa?"

Sejujurnya, Winter nggak peduli kalau Karina membencinya, dia nggak penasaran alasannya. Tapi bisakah dia nggak perlu cari gara-gara setiap kali mereka bertemu. Winter cuma ingin cepat lulus, lalu menyusul keluarganya ke Amerika.

"Lupakan!" Karina berlalu sambil menabrak bahu Winter.

Dia menarik Karina hingga berputar, menatapnya lurus-lurus, "Berhenti mengangguku kalau begitu."

Terlihat dari sudut mata Winter, wajah sobat-sobat Karina (Ningning dan Giselle) jadi suram. 'Aku nggak mungkin betulan dipukuli, kan?' batin Winter.

Karina mencengkram kerah seragam Winter dan mendorongnya. Winter modal nekat balik memiting kepala Karina. Beruntung tenaganya nggak kalah besar. Mereka berputar-putar di belakang kelas.

"Winterrrr!" Karina berteriak.

Para murid malah bersorak-sorai.

Winter berhasil lolos dan langsung menjauh ke depan kelas. Karina mengejarnya tapi Winter terus berlari. Dia mendorong meja-meja menutup akses agar Winter nggak bisa menghindar.

Sekarang Karina melempar segala macam benda saat Winter mulai melompati meja-meja.

Dia memberi pandangan kebencian total, "Ya! Kamu benar-benar cari mati. Aku akan menangkapmu."

Harusnya Winter diam saja, tapi dia malah mengejek, "Ah- masa?"

Ningning dan Giselle cuma bisa menonton dari sela-sela jari.

Lalu, tiba-tiba Karina melempar tas berukuran besar yang entah punya siapa. Dia melempar terlalu keras, melengkung melewati atas kepala Winter. Mereka menoleh persis ketika tasnya mendarat keluar pintu kelas.

Tas itu mengenai wajah seseorang sampai dia terjengkang. Sambil terhuyung orang itu masuk ke dalam kelas yang sudah porak porandai.

Dia pasti shock berat, kelas mereka seperti barusan kena topan.


School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang