Karina
Karina memandangi matahari terbenam di langit Hongdae.
Mereka berjalan kaki kurang lebih delapan puluh meter ke dalam gang sempit, pada sebuah jalur gelap mengarah ke bangunan tersembunyi.
Jiminyong bergerak gusar di dalam pet ransel, Karina terpaksa membawanya karena khawatir kalau ditinggalkan sendirian dalam mobil yang mereka parkir jauh.
"Kok kamu tahu tempat ini?" tanya Giselle akhirnya.
"Aku pernah kesana, sekali." ungkap Ningning.
Giselle shock mencecar Ningning dengan pertanyaan, "Kapan? Kenapa aku nggak tahu? Ngapain kamu kesini?"
"Itu salahmu. Kamu menghilang selama tiga bulan tanpa kabar, guru bilang kamu sakit, seenggaknya kamu bisa kabarin kita lewat chat. Kamu koma sampai nggak bisa pegang ponsel?" jawab Ningning mengenang masa setahun lalu saat Giselle lenyap bagai ditelan bumi.
"Sudah kubilang jangan khawatir kalau aku tiba-tiba menghilang." Giselle membalas.
"Jinjja, kamu anggap kita apa? Gimana aku nggak khawatir kalau temanku tiba-tiba hilang. Aku nggak bisa berhenti cemas, nafsu makanku hilang, mataku bengkak setiap pagi karena semalaman menangis. Kamu bahkan nggak pernah cerita sakit apa, biasanya kamu cuma izin paling lama dua minggu, lalu tiba-tiba kamu sakit berbulan-bulan. Jangan mengabaikanku! Itu membuatku depresi." ucap Ningning kesal.
"Yah!" Karina menghentikan cekcok kedua temannya.
Di ujung gang sempit yang buntu, mereka tiba di tempat dengan plang WELCOME TO BLACKANGEL CLUB.
Joowan pasti nggak akan menyerahkan Winter begitu saja. Dia mengkhawatirkan teman-temannya kalau mungkin akan terlibat perkelahian yang nggak terelakan.
"Kalian kembali saja ke mobil, aku akan menemukan Winter dan segera membawanya keluar." kata Karina.
"Nggak, kita pergi bersama-sama." desak Giselle.
"Lagipula kamu nggak tahu caranya masuk kesana." sambung Ningning.
Toh kalau dilarang, Giselle dan Ningning sama keras kepalanya dengan dirinya, mereka nggak akan menerima penolakan. Karina mengangguk walau hatinya punya firasat buruk.
Di depan pintu mereka berhadapan dengan dua pria besar seperti buldoser. "Di sini bukan klinik hewan, anak-anak." ledek salah seorang saat melihat Karina membawa Jiminyong.
Ningning mengeluarkan empat lembar lima puluh ribu won dari ransel, memberikannya pada si penjaga, dan mereka dibiarkan masuk.
"Tempat ini ilegal, jadi mereka gampang disogok. Untung aku selalu bawa cash buat jaga-jaga." kata Ningning.
Karina yang hanya anak rumahan mengangguk.
Dalamnya lebih megah daripada yang terlihat dari luar. Atapnya sangat tinggi dan bertingkat. Sedikit terdengar suara musik keras yang teredam tembok dari dalam.
Ningning memimpin masuk.
Bayangkan keramaian penonton festival antar SMA, nah- tempat ini disesaki siswa siswi yang masih berseragam yang berasal dari berbagai sekolah. Anak-anak yang berfoya-foya dengan uang orang tua mereka.
Karina mulai menggeram ketika beberapa kali digoda murid-murid hidung belang.
"Tahan, tahan. Kita bergerak sesuai rencana." Ningning memperingatkan.
"Tapi kita nggak punya rencana." Giselle menatap Ningning.
"Rencana kita menemukan Joowan, menghajarnya, dan membawa Winter keluar dari sini." Karina berlari menerjang kerumunan tapi Ningning segera menarik bagian kerah belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)
FanfictionWinter si "nol derajat celcius" murid transfer kelas dua belas, harus duduk sebangku dengan Karina si "kesabaran setipis tisu", membuat sekolah yang monoton dan kaku jadi heboh karena ulah mereka. Wali kelas bertanggung jawab mendamaikan keduanya...