3. Sebangku

863 96 3
                                    

Karina

Dua minggu yang lalu Winter berhasil lolos tes masuk. Sejak itu, Karina selalu mendengar nama Kim Winter dibicarakan di mana-mana. Seseorang bahkan menyebut Winter seperti Athena, yah... dewi Yunani yang cantik dan jenius.

Karina selalu dapat peringkat pertama sejak kelas satu sekolah dasar. Orang-orang menyebutnya terobsesi jadi nomor satu. Tapi menurut Karina dia adalah orang yang kompetitif. Dia benci apa pun yang mengganggu konsentrasi belajarnya. Moodnya anjlok kalau nilainya turun walau hanya nol koma satu.

Pagi tadi segerombol anak kelas membicarakan Karina dari belakang, membuat moodnya semakin buruk.

"Kalian sudah tahu murid transfer itu datang hari ini? Akhirnya Karina dapat lawan yang setara. Semoga anak baru itu nggak membuat moodnya jelek. Bisa gawat." mereka tertawa.

Sabar dan pura-pura ngga tahu bukan kebiasaan Karina. Braaakkkk semua yang di dalam kelas langsung diam karena kaget saat meja digebrak dengan keras.

Termakan emosi dan marah Karina berteriak, "Berhenti membandingkanku dengan dia!" Karina menatap balik orang-orang yang menatapnya seolah siap untuk membantai.

Murid-murid di kelas langsung menunduk karena takut.

Karina pemegang sabuk hitam taekwondo, bahkan pernah ada berita dia menghajar sekelompok preman saat pergi ke tempat kursus. Makin nggak ada yang berani sama dia.

Sekarang harusnya pelajaran fisika sudah mulai, tapi bu Chaeng masuk kelas dan memperkenalkan Winter murid transfer. Dia menyuruhnya untuk duduk di bangku di sebelah Karina.

Andai Giselle masuk kelas, Karina nggak perlu duduk sebangku sama orang yang dibencinya bahkan sebelum kenal.

Karina melirik dari ujung mata. Winter cuma fokus dengan bukunya, dia ngga mencoba berkenalan atau menyapa seperti murid pindahan kebanyakan.

Shibal, batin Karina. Kenapa seseorang bisa sangat cantik padahal cuma pakai seragam sekolah. Kulitnya cerah seputih susu dan aroma tubuhnya sangat segar. Winter cepat memahami pelajaran, menjawab soal hitungan layaknya menulis esai tanpa menghitung. Dia akan segera jadi kesayangan guru-guru.

Winter selalu memutar-mutar pulpen di jarinya saat konsentrasi penuh. Bertolak belakang dengan Karina yang butuh suasana tenang dan diam.

"Hentikan itu." kata Karina.

Winter menoleh, tapi karena nggak paham maksud Karina dia kembali ke buku sambil memutar pulpennya lagi.

"Berhenti memainkan pulpenmu! Ganggu!" gerutu Karina kasar, berharap Winter tahu Karina membencinya.

"Maaf." jawab Winter dingin.

Seharusnya Karina nggak berpaling kearah Winter. Sekarang, dia harus melihat manusia dengan sifat nol derajat celcius tapi masih bisa terlihat imut. Bibir coralnya membentuk garis tipis dan pipi sedikit chubby membuatnya terlihat manis.

Karina sempat berpikir, apa ada kesempatan untuk menang dari Winter?

School Pawrents: (Jiminjeong/Winrina slice of life story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang