5

688 85 17
                                    

Memiliki otak yang cerdas bukan berarti bahwa Yeonjun tak memiliki mata pelajaran yang tidak disukai. Ada 1 mata pelajaran yang tidak ia sukai sejak dulu, yaitu pendidikan jasmani. Alasannya adalah karena fisiknya yang lemah, ia merasa tidak bisa mengikuti mata pelajaran tersebut dengan maksimal, apalagi untuk melakukan olahraga yang cukup berat.

Terkadang ia merasa iri melihat teman-temannya yang terlihat sangat antusias dalam mata pelajaran tersebut. Setelah jam pelajaran selesai ia memilih untuk langsung berganti seragam dan kembali ke kelas di banding bermain-main seperti yang lainnya.

Pernah sekali ia terlambat sekolah dan diberi hukuman berlari mengitari lapangan sebanyak 5 kali. Beberapa siswa yang juga terlambat sepertinya nampak biasa saja dengan hukuman seperti itu, tak seperti dirinya yang malah langsung pingsan.

"Ya! Choi Yeonjun! Ayo ikut bermain bersama kami!" Teriak salah satu pemuda pada Yeonjun yang tengah beristirahat di tepi lapangan basket. Dengan berat hati Yeonjun menggelengkan kepala, ia sudah sering menolak ajakan teman-temannya.

"Sudah kubilang bukan, dia tak akan mau! Lagi pula kalau dia sampai pingsan malah merepotkan. Sudah berapa kali dia pingsan saat pelajaran ini?" Sahut temannya yang lain, membuat Yeonjun semakin menundukkan kepala. Sebegitu lemahnya ia di mata teman-temannya.

"Kenapa kau duduk sendirian di sini?" Yeonjun terjingkat saat bahunya di rangkul oleh seseorang, tanpa sadar ia mencubit lengan pemuda yang baru saja duduk di sampingnya.

"Kau mengagetkanku!" Kesalnya sembari menyingkirkan tangan Heeseung dari bahunya.

"Ck! Cubitanmu sakit sekali." Aduh Heeseung sembari menggosok lengannya, sementara Yeonjun hanya mencebikkan bibir.

"Bisa-bisanya kau duduk dengan santai di sini sementara teman-temanmu sibuk berolahraga." Yeonjun melirik sinis, semenjak Heeseung datang ke rumahnya beberapa hari yang lalu, entah kenapa ia merasa mudah emosi saat berada di dekat pemuda tersebut.

"Kelasnya sudah selesai. Kau sendiri kenapa malah keluyuran saat jam pelajaran?" Ujarnya dengan sedikit sewot, membuat pemuda di sampingnya menatap heran.

"Ada apa denganmu? Kenapa akhir-akhir ini kau sensi sekali?" Yeonjun mengendikkan bahu sebelum berdiri dari duduknya.

"Hei! Kau mau kemana?"

"Kembali ke kelas."






















Setelah mengambil seragamnya di loker, Yeonjun bergegas menuju toilet untuk berganti pakaian karena mata pelajaran selanjutnya akan di mulai dalam 20 menit. Ia tak peduli pada teman-temannya yang tak berganti seragam. Karena ia sendiri merasa tak nyaman terus memakai seragam olahraga yang sudah begitu banyak menyerap keringatnya.

Yeonjun menghela nafas lega karena toilet sedang sepi, sepertinya ia bisa mandi sebentar karena tubuhnya benar-benar terasa lengket. Ia segera berjalan menuju kamar mandi di sudut ruangan.

Baru saja ia melepas atasannya, pintu kamar mandi tersebut dibuka dengan kasar. Tubuhnya langsung menegang saat melihat Beomgyu berjalan mendekat, dalam hati merutuki kecerobohannya yang tidak mengunci pintu.

"Gerah sekali ya. Bagaimana kalau kita mandi bersama." Ujar yang lebih muda dengan seringaian, kondisinya yang tengah bertelanjang dada membuat pemuda dihadapannya menatap bak singa lapar.

"Ja-jangan mendekat!" Kedua matanya bergerak gusar mencari celah untuk kabur, sementara yang lebih muda terus mengikis jarak diantara mereka. Tatapan lapar Beomgyu seolah menelanjanginya.

"Jangan mendekat." Tubuhnya mulai gemetaran saat yang lebih muda mengendusi tubuhnya, dengan mudah mengungkung serta mengikis jarak diantara mereka.

"Kau tidak akan bisa kabur, teman-temanku aku di luar." Yeonjun ingin sekali berteriak, namun ia sadar jika hal itu hanya akan menambah masalah baginya.

"Lepaskan aku, aku harus kembali ke kelas." Lirihnya sembari mendorong pelan dada yang lebih muda, membuat sang empu menaikkan sebelah alisnya.

"Tak apa datang terlambat. Aku ingin bersenang-senang dulu denganmu selagi tidak ada pangeran berkudamu di sini." Yeonjun menggelengkan kepala saat tangan yang lebih muda mulai bergerak masuk ke dalam celana dan meremas pantatnya.

"Kumohon jangan..." pintanya penuh harap.

"Baiklah, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Tapi kau harus menuruti perkataanku agar kau bisa cepat pergi." Tanpa berpikir panjang, Yeonjun langsung menganggukkan kepala, ia tak sadar bahwa Beomgyu mempunyai rencana licik di baliknya.

"Cepat lepas celanamu!" Ujarnya sembari mengeluarkan ponsel dari dalam saku. Perkataannya sukses membuat yang lebih tua membatu.

"Ayo cepat! Aku hanya ingin memotretmu." Yeonjun menggelengkan kepala, Beomgyu sudah siap dengan ponsel di genggamannya.

"Ayo cepat! Kau ingin kembali ke kelas bukan? Kalau begitu lepas celanamu dan aku akan memotretmu. Tubuhmu sangat indah." Yeonjun menggeleng kuat. Dengan segera ia mendorong Beomgyu hingga pemuda itu terjatuh dan ponselnya terlempar cukup keras. Ia mendesah kesal saat pintu tersebut dikunci dari luar.

"SIALAN KAU CHOI YEONJUN!" Amarah Beomgyu memuncak saat melihat layar ponsel yang sudah retak dan kondisi ponselnya mati. Sorot matanya begitu tajam dan menusuk. Yeonjun menatap dengan binar ketakutan, ia hanya ingin kabur, bukannya menggali kubur untuk dirinya sendiri.

"Ma-maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk merusak ponselmu."

BUGH!

Satu pukulan kuat menderat dengan mulus di wajah Yeonjun, membuat tubuhnya limbung dan ambruk. Dadanya terasa sangat sesak saat yang lebih muda menduduki badannya, membatasi ruang geraknya.

"To-tolong maafkan aku." Lirihnya dengan nafas terengah-engah. Rasa sakit mulai menggerayangi rongga dadanya.

"Kau harus mengganti rugi sebesar 2 juta won! Ponselku rusak karenamu!" Tuntutnya mutlak. Kedua mata Yeonjun membola,  darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

"Aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud merusak ponselmu."

"Aku tidak peduli! Ganti rugi atau aku akan menyuruh Ayahku untuk mencabut beasiswamu!" Seringaian Beomgyu semakin lebar saat melihat mangsanya sudah tak berdaya. Sebenarnya ia masa bodoh soal ponselnya yang rusak, ia hanya mengambil kesempatan untuk semakin memperdaya mangsanya.

"Tolong jangan lakukan itu, kumohon..." isaknya ketakutan. Terlebih sudah banyak yang ia lakukan dan korbankan untuk sampai dititik ini.

"Kalau begitu beri aku dua juta won!"

"Aku tidak punya uang sebanyak itu. Aku akan membawa ponselmu ke tempat servis ponsel. Ponselmu pasti masih bisa diperbaiki." Yang lebih muda mendecih.

"Kau ingin membawa ponsel mahal dan keluaran terbaru seperti ini ke tempat servis ponsel abal-aba? Yang benar saja!"

"Ka-kalau begitu aku akan menyicil uang 2 juta won itu dalam 2 tahun." Kini Beomgyu terkekeh, terkesan mengejek. Ia beranjak dari atas tubuh yang lebih tua karena menyadari bahwa pemuda itu kesulitan bernafas.

"Kau ingin membuatku menunggu 2 tahun hanya untuk 2 juta won? Cih! Yang benar saja!" Yeonjun mengaduh sakit saat kakinya ditendang cukup kuat.

"Aku benar-benar tidak mempunyai uang sebanyak itu."

"Baiklah, kalau begitu kau tidak perlu memberiku uang sebesar 2 juta won, lagi pula apa yang bisa kuharapkan dari orang miskin sepertimu."

"Tapi, kau harus menebus kesalahanmu dengan cara lain." Ujarnya dengan seringaian lebar.

"A-apa?"

"Aku akan memberitahumu saat waktunya sudah tepat."




























Halooo selamat malam...🤗
Jangan lupa tinggalkan komentar, kritik dan juga sarannya ya😁
Sekian dan terima kasih...😘😍🥰

Andai Saja Aku Tahu [BEOMJUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang